Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 18 Desember 2017 : SANTO YOSEF MENGAJARKAN KITA BERJALAN DALAM KEGELAPAN, MENDENGARKAN SUARA ALLAH DAN MELANGKAH MAJU DALAM KEHENINGAN

Bacaan Ekaristi : Yer. 23:5-8; Mzm. 72:2,12-13,18-19; Mat. 1:18-24

Dalam kesulitan, dalam kesukaran, dalam kegelapan, kita belajar dari Santo Yosef yang tahu "bagaimana berjalan dalam kegelapan", "bagaimana cara mendengarkan suara Allah", "bagaimana melangkah maju dalam keheningan". Itulah permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 18 Desember 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, mengulas Bacaan Injil hari itu (Mat 1:18-24). Yesus, beliau menjelaskan, lahir dari Maria, tunangan Yosef, putra Daud.

Paus Fransiskus merenungkan perasaan yang dialami oleh Yosef ketika tanda-tanda kehamilan Maria muncul setelah ia kembali dari rumah Elisabet : Beliau berbicara tentang "keraguan"-nya, "kesedihan"-nya, "penderitaan"-nya, sementara di sekelilingnya orang-orang mulai berbisik-bisik - "pergunjingan antartetangga". Ia "tidak mengerti", tetapi ia tahu bahwa Maria adalah "seorang perempuan Allah" : dan maka ia memutuskan untuk "menceraikannya dengan diam-diam", tidak mencemarkannya di muka umum. Begitulah niatnya sampai "Tuhan campur tangan", melalui malaikat, dalam sebuah mimpi, yang menjelaskan bagaimana anak itu dikandung oleh Maria melalui Roh Kudus. Maka "ia percaya dan taat" :

"Yosef bergumul di dalam dirinya; dalam pergumulan itu, suara Allah [terdengar] : 'Tetapi bangunlah' - 'Bangunlah' itu [yang terdengar] berkali-kali dalam Alkitab pada awal sebuah perutusan - 'Ambillah Maria, bawalah dia ke rumahmu. Ambil alih situasi; kendalikan situasi ini, dan maju terus'. Yosef tidak pergi ke teman-temannya untuk dihibur, ia tidak pergi ke psikiater agar bisa menafsirkan mimpi. Tidak ... ia percaya. Dan ia maju terus. Ia mengendalikan situasi. Tetapi apa yang harus kamu kendalikan, Yosef? Bagaimana situasinya? Apa yang harus dihadapi Yosef? Dua hal : kebapaan, dan misteri".

Pertama, Paus Fransiskus melanjutkan, Yosef harus bertanggung jawab atas "kebapaan". Dan ini sudah tersirat dalam silsilah Yesus, yang menjelaskan bagaimana Ia "dianggap sebagai putra Yosef :

"Dia menerima sebuah kebapaan yang bukan miliknya sendiri : kebapaan tersebut berasal dari Bapa. Dan ia berjalan ke depan dengan kebapaan itu dan semua itu menandakan : tidak hanya mendukung Maria dan Sang Putra, tetapi juga membesarkan Sang Putra, mengajari-Nya pekerjaannya, membesarkan-Nya hingga dewasa. 'Terimalah kebapaan yang bukan milikmu, tetapi milik Allah'. Dan hal ini, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Dalam Injil, tidak ada sepatah kata pun yang diucapkan oleh Yosef. Seorang manusia keheningan, manusia ketaatan yang diam-diam".

Yosef juga orang yang "mengendalikan" misteri. Bacaan Pertama (Yer. 23:5-8) menjelaskan bahwa ketimbang misteri "membawa umat kembali kepada Allah", misteri penciptaan kembali - yang, sebagaimana dikatakan liturgi kepada kita, "bahkan semakin menakjubkan".

"Yosef mengendalikan misteri ini dan menolong : dengan diam-diam, dengan pekerjaannya, sampai ketika Allah memanggilnya kepada diri-Nya. Dikatakan tentang orang ini, yang menerima kebapaan dan misteri, bahwa ia adalah bayang-bayang Bapa : bayang-bayang Allah Bapa. Dan jika manusia Yesus belajar mengatakan 'ayah', 'bapa' kepada Bapa-Nya yang ia kenal sebagai Allah, Ia mempelajarinya dari kehidupan, dari kesaksian Yosef, orang yang menjaga[-Nya], orang yang telah membesarkan [-Nya], orang yang meneruskan setiap kebapaan dan setiap misteri, tetapi tidak mengambil apa pun juga untuk dirinya sendiri".

Inilah, kata Paus Fransiskus, "Yosef yang agung", yang Allah perlukan untuk meneruskan "misteri menuntun umat menuju Penciptaan baru".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.