Bacaan Ekaristi: Gal 4:4-7; Luk 1:39-48.
Pandanglah
gambar Maria, Maria dari Guadalupe yang sedang mengandung, yang memberitakan
kelahiran Sang Juruselamat, sebagai seorang ibu.
Dengan
kelembutan apa ia berkata kepada seorang Indian: "Janganlah takut, bukankah
aku di sini, siapa ibumu?" (Nican Mopohua, 118-119). Di sini keibuan Maria
terungkap. Dan mengenai misteri Guadalupe ini, yang sayangnya ingin
dimanfaatkan oleh banyak ideologi untuk mendapatkan keuntungan ideologis, ada
tiga hal sederhana yang terlintas dalam pikiran, namun menambah pesan: tilma,
ibu, dan mawar. Hal yang sangat sederhana.
Keibuan
Maria terekam dalam tilma sederhana. Keibuan Maria ditunjukkan dengan keindahan
bunga mawar yang ditemukan dan dibawa oleh orang Indian; dan berperan sebagai
ibu Maria melakukan mukjizat dengan membawa iman ke dalam hati para wali Gereja
yang sedikit tidak percaya.
Tilma,
mawar, Indian. Segala sesuatu yang dikatakan tentang misteri Guadalupe, lebih
dari itu, adalah kebohongan, mereka ingin menggunakannya untuk ideologi.
Misteri Guadalupe adalah menghormatinya, dan mendengar di telinga kita:
"Bukankah aku di sini, siapakah ibumu?" Dan itu wajib didengar di
semua momen kehidupan: berbagai momen sulit dalam kehidupan, momen bahagia
dalam kehidupan, momen kehidupan sehari-hari. “Janganlah takut, bukankah aku di
sini, siapa ibumu?” Dan inilah pesan Guadalupe. Selebihnya ideologi.
Kita
berangkat dengan gambar Bunda Maria di tilma orang Indian; dan dengarkanlah,
seperti dalam sebuah lagu, yang dengan suara berulang-ulang memberitahu kita:
"Janganlah takut, bukankah aku di sini, siapakah ibumu?" Semoga
demikian.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 13 Desember 2024)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.