Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM (HARI ORANG MUDA SEDUNIA KE-39) 24 November 2024 : TUDUHAN, PERSETUJUAN, DAN KEBENARAN

Bacaan Ekaristi : Dan. 7:13-14; Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Why. 1:5-8; Yoh. 8:33b-37.


Pada akhir tahun liturgi, Gereja merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Perayaan ini mengajak kita untuk mengalihkan pandangan kepada-Nya, Tuhan, sumber dan penggenapan segala sesuatu (bdk. Kol 1:16-17), yang “kerajaan-Nya tidak akan musnah” (Dan 7:14).

 

Saat kita merenungkan Kristus Raja, kita terangkat dan tergerak. Namun, apa yang kita lihat di sekitar kita sangat berbeda, dan kontras ini mungkin menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu di dalam hati kita. Apa yang harus kita lakukan dengan begitu banyak perang, kekerasan yang terus-menerus, dan bencana alam? Apa yang dapat dikatakan tentang banyaknya masalah yang harus kamu, orang-orang muda terkasih, hadapi saat kamu menatap masa depan: kelangkaan kesempatan kerja, ketidakpastian keadaan ekonomi, munculnya kesenjangan yang memecah belah masyarakat kita? Mengapa semua ini terjadi? Dan bagaimana keterlandaan dapat kita hindari? Memang benar, selain menantang, pertanyaan-pertanyaan ini penting.

 

Hari ini, saat Gereja merayakan Hari Orang Muda Sedunia, saya ingin mendorongmu untuk melakukan refleksi, dalam terang Sabda Allah, berkenaan dengan tiga gagasan yang dapat membantu kita berani menghadapi tantangan-tantangan ini. Ketiga gagasan ini adalah tuduhan, persetujuan, dan kebenaran.

 

Pertama: tuduhan. Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus dituduh (lih. Yoh 18:33-37). Ia, sebagaimana dikatakan orang, "berada di mimbar kesaksian" di pengadilan. Pilatus, seorang pejabat Kekaisaran Romawi, sedang menginterogasi Yesus. Ini dapat dianggap sebagai gambaran yang mewakili seluruh penguasa kejam yang telah menindas orang-orang sepanjang sejarah. Meskipun secara pribadi sang pejabat tidak berkepentingan dengan Yesus, ia juga tahu bahwa orang-orang mengikuti Dia, memercayai Dia sebagai seorang pembimbing, seorang guru, Sang Mesias. Pilatus tidak dapat membiarkan gangguan atau kekacauan apa pun mengancam "perdamaian yang dipaksakan" di wilayahnya, maka ia memutuskan untuk menenangkan musuh-musuh yang kuat dari sang nabi yang tidak berdaya ini. Ia mengadili Yesus dan mengancam akan menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Tuhan, yang selalu mengajarkan keadilan, belas kasihan, dan pengampunan, tidak takut. Ia tidak membiarkan diri-Nya diintimidasi; Ia tidak memberontak. Yesus setia pada kebenaran yang Ia wartakan, setia sampai mengurbankan nyawa-Nya.

 

Orang muda terkasih, mungkin kamu juga terkadang merasa "dituduh" karena mengikuti Yesus. Di sekolah, atau di antara teman-teman dan kenalanmu, beberapa orang mungkin mencoba membuatmu berpikir bahwa kesetiaanmu kepada Injil dan nilai-nilainya adalah suatu kesalahan, karena menghalangimu menyesuaikan diri dengan orang banyak dan berbaur dengan orang lain. Jangan takut dengan "tuduhan" mereka! Jangan khawatir; cepat atau lambat, kritik mereka akan gagal, tuduhan mereka akan terbukti keliru, dan nilai-nilai mereka yang dangkal akan terungkap apa adanya: khayalan. Orang muda terkasih, berhati-hatilah jangan sampai terbawa oleh khayalan. Tolong, bersikaplah apa adanya karena kenyataan apa adanya juga. Waspadalah terhadap khayalan.

 

Apa yang bertahan, sebagaimana diajarkan Kristus kepada kita, sangat berbeda: karya kasih. Itulah yang bertahan dan membuat hidup menjadi indah! Selebihnya akan memudar. Kasih menjadi nyata dalam perbuatan. Karena itu, saya ulangi: jangan takut dengan "tuduhan" dunia. Teruslah mengasihi! Tetapi mengasihilah menurut terang Tuhan; dengan memberikan hidupmu untuk membantu orang lain.

 

Hal ini membawa kita pada poin kedua: persetujuan. Yesus berkata: “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini” (Yoh 18:36). Apa yang dimaksudkan Yesus dengan pernyataan ini? “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini”. Mengapa Ia tidak melakukan apa pun untuk memastikan keberhasilan-Nya, mendapatkan dukungan dari pihak berwenang, mendapatkan persetujuan atas program-Nya? Mengapa Ia tidak melakukannya? Bagaimana Ia dapat berharap untuk mengubah keadaan jika Ia telah “dikalahkan”? Yesus berperilaku seperti ini karena Ia menolak mentalitas kekuasaan (lih. Mrk 10:42-45). Yesus bebas darinya!

 

Orang muda terkasih, kamu juga akan melakukan hal yang baik dengan mengikuti teladan-Nya. Jangan biarkan dirimu terseret oleh kebutuhan untuk dilihat, disetujui, dan dipuji. Mereka yang terjebak dalam kegilaan ini mengalami kecemasan. Mereka akhirnya mendorong orang lain, jatuh ke dalam persaingan, bersikap tidak jujur, menyerah pada tekanan teman sebaya, dan berkompromi hanya untuk mendapatkan sedikit pengakuan dan keterlihatan. Harap berhati-hati, martabatmu tidak untuk dijual. Martabatmu tidak untuk dijual! Berhati-hatilah.

 

Allah mengasihimu apa adanya, bukan apa yang terlihat. Di hadapan-Nya, kepolosan impianmu lebih berharga daripada kesuksesan dan ketenaran, dan ketulusan niatmu lebih berharga daripada pengakuan duniawi. Jangan tertipu oleh mereka yang berusaha memikatmu dengan janji-janji kosong, tetapi hanya ingin memanipulasi dan menggunakan dirimu untuk kepentingan mereka. Waspadalah terhadap eksploitasi. Berhati-hatilah jangan sampai dikondisikan. Bebaslah, tetapi bebaslah dalam keselarasan dengan martabatmu. Jangan puas menjadi "bintang sehari" di media sosial atau dalam konteks apa pun! Saya ingat suatu kejadian ketika seorang wanita muda ingin diperhatikan, meskipun ia cantik, ia merias diri sebelum pergi ke pesta. Saya berpikir, "setelah riasan, apa yang tersisa?" Jangan merias jiwamu dan jangan merias hatimu. Jadilah dirimu sendiri: tulus dan transparan. Jangan menjadi 'bintang sehari' di media sosial atau dalam konteks apa pun. Kamu dipanggil untuk bersinar di langit yang lebih luas. Di surga, kasih Bapa yang tak terbatas tercermin dalam banyak cahaya kecil. Kasih-Nya terungkap dalam diri kita melalui kasih setia suami istri, sukacita yang polos dari anak-anak, antusiasme orang muda, kepedulian terhadap orang tua, kemurahan hati para pelaku hidup bakti, amal yang ditunjukkan kepada orang miskin dan kejujuran yang dijunjung tinggi di lingkungan kerja. Pikirkanlah hal-hal yang akan membuatmu kuat. Cahaya-cahaya kecil ini: kasih setia suami istri - suatu hal yang indah -; sukacita yang polos dari anak-anak - ini adalah sukacita yang indah! -; antusiasme orang muda - antusiaslah, kamu semua! -; dan pedulilah kepada orang tua. Saya bertanya kepadamu: apakah kamu peduli kepada orang tua? Apakah kamu mengunjungi kakek-nenekmu? Bermurah hatilah dalam hidupmu dan bermurah hatilah kepada orang miskin, serta jujurlah dalam pekerjaanmu. Inilah cakrawala sejati tempat kita bercahaya seperti bintang-bintang di dunia (lih. Flp 2:15). Tolong jangan dengarkan mereka yang berbohong kepadamu! Tidak ada persetujuan yang kamu terima dapat menyelamatkan dunia atau membuatmu bahagia. Hanya karunia kasih tanpa pamrih yang dapat membawa kebahagiaan kepada kita. Yang menyelamatkan dunia adalah karunia kasih tanpa pamrih. Kasih tidak dapat dperjualibelikan: kasih itu cuma-cuma, kasih adalah pemberian diri kita.

 

Hal ini membawa kita kepada poin ketiga: kebenaran. Kristus datang ke dunia “untuk bersaksi tentang kebenaran” (Yoh 18:37), dan Ia melakukannya dengan mengajar kita untuk mengasihi Allah dan saudara-saudari kita (lih. Mat 22:34-40; 1 Yoh 4:6-7). Hanya dalam kasih keberadaan kita menemukan terang dan makna (bdk. 1 Yoh 2:9-11). Jika tidak, kita akan tetap menjadi tawanan kebohongan besar. Apakah kebohongan besar ini? Kebohongan tentang kemandirian, ‘aku’ yang mandiri (bdk. Kej 3:4-5). Jenis keegoisan ini adalah akar dari semua ketidakadilan dan ketidakbahagiaan. ‘Aku’ itulah yang berbalik kepada dirinya sendiri - aku, diriku, bersamaku, selalu ‘diriku’ - dan ia tidak memiliki kemampuan untuk melihat orang lain atau berbicara kepada mereka. Waspadalah terhadap wabah penyakit ‘aku’ yang berbalik kepada dirinya sendiri.

 

Kristus, yang adalah jalan, kebenaran dan hidup (bdk. Yoh 14:6), dengan menanggalkan segala sesuatu dan wafat di kayu salib demi keselamatan kita, mengajarkan kita bahwa hanya dalam kasih kita dapat hidup, bertumbuh dan berkembang dalam martabat kita sepenuhnya (lih. Ef 4:15-16). Beato Pier Giorgio Frassati — seorang pemuda sepertimu — pernah menulis kepada seorang sahabatnya, mengatakan bahwa, tanpa kasih kita tidak lagi hidup, tetapi kita hanya bertahan hidup (bdk. Surat kepada Isidoro Bonini, 27 Februari 1925). Kita ingin hidup, bukan hanya bertahan hidup. Itulah sebabnya kita harus berusaha untuk menjadi saksi kebenaran dalam kasih, saling mengasihi seperti yang diajarkan Yesus kepada kita (bdk. Yoh 15:12).

 

Saudara-saudari, tidaklah benar, sebagaimana dipikirkan sebagian orang, peristiwa-peristiwa dunia telah “lolos” dari kendali Allah. Tidak benar sejarah ditulis oleh para penindas, para penguasa lalim, dan orang-orang yang angkuh. Meskipun banyak kejahatan yang menimpa kita adalah hasil pekerjaan manusia yang telah ditipu oleh Si Jahat, pada akhirnya segala sesuatu tunduk pada penghakiman Allah. Mereka yang menindas orang lain, yang membuat perang, seperti apakah wajah mereka ketika mereka berdiri di hadapan Tuhan? “Mengapa kamu memulai perang? Mengapa kamu melakukan pembunuhan?” Bagaimana mereka akan menanggapi? Marilah kita memikirkan hal itu, dan memikirkan diri kita juga. Kita tidak memulai perang dan kita tidak membunuh, tetapi aku melakukan dosa ini atau itu. Ketika Tuhan akan berkata kepada kita, “Tetapi mengapa kamu melakukan ini? Mengapa kamu berlaku tidak adil dengan cara ini? Mengapa kamu menghabiskan uang untuk kesombonganmu?” Tuhan juga akan menanyakan hal-hal ini kepada kita. Tuhan memberi kita kebebasan, tetapi Ia tidak meninggalkan kita. Ia mengoreksi kita ketika kita jatuh, tetapi Ia tidak pernah berhenti mengasihi kita. Jika kita mau, Ia akan mengangkat kita sehingga kita dapat melanjutkan perjalanan kita dengan penuh sukacita.

 

Di akhir Ekaristi ini, orang muda Portugal akan mempercayakan kepada orang muda Korea lambang Hari Orang Muda Sedunia: salib dan ikon Maria Salus Populi Romani. Ini, juga, merupakan sebuah tanda. Undangan bagi kita semua untuk menghayati Injil dan menyebarkannya ke setiap bagian dunia, tanpa henti, tanpa putus asa, bangkit setelah setiap kali terjatuh dan tidak pernah berhenti berharap. Sesungguhnya, tema pesan untuk perayaan Hari Orang Muda Sedunia adalah: "Mereka yang Berharap kepada Tuhan, Berjalan Tanpa Lelah" (lih. Yes 40:31). Kamu, orang muda Korea, akan menerima Salib Tuhan kita, salib kehidupan, tanda kemenangan, tetapi kamu tidak sendirian: kamu akan menerimanya bersama Bunda kita. Marialah yang selalu menyertai kita dalam perjalanan kita menuju Yesus. Marialah yang di saat-saat sulit berada di samping salib kita untuk membantu kita, karena ia adalah Bunda kita, ia adalah ibu. Ingatlah Maria.

 

Marilah kita tetap menatap Yesus, salib-Nya, dan Maria, Bunda kita. Dengan cara ini, bahkan di tengah kesulitan, kita akan menemukan kekuatan untuk terus maju, tanpa takut dituduh, tanpa perlu persetujuan, berdasarkan martabatmu, dengan rasa amanmu karena diselamatkan dan ditemani oleh Bunda Maria. Tanpa membuat kompromi dan tanpa riasan rohani. Martabatmu tidak perlu riasan. Marilah kita terus maju, berbahagia karena hidup bagi orang lain, mengasihi, dan menjadi saksi kebenaran. Tolong jangan kehilangan sukacitamu. Terima kasih.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 24 November 2024)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.