Bacaan Ekaristi : Dan. 7:13-14; Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Why. 1:5-8; Yoh. 8:33b-37.
Pada
akhir tahun liturgi, Gereja merayakan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja
Semesta Alam. Perayaan ini mengajak kita untuk mengalihkan pandangan
kepada-Nya, Tuhan, sumber dan penggenapan segala sesuatu (bdk. Kol 1:16-17),
yang “kerajaan-Nya tidak akan musnah” (Dan 7:14).
Saat
kita merenungkan Kristus Raja, kita terangkat dan tergerak. Namun, apa yang
kita lihat di sekitar kita sangat berbeda, dan kontras ini mungkin menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu di dalam hati kita. Apa yang harus kita
lakukan dengan begitu banyak perang, kekerasan yang terus-menerus, dan bencana
alam? Apa yang dapat dikatakan tentang banyaknya masalah yang harus kamu,
orang-orang muda terkasih, hadapi saat kamu menatap masa depan: kelangkaan
kesempatan kerja, ketidakpastian keadaan ekonomi, munculnya kesenjangan yang
memecah belah masyarakat kita? Mengapa semua ini terjadi? Dan bagaimana
keterlandaan dapat kita hindari? Memang benar, selain menantang,
pertanyaan-pertanyaan ini penting.
Hari
ini, saat Gereja merayakan Hari Orang Muda Sedunia, saya ingin mendorongmu
untuk melakukan refleksi, dalam terang Sabda Allah, berkenaan dengan tiga
gagasan yang dapat membantu kita berani menghadapi tantangan-tantangan ini.
Ketiga gagasan ini adalah tuduhan, persetujuan, dan kebenaran.
Pertama:
tuduhan. Dalam Bacaan Injil hari ini, Yesus dituduh (lih. Yoh 18:33-37). Ia,
sebagaimana dikatakan orang, "berada di mimbar kesaksian" di
pengadilan. Pilatus, seorang pejabat Kekaisaran Romawi, sedang menginterogasi
Yesus. Ini dapat dianggap sebagai gambaran yang mewakili seluruh penguasa kejam
yang telah menindas orang-orang sepanjang sejarah. Meskipun secara pribadi sang
pejabat tidak berkepentingan dengan Yesus, ia juga tahu bahwa orang-orang
mengikuti Dia, memercayai Dia sebagai seorang pembimbing, seorang guru, Sang
Mesias. Pilatus tidak dapat membiarkan gangguan atau kekacauan apa pun
mengancam "perdamaian yang dipaksakan" di wilayahnya, maka ia
memutuskan untuk menenangkan musuh-musuh yang kuat dari sang nabi yang tidak berdaya
ini. Ia mengadili Yesus dan mengancam akan menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya.
Tuhan, yang selalu mengajarkan keadilan, belas kasihan, dan pengampunan, tidak
takut. Ia tidak membiarkan diri-Nya diintimidasi; Ia tidak memberontak. Yesus
setia pada kebenaran yang Ia wartakan, setia sampai mengurbankan nyawa-Nya.
Orang
muda terkasih, mungkin kamu juga terkadang merasa "dituduh" karena
mengikuti Yesus. Di sekolah, atau di antara teman-teman dan kenalanmu, beberapa
orang mungkin mencoba membuatmu berpikir bahwa kesetiaanmu kepada Injil dan
nilai-nilainya adalah suatu kesalahan, karena menghalangimu menyesuaikan diri
dengan orang banyak dan berbaur dengan orang lain. Jangan takut dengan
"tuduhan" mereka! Jangan khawatir; cepat atau lambat, kritik mereka akan
gagal, tuduhan mereka akan terbukti keliru, dan nilai-nilai mereka yang dangkal
akan terungkap apa adanya: khayalan. Orang muda terkasih, berhati-hatilah
jangan sampai terbawa oleh khayalan. Tolong, bersikaplah apa adanya karena
kenyataan apa adanya juga. Waspadalah terhadap khayalan.
Apa
yang bertahan, sebagaimana diajarkan Kristus kepada kita, sangat berbeda: karya
kasih. Itulah yang bertahan dan membuat hidup menjadi indah! Selebihnya akan
memudar. Kasih menjadi nyata dalam perbuatan. Karena itu, saya ulangi: jangan
takut dengan "tuduhan" dunia. Teruslah mengasihi! Tetapi mengasihilah
menurut terang Tuhan; dengan memberikan hidupmu untuk membantu orang lain.
Hal
ini membawa kita pada poin kedua: persetujuan. Yesus berkata: “Kerajaan-Ku
bukan dari dunia ini” (Yoh 18:36). Apa yang dimaksudkan Yesus dengan pernyataan
ini? “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini”. Mengapa Ia tidak melakukan apa pun
untuk memastikan keberhasilan-Nya, mendapatkan dukungan dari pihak berwenang,
mendapatkan persetujuan atas program-Nya? Mengapa Ia tidak melakukannya?
Bagaimana Ia dapat berharap untuk mengubah keadaan jika Ia telah “dikalahkan”?
Yesus berperilaku seperti ini karena Ia menolak mentalitas kekuasaan (lih. Mrk
10:42-45). Yesus bebas darinya!
Orang
muda terkasih, kamu juga akan melakukan hal yang baik dengan mengikuti
teladan-Nya. Jangan biarkan dirimu terseret oleh kebutuhan untuk dilihat,
disetujui, dan dipuji. Mereka yang terjebak dalam kegilaan ini mengalami
kecemasan. Mereka akhirnya mendorong orang lain, jatuh ke dalam persaingan,
bersikap tidak jujur, menyerah pada tekanan teman sebaya, dan berkompromi hanya
untuk mendapatkan sedikit pengakuan dan keterlihatan. Harap berhati-hati,
martabatmu tidak untuk dijual. Martabatmu tidak untuk dijual! Berhati-hatilah.
Allah
mengasihimu apa adanya, bukan apa yang terlihat. Di hadapan-Nya, kepolosan
impianmu lebih berharga daripada kesuksesan dan ketenaran, dan ketulusan niatmu
lebih berharga daripada pengakuan duniawi. Jangan tertipu oleh mereka yang
berusaha memikatmu dengan janji-janji kosong, tetapi hanya ingin memanipulasi
dan menggunakan dirimu untuk kepentingan mereka. Waspadalah terhadap
eksploitasi. Berhati-hatilah jangan sampai dikondisikan. Bebaslah, tetapi
bebaslah dalam keselarasan dengan martabatmu. Jangan puas menjadi "bintang
sehari" di media sosial atau dalam konteks apa pun! Saya ingat suatu
kejadian ketika seorang wanita muda ingin diperhatikan, meskipun ia cantik, ia
merias diri sebelum pergi ke pesta. Saya berpikir, "setelah riasan, apa
yang tersisa?" Jangan merias jiwamu dan jangan merias hatimu. Jadilah
dirimu sendiri: tulus dan transparan. Jangan menjadi 'bintang sehari' di media
sosial atau dalam konteks apa pun. Kamu dipanggil untuk bersinar di langit yang
lebih luas. Di surga, kasih Bapa yang tak terbatas tercermin dalam banyak
cahaya kecil. Kasih-Nya terungkap dalam diri kita melalui kasih setia suami
istri, sukacita yang polos dari anak-anak, antusiasme orang muda, kepedulian
terhadap orang tua, kemurahan hati para pelaku hidup bakti, amal yang
ditunjukkan kepada orang miskin dan kejujuran yang dijunjung tinggi di
lingkungan kerja. Pikirkanlah hal-hal yang akan membuatmu kuat. Cahaya-cahaya
kecil ini: kasih setia suami istri - suatu hal yang indah -; sukacita yang
polos dari anak-anak - ini adalah sukacita yang indah! -; antusiasme orang muda
- antusiaslah, kamu semua! -; dan pedulilah kepada orang tua. Saya bertanya
kepadamu: apakah kamu peduli kepada orang tua? Apakah kamu mengunjungi
kakek-nenekmu? Bermurah hatilah dalam hidupmu dan bermurah hatilah kepada orang
miskin, serta jujurlah dalam pekerjaanmu. Inilah cakrawala sejati tempat kita
bercahaya seperti bintang-bintang di dunia (lih. Flp 2:15). Tolong jangan
dengarkan mereka yang berbohong kepadamu! Tidak ada persetujuan yang kamu
terima dapat menyelamatkan dunia atau membuatmu bahagia. Hanya karunia kasih
tanpa pamrih yang dapat membawa kebahagiaan kepada kita. Yang menyelamatkan
dunia adalah karunia kasih tanpa pamrih. Kasih tidak dapat dperjualibelikan:
kasih itu cuma-cuma, kasih adalah pemberian diri kita.
Hal
ini membawa kita kepada poin ketiga: kebenaran. Kristus datang ke dunia “untuk
bersaksi tentang kebenaran” (Yoh 18:37), dan Ia melakukannya dengan mengajar
kita untuk mengasihi Allah dan saudara-saudari kita (lih. Mat 22:34-40; 1 Yoh
4:6-7). Hanya dalam kasih keberadaan kita menemukan terang dan makna (bdk. 1
Yoh 2:9-11). Jika tidak, kita akan tetap menjadi tawanan kebohongan besar.
Apakah kebohongan besar ini? Kebohongan tentang kemandirian, ‘aku’ yang mandiri
(bdk. Kej 3:4-5). Jenis keegoisan ini adalah akar dari semua ketidakadilan dan
ketidakbahagiaan. ‘Aku’ itulah yang berbalik kepada dirinya sendiri - aku,
diriku, bersamaku, selalu ‘diriku’ - dan ia tidak memiliki kemampuan untuk
melihat orang lain atau berbicara kepada mereka. Waspadalah terhadap wabah
penyakit ‘aku’ yang berbalik kepada dirinya sendiri.
Kristus,
yang adalah jalan, kebenaran dan hidup (bdk. Yoh 14:6), dengan menanggalkan
segala sesuatu dan wafat di kayu salib demi keselamatan kita, mengajarkan kita
bahwa hanya dalam kasih kita dapat hidup, bertumbuh dan berkembang dalam
martabat kita sepenuhnya (lih. Ef 4:15-16). Beato Pier Giorgio Frassati —
seorang pemuda sepertimu — pernah menulis kepada seorang sahabatnya, mengatakan
bahwa, tanpa kasih kita tidak lagi hidup, tetapi kita hanya bertahan hidup
(bdk. Surat kepada Isidoro Bonini, 27 Februari 1925). Kita ingin hidup, bukan
hanya bertahan hidup. Itulah sebabnya kita harus berusaha untuk menjadi saksi
kebenaran dalam kasih, saling mengasihi seperti yang diajarkan Yesus kepada
kita (bdk. Yoh 15:12).
Saudara-saudari,
tidaklah benar, sebagaimana dipikirkan sebagian orang, peristiwa-peristiwa
dunia telah “lolos” dari kendali Allah. Tidak benar sejarah ditulis oleh para
penindas, para penguasa lalim, dan orang-orang yang angkuh. Meskipun banyak
kejahatan yang menimpa kita adalah hasil pekerjaan manusia yang telah ditipu
oleh Si Jahat, pada akhirnya segala sesuatu tunduk pada penghakiman Allah.
Mereka yang menindas orang lain, yang membuat perang, seperti apakah wajah
mereka ketika mereka berdiri di hadapan Tuhan? “Mengapa kamu memulai perang?
Mengapa kamu melakukan pembunuhan?” Bagaimana mereka akan menanggapi? Marilah
kita memikirkan hal itu, dan memikirkan diri kita juga. Kita tidak memulai
perang dan kita tidak membunuh, tetapi aku melakukan dosa ini atau itu. Ketika
Tuhan akan berkata kepada kita, “Tetapi mengapa kamu melakukan ini? Mengapa
kamu berlaku tidak adil dengan cara ini? Mengapa kamu menghabiskan uang untuk
kesombonganmu?” Tuhan juga akan menanyakan hal-hal ini kepada kita. Tuhan memberi
kita kebebasan, tetapi Ia tidak meninggalkan kita. Ia mengoreksi kita ketika
kita jatuh, tetapi Ia tidak pernah berhenti mengasihi kita. Jika kita mau, Ia
akan mengangkat kita sehingga kita dapat melanjutkan perjalanan kita dengan
penuh sukacita.
Di
akhir Ekaristi ini, orang muda Portugal akan mempercayakan kepada orang muda
Korea lambang Hari Orang Muda Sedunia: salib dan ikon Maria Salus Populi
Romani. Ini, juga, merupakan sebuah tanda. Undangan bagi kita semua untuk
menghayati Injil dan menyebarkannya ke setiap bagian dunia, tanpa henti, tanpa
putus asa, bangkit setelah setiap kali terjatuh dan tidak pernah berhenti
berharap. Sesungguhnya, tema pesan untuk perayaan Hari Orang Muda Sedunia
adalah: "Mereka yang Berharap kepada Tuhan, Berjalan Tanpa Lelah"
(lih. Yes 40:31). Kamu, orang muda Korea, akan menerima Salib Tuhan kita, salib
kehidupan, tanda kemenangan, tetapi kamu tidak sendirian: kamu akan menerimanya
bersama Bunda kita. Marialah yang selalu menyertai kita dalam perjalanan kita
menuju Yesus. Marialah yang di saat-saat sulit berada di samping salib kita
untuk membantu kita, karena ia adalah Bunda kita, ia adalah ibu. Ingatlah Maria.
Marilah
kita tetap menatap Yesus, salib-Nya, dan Maria, Bunda kita. Dengan cara ini,
bahkan di tengah kesulitan, kita akan menemukan kekuatan untuk terus maju,
tanpa takut dituduh, tanpa perlu persetujuan, berdasarkan martabatmu, dengan
rasa amanmu karena diselamatkan dan ditemani oleh Bunda Maria. Tanpa membuat
kompromi dan tanpa riasan rohani. Martabatmu tidak perlu riasan. Marilah kita
terus maju, berbahagia karena hidup bagi orang lain, mengasihi, dan menjadi
saksi kebenaran. Tolong jangan kehilangan sukacitamu. Terima kasih.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 24 November 2024)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.