Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA SANTO STEFANUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN Rebibbia ROMA 26 Desember 2024

Bacaan Ekaristi : Kis. 6:8-10; 7:54-59; Mzm. 31:3cd-4,6,8ab,16bc,17; Mat. 10:17-22.

 

Saudara-saudari terkasih, selamat pagi dan selamat Natal!

 

Saya ingin membuka pintu lebar-lebar, hari ini, di sini. Saya membuka pintu yang pertama di Basilika Santo Petrus, pintu yang kedua adalah pintumu. Membuka, membuka: membuka pintu merupakan suatu isyarat yang indah. Namun, yang lebih penting adalah apa artinya membuka hati. Hati yang terbuka. Dan inilah yang dilakukan persaudaraan. Hati yang tertutup dan keras tidak membantu kehidupan kita. Karena alasan ini, membuka, membuka dan, terutama, membuka hati terhadap pengharapan adalah rahmat Yubelium. Pengharapan tidak mengecewakan (lih. Rm 5:5), tidak pernah! Pikirkan baik-baik hal ini. Saya pun berpikir begitu, karena di masa sulit kita berpikir bahwa semuanya sudah berakhir, tidak ada yang dapat diselesaikan. Namun pengharapan tidak pernah mengecewakan.

 

Saya lebih suka membayangkan pengharapan sebagai jangkar yang berada di pantai dan kita berada di sana memegang tali, aman, karena pengharapan kita seperti jangkar di daratan kering (lih Ibr 6:17-20). Jangan kehilangan pengharapan. Inilah pesan yang ingin saya sampaikan kepadamu; kepada semua orang, kepada kita semua. Saya yang pertama. Setiap orang. Jangan kehilangan pengharapan. Pengharapan tidak pernah mengecewakan. Tidak pernah. Kadang kala tali itu kasar dan melukai tangan kita… tetapi dengan tali, selalu dengan tali di tangan, sambil melihat ke arah pantai, jangkar membawa kita maju. Selalu ada sesuatu yang baik, selalu ada sesuatu yang membuat kita terus maju.

 

Tali di tangan dan, kedua, jendela terbuka lebar, pintu terbuka lebar. Terutama pintu hati. Ketika hati tertutup, ia menjadi keras seperti batu; ia lupa tentang kelembutan. Bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun – kita masing-masing mempunyai situasi sendiri, lebih mudah, lebih sulit, saya memikirkanmu – selalu dengan hati terbuka; hati, yang justru menjadikan kita bersaudara. Bukalah lebar-lebar pintu hatimu. Semua orang tahu cara melakukannya. Semua orang tahu mana pintu yang tertutup atau setengah tertutup. Semua orang tahu.

 

Saya mengatakan kepadamu dua hal. Pertama: tali di tangan, dengan jangkar pengharapan. Kedua: bukalah pintu hatimu lebar-lebar. Kita telah membuka yang ini, tetapi ini adalah simbol pintu hati kita.

 

Saya mendoakan agar kamu merayakan Yubelium dengan meriah. Saya mendoakan agar kamu selalu damai sejahtera, damai sejahtera. Dan setiap hari saya mendoakanmu. Sungguh. Bukan kiasan. Saya memikirkan dan mendoakanmu. Dan kamu mendoakan saya. Terima kasih.

 

[Kata-kata spontan setelah berkat penutup]

 

Sekarang jangan lupakan dua hal yang harus kita lakukan dengan tangan kita. Pertama: berpegang teguh pada tali pengharapan, berpegang teguh pada jangkar, pada tali. Jangan pernah meninggalkannya. Kedua: bukalah hatimu lebar-lebar. Hati yang terbuka. Semoga Tuhan membantu kita dalam semua ini. Terima kasih.

 

[Kata-kata spontan di akhir Misa Kudus]

 

Sebelum mengakhiri, saya mengucapkan selamat tahun baru kepada semuanya. Semoga tahun depan lebih baik dari tahun ini. Setiap tahun harus lebih baik. Kemudian dari sini saya ingin menyapa para narapidana yang masih berada di dalam sel, yang tidak dapat hadir. Salam untuk kamu semua.

 

Dan jangan lupa: berpegangan pada jangkar. Tangan saling bertautan. Jangan lupakan hal tersebut. Selamat Tahun Baru untuk semuanya. Terima kasih.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 26 Desember 2024)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.