Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH (HARI PERDAMAIAN SEDUNIA KE-58) 1 Januari 2025 : LAHIR DARI SEORANG PEREMPUAN


Bacaan Ekaristi : Bil. 6:22-27; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21.

 

Pada awal tahun baru yang telah dianugerahkan Tuhan kepada kita ini, ada baiknya kita mengarahkan mata dan hati kita kepada Maria. Karena, seperti seorang Ibu, ia mengarahkan kita kepada Putranya. Ia membawa kita kembali kepada Yesus; ia berbicara kepada kita tentang Yesus; ia menuntun kita kepada Yesus. Hari Raya Santa Maria Bunda Allah, sekali lagi membenamkan kita ke dalam misteri Natal. Dalam rahim Maria, Allah menjadi salah seorang dari kita, dan kita, yang telah membuka Pintu Suci untuk meresmikan Yubileum, hari ini diingatkan bahwa “Maria adalah pintu yang dilalui Kristus untuk memasuki dunia ini” (Santo Ambrosius, Ep. 42, 4: PL, VII).

 

Rasul Paulus merangkum misteri ini dengan mengatakan kepada kita bahwa “Allah mengutus Anak-Nya yang lahir dari seorang perempuan” (Gal 4:4). Kata-kata itu – “lahir dari seorang perempuan” – bergema di hati kita saat ini; kata-kata itu mengingatkan kita bahwa Yesus, Juruselamat kita, menjadi manusia dan menyatakan diri-Nya dalam kelemahan manusiawi.

 

Lahir dari seorang perempuan. Kata-kata itu membawa kita kembali ke Natal, karena Sang Sabda telah menjadi manusia. Rasul Paulus, ketika mengatakan bahwa Kristus lahir dari seorang perempuan, agaknya merasakan perlunya mengingatkan kita bahwa Allah sungguh menjadi manusia melalui rahim manusiawi. Ada godaan, yang saat ini bukan saja menarik perhatian banyak orang, tetapi juga dapat menyesatkan banyak orang kristiani, untuk membayangkan atau menciptakan Allah “secara abstrak”, yang dikaitkan dengan beberapa perasaan keagamaan yang samar atau emosi yang cepat berlalu. Tidak. Allah kasat mata, Ia manusiawi, Ia lahir dari seorang perempuan; Ia memiliki wajah dan nama, serta memanggil kita untuk memiliki hubungan dengan-Nya. Kristus Yesus, Juruselamat kita, lahir dari seorang perempuan, memiliki daging dan darah. Berasal dari pangkuan Bapa, Ia mengambil rupa manusia dalam rahim Perawan Maria. Dari surga yang tertinggi, Ia turun ke bumi. Anak Allah, Ia menjadi Anak Manusia. Gambar Allah yang Maha Kuasa, Kristus datang di antara kita dalam kelemahan; meskipun Ia tidak bercela, “Ia telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita” (2 Kor 5:21). Ia lahir dari seorang perempuan; Ia adalah salah seorang dari kita. Karena alasan inilah, Ia mampu menyelamatkan kita.

 

Lahir dari seorang perempuan. Kata-kata itu juga berbicara kepada kita tentang kemanusiaan Kristus, memberitahu kita bahwa Ia dinyatakan dalam kelemahan manusiawi. Lahir dari seorang perempuan, Ia datang kepada kita sebagai bayi mungil. Itulah sebabnya para gembala yang pergi untuk melihat apa yang telah diwartakan Malaikat tidak menemukan tanda-tanda yang luar biasa atau pertunjukan yang hebat, tetapi “Maria dan Yusuf, serta bayi yang berbaring di dalam palungan” (Luk 2:16). Mereka menemukan seorang bayi mungil yang tak berdaya yang membutuhkan perawatan, pakaian dan susu, belaian dan cinta ibunya. Santo Louis-Marie Grignion de Montfort memberitahu kita bahwa kebijaksanaan ilahi “meskipun tentu saja mampu, tidak ingin memberikan dirinya secara langsung kepada manusia, tetapi memilih untuk melakukannya melalui Santa Perawan. Ia juga tidak ingin datang ke dunia sebagai orang dewasa, tanpa membutuhkan orang lain, tetapi sebagai bayi mungil, yang membutuhkan perawatan dan makanan dari seorang Ibu” (Risalah tentang Devosi Sejati kepada Santa Perawan, 139). Dalam kehidupan Yesus, kita melihat bahwa inilah cara Allah memilih untuk bertindak: melalui kekecilan dan ketersembunyian. Yesus tidak pernah menyerah pada godaan untuk melakukan tanda-tanda besar dan memaksakan diri-Nya kepada orang lain, sebagaimana disarankan iblis. Sebaliknya, ia menyatakan kasih Allah dalam keindahan kemanusiaan-Nya, tinggal di tengah-tengah kita, ambil bagian dalam kehidupan kita sehari-hari, upaya dan impian kita, berbelas kasih kepada mereka yang mengalami penderitaan tubuh dan jiwa, memberikan penglihatan kepada yang buta dan kekuatan kepada yang putus asa. Tiga sikap Allah adalah belas kasihan, kedekatan dan bela rasa. Allah datang mendekati kita dan penuh belas kasih dan berbela rasa. Janganlah kita lupakan ini. Dengan kelemahan kemanusiaan-Nya dan kepedulian-Nya terhadap yang lemah dan rentan, Yesus menunjukkan wajah Allah kepada kita.

 

Saudari-saudari, sungguh alangkah baiknya kita merenungkan bagaimana Maria, perempuan belia dari Nazaret, terus-menerus membawa kita kembali kepada misteri Yesus, Putranya. Ia mengingatkan kita bahwa Yesus datang dalam rupa manusia, dan kita menjumpai-Nya terutama dalam kehidupan kita sehari-hari, dalam kemanusiaan kita yang rapuh dan kemanusiaan semua orang yang kita jumpai setiap hari. Dengan berdoa kepada Bunda Maria sebagai Bunda Allah, kita mewartakan bahwa Kristus dilahirkan dari Bapa, tetapi juga benar-benar lahir dari seorang perempuan. Kita mewartakan bahwa meskipun Ia adalah pemilik waktu, Ia tinggal di dalam waktu kita, bahkan di tahun yang baru ini, dengan kehadiran-Nya yang penuh kasih. Kita mewartakan bahwa Ia adalah Juruselamat dunia, tetapi kita mampu menjumpai-Nya dan dipanggil untuk mencari-Nya dalam wajah setiap manusia. Jika Ia, yang adalah Putra, menjadi begitu kecil untuk dipeluk oleh seorang ibu, dirawat dan disusui, ini berarti hari ini juga Ia datang di antara kita dalam diri semua orang yang membutuhkan kepedulian serupa: dalam diri setiap saudara-saudari yang kita jumpai, dalam diri setiap orang yang membutuhkan perhatian dan kasih sayang kita.

 

Marilah kita memercayakan tahun baru ini kepada Maria, Bunda Allah. Semoga kita belajar, seperti dia, untuk menemukan keagungan Allah dalam hal-hal kecil kehidupan. Semoga kita belajar untuk peduli terhadap setiap anak yang dilahirkan dari seorang perempuan, terutama dengan melindungi, seperti Maria, karunia kehidupan yang berharga: kehidupan dalam rahim, kehidupan anak-anak, kehidupan orang yang sedang menderita, orang miskin, orang lanjut usia, orang yang kesepian dan orang yang sedang menghadapi ajal. Hari ini, pada Hari Perdamaian Sedunia ini, kita semua diundang untuk menerima panggilan yang mengalir dari hati keibuan Maria: menghargai kehidupan, peduli terhadap kehidupan yang terluka – ada begitu banyak kehidupan yang terluka –, memulihkan martabat kehidupan setiap orang yang “lahir dari seorang perempuan”, karena inilah dasar untuk membangun budaya perdamaian. Karena alasan ini, “Saya meminta komitmen yang kuat untuk menghormati martabat kehidupan manusia sejak pembuahan hingga kematian alami, sehingga setiap orang dapat menghargai hidupnya dan semua orang dapat menatap masa depan dengan pengharapan” (Pesan untuk Hari Perdamaian Sedunia Ke-58, 1 Januari 2025).

 

Maria, Bunda Allah dan Bunda kita, menanti kita di sana, di palungan. Ia menunjukkan kepada kita, seperti yang ia lakukan kepada para gembala, kehadiran Allah yang selalu mengejutkan kita, yang tidak datang dalam keagungan surgawi, tetapi dalam kekecilan palungan. Marilah kita mempercayakan kepadanya Tahun Yubileum baru ini. Marilah kita memercayakan kepadanya persoalan, kekhawatiran, penderitaan, sukacita dan seluruh keprihatinan yang kita tanggung dalam hati kita. Ia adalah ibu kita, bunda kita! Marilah kita memercayakan kepadanya seluruh dunia, sehingga pengharapan dapat terlahir kembali dan perdamaian akhirnya dapat bersemi bagi semua orang di bumi.

 

Sejarah memberitahu kita bahwa di Efesus, ketika para uskup memasuki gereja, umat beriman yang hadir, dengan tongkat di tangan mereka, berseru: “Bunda Allah!”. Tentunya tongkat itu adalah janji tentang apa yang akan terjadi jika para uskup tidak menyatakan dogma “Bunda Allah”. Saat ini kita tidak memiliki tongkat, tetapi kita memiliki hati dan suara anak-anak. Karena itu, marilah kita bersama-sama, marilah kita berseru kepada Santa Bunda Allah. Marilah kita bersama-sama, dengan tegas mengatakan: “Santa Bunda Allah!”, tiga kali. Bersama-sama: “Santa Bunda Allah! Santa Bunda Allah! Santa Bunda Allah”!
______

(Peter Suriadi - Bogor, 1 Januari 2025)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.