Bacaan Ekaristi : Ef 1:1-10; Luk
11:47-54
Sangat mudah berdoa memohonkan rahmat, jauh
lebih sulit berdoa dalam pujian kepada Tuhan, tetapi inilah doa sukacita sejati, kata Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi
16
Oktober 2014 di Casa
Santa Marta,
Vatikan. Merenungkan Surat Santo Paulus kepada jemaat di Efesus (Ef 1:1-10), yang dengan penuh sukacita mengangkat doa berkat kepada Allah, Paus Fransiskus mencatat bahwa ini adalah sesuatu "yang
tidak biasa kita lakukan": Sebaliknya memberikan
"pujian kepada Allah adalah persenan sejati" dan dengan berbuat demikian kita
masuk ke dalam "sebuah sukacita yang besar".
"Kita tahu betul bagaimana berdoa ketika kita ingin meminta sesuatu, bahkan
ketika kita ingin mengucapkan
terima kasih kepada Tuhan, tetapi
sebuah
doa pujian sedikit lebih sulit bagi kita. Kita tidak terbiasa memuji Tuhan. Kita bisa melakukan ini lebih baik dengan mengingat
semua hal-hal yang telah Tuhan lakukan bagi kita dalam hidup kita
: 'Di dalam Dia – di dalam
Kristus - Allah telah memilih
kita sebelum dunia dijadikan’. Terbekatilah Engkau, Tuhan, karena
Engkau memilih aku! Itulah
sukacita sebuah kedekatan
yang lembut dan kebapaan".
"Doa pujian" -
beliau melanjutkan - membawakan kita sukacita
ini, [sukacita] berbahagia di
hadapan Tuhan. Mari kita membuat upaya
nyata untuk menemukan kembali hal ini!". Namun, lanjut Paus Fransiskus, "titik awaln"-nya adalah "mengingat" pilihan
ini: "Allah memilih aku sebelum dunia dijadikan".
"Ini tidak mungkin dipahami atau bahkan dibayangkan: Fakta bahwa Tuhan mengenal saya sebelum penciptaan dunia, bahwa nama saya ada di dalam hati Tuhan. ini adalah kebenaran! Ini adalah pewahyuan! Jika kita tidak mempercayai hal ini maka kita bukanlah orang Kristiani! Kita dapat mengasyikkan diri dalam religiositas ketuhanan, tetapi bukan orang Kristiani! Orang Kristiani adalah orang yang dipilih, orang Kristiani adalah seseorang yang telah dipilih dalam hati Allah sebelum penciptaan dunia. Pemikiran ini juga memenuhi hati kita dengan sukacita : saya dipilih! Ini memberi kita kepercayaan diri".
"Nama kita -
kata Paus
Fransiskus - ada di dalam hati Allah, ada di dalam perut Allah, sama seperti bayi
di dalam ibunya. Sukacita kita terletak pada keterpilihan kita". Paus Fransiskus melanjutkan bahwa kita tidak dapat memahami hal
ini dengan kepala kita sendiri. [Kita tidak bisa memahami hal ini] bahkan dengan hati kita. Untuk memahami hal ini kita harus masuk ke dalam Misteri Yesus Kristus. Misteri
Putra-Nya yang
terkasih: ‘Ia telah mencurahkan
darah-Nya bagi kita dalam kelimpahan, dengan segala kebijaksanaan dan kecerdasan, membuat kita mengenal misteri kehendak-Nya'. Dan ini adalah
sikap ketiga untuk dimiliki : masuk
ke dalam Misteri": "Ketika kita merayakan Ekaristi, kita masuk ke dalam Misteri ini, yang kita tidak dapat
sepenuhnya pahami : Tuhan hidup,
Ia bersama kami, di sini, dalam kemuliaan-Nya, dalam segala kepenuhan-Nya dan memberikan hidup-Nya bagi
kita sekali lagi. Kita harus mempelajari sikap masuk ke dalam Misteri
ini setiap hari. Orang
Kristiani adalah seorang wanita, seorang pria, yang berupaya
untuk masuk ke dalam Misteri. Misteri tidak dapat dikendalikan: ini adalah Misteri! Saya masuk [ke dalamnya]".
Sebuah doa pujian –
Paus
Fransiskus mengakhiri - karena itu adalah pertama-tama dan terutama sebuah "doa sukacita", lalu sebuah "doa pengenangan : Berapa banyak yang
telah Tuhan lakukan bagi saya! Bagaimana lembutnya Iia telah menemani saya, bagaimana Ia telah
merendahkan
diri-Nya sendiri : seorang ayah membungkukkan diri atas seorang anak untuk membantunya berjalan”. Dan akhirnya sebuah doa kepada Roh Kudus agar kita dapat menerima rahmat "untuk masuk ke dalam Misteri,
terutama ketika kita merayakan Ekaristi".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.