Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM NATAL 24 Desember 2017 : JANTUNG NATAL ADALAH HARAPAN

Bacaan Ekaristi : Yes. 9:1-6; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14.

Maria "melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan" (Luk 2:7). Dengan kata-kata yang jelas dan polos ini, Lukas membawa kita ke jantung malam kudus tersebut : Maria melahirkan; ia memberi kita Yesus, Sang Terang dunia. Sebuah kisah sederhana yang menceburkan kita ke dalam peristiwa yang mengubah sejarah kita untuk selama-lamanya. Semuanya, malam itu, menjadi sumber harapan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 Desember 2017 : ORANG KRISTIANI SEHARUSNYA BERSUKACITA

Bacaan Ekaristi : Zef. 3:14-18a; Mzm. 33:2-3,11-12,20-21; Luk. 1:39-45.

Membandingkan raut muka penuh sukacita dari orang yang telah diampuni dan ditebus, dengan raut muka orang yang sedang dalam keadaan terbangun, Paus Fransiskus menyampaikan homili tentang sukacita yang timbul dari pengampunan dosa dan kedekatan dengan Tuhan. Bacaan Pertama (Zef. 3:14-18a) dan Bacaan Injil (Luk. 1:39-45) hari itu berbicara tentang sukacita mendalam yang datang dari sanubari, yang sangat berbeda dari kesenangan yang kita rasakan pada sebuah pesta. Seluruh liturgi berseru, "Bersukacitalah, bersukacitalah!".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 19 Desember 2017 : KESUBURAN ADALAH BERKAT

Bacaan Ekaristi : Hak. 13:2-7,24-25a; Mzm. 71:3-4a,5-6ab,16-17; Luk. 1:5-25

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 19 Desember 2017, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Allah penuh kesuburan dan menginginkan kita untuk menjadi demikian juga, hidup bagi orang lain dan memberi kehidupan. Beliau mengajak umat yang hadir untuk merenungkan palungan yang masih kosong yang sedang menunggu Kanak-kanak Yesus dan memastikan bahwa hati tidak tertutup seperti pajangan museum.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 18 Desember 2017 : SANTO YOSEF MENGAJARKAN KITA BERJALAN DALAM KEGELAPAN, MENDENGARKAN SUARA ALLAH DAN MELANGKAH MAJU DALAM KEHENINGAN

Bacaan Ekaristi : Yer. 23:5-8; Mzm. 72:2,12-13,18-19; Mat. 1:18-24

Dalam kesulitan, dalam kesukaran, dalam kegelapan, kita belajar dari Santo Yosef yang tahu "bagaimana berjalan dalam kegelapan", "bagaimana cara mendengarkan suara Allah", "bagaimana melangkah maju dalam keheningan". Itulah permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 18 Desember 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, mengulas Bacaan Injil hari itu (Mat 1:18-24). Yesus, beliau menjelaskan, lahir dari Maria, tunangan Yosef, putra Daud.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 14 Desember 2017 : BETAPA LEMBUTNYA ALLAH

Bacaan Ekaristi : Yes. 41:13-20; Mzm. 145:9,10-11,12-13ab; Mat. 11:11-15

Kelembutan Allah, sebagai ciri khas-Nya, adalah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Kamis pagi, 14 Desember 2017, di Casa Santa Marta, Vatikan. Tema tersebut diambil dari Bacaan Pertama (Yes 41:13-20) dan Mazmur di mana Allah bersabda tentang diri-Nya : "... kelembutan-Nya membentang atas seluruh makhluk".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA SANTA MARIA DARI GUADALUPE (MISA UNTUK AMERIKA LATIN) 12 Desember 2017 : BUNDA MARIA ADALAH POLA GEREJA


Bacaan Ekaristi : Za 2:14-17; Ydt 13:18bcde,19; Luk 1:26-38

Injil (Luk 1:26-38) yang baru saja dikumandangkan adalah kata pengantar dua kidung agung : kidung Maria yang dikenal sebagai "Magnificat" dan kidung Zakaria, "Benedictus", dan saya suka menyebutnya "kidung Elisabet atau kidung kesuburan". Ribuan umat kristiani di seluruh dunia mengawali hari menyanyikan : "Terpujilah Tuhan", dan mereka mengakhiri hari "mengumandangkan keagungan-Nya karena Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya". Jadi, hari demi hari, orang-orang percaya dari berbagai bangsa berusaha mengingat, mengingat bahwa dari generasi ke generasi kerahiman Allah meluas ke semua bangsa, seperti yang dijanjikan-Nya kepada para nenek moyang kita. Dan dalam konteks kenangan penuh syukur ini, kidung Elisabet berkembang dalam bentuk sebuah pertanyaan : "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?". Kita mendapati Elisabet, perempuan yang ditandai dengan tanda kemandulan, berkidung di bawah tanda kesuburan dan keheranan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 11 Desember 2017 : BIARKANLAH DIRI KITA DIHIBUR OLEH ALLAH

Bacaan Ekaristi : Yes. 35:1-10; Mzm. 85:9ab-10,11-12,13-14; Luk. 5:17-26

Dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 11 Desember 2017 di Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita harus belajar untuk membiarkan diri kita dihibur oleh Tuhan, meninggalkan dendam dan keluhan kita.

Merenungkan Bacaan Pertama (Yes. 35:1-10), beliau mengatakan bahwa Tuhan telah datang untuk menghibur kita. Sama seperti murid-murid pertama yang sulit dapat mempercayai sukacita kebangkitan, kita sering kali merasa sulit untuk membiarkan diri kita dihibur oleh mukjizat-mukjizat yang diperlihatkan Allah dalam kehidupan kita.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Desember 2017 : MENGUSAHAKAN BENIH BERTUMBUH DAN MELINDUNGI PERTUMBUHANNYA

Bacaan Ekaristi : Yes. 11:1-10; Mzm. 72:2,7-8,12-13,17; Luk. 10:21-24.

Dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 5 Desember 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menunjukkan dua aspek dasariah bagi setiap orang kristiani : tugas mengusahakan dan langgam menjaga. Beliau memusatkan permenungan homilinya pada perikop dari kitab nabi Yesaya dalam Bacaan Pertama (Yes 11:1-10).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA TAHBISAN IMAMAT 16 DIAKON DI LAPANGAN SUHRAWARDY, DHAKA (BANGLADESH) 1 Desember 2017 : JALANKANLAH PELAYANAN KRISTUS DENGAN SUKACITA TERUS MENERUS DAN KASIH SEJATI

Saudara dan saudari terkasih : karena putra-putra kita ini, yang adalah para kerabat dan para sahabat kalian, sekarang ditingkatkan ke dalam jajaran para imam, mempertimbangkan dengan seksama jenis tingkatan dalam Gereja tempat mereka diangkatkan. Memang benar bahwa Allah telah menjadikan seluruh umat-Nya yang kudus sebuah imamat rajawi di dalam Kristus. Meskipun demikian, Imam agung kita sendiri, Yesus Kristus, memilih murid-murid tertentu untuk menjalankan secara terbuka atas nama-Nya, dan atas nama umat manusia, sebuah jabatan imamat dalam Gereja. Karena Kristus diutus oleh Bapa dan Ia, pada gilirannya, mengutus para Rasul ke dalam dunia, sehingga melalui mereka dan para penerus mereka, para Uskup, Ia dapat terus menjalankan jabatan Guru, Imam, dan Gembala-Nya. Memang, para imam adalah rekan kerja jajaran para Uskup, yang dengannya mereka tergabung dalam jabatan imamat dan dengannya mereka dipanggil untuk melayani umat Allah.