Dengan mendengarkan Bacaan Pertama, kisah kedatangan orang-orang Yahudi - yang
sekarang dibebaskan dari perbudakan Mesir - ke Gunung Sinai (Kel 19:1), tidak
memikirkan kalian sebagai sebuah bangsa adalah mustahil. Tidak memikirkan
seluruh negara Estonia dan seluruh negara Baltik adalah mustahil! Bagaimana
kita bisa tidak memikirkan peranan kalian dalam Revolusi Nyanyian, atau dalam
deretan manusia yang berjumlah dua juta orang yang membentang dari sini hingga
Vilnius? Kalian tahu apa itu berjuang untuk kebebasan; kalian dapat
mengenalinya dengan orang-orang tersebut. Kemudian, akan ada baiknya kita
mendengarkan apa yang dikatakan Allah kepada Musa, guna memahami apa yang
sedang Ia katakan kepada kita sebagai sebuah bangsa.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI TEMPAT SUCI BUNDA ALLAH, AGLONA (LATVIA) 24 September 2018 : BUNDA MARIA MEMPERLIHATKAN BAGAIMANA DEKAT DAN PEDULI TERHADAP ORANG LAIN
Sungguh, kita dapat mengatakan bahwa apa yang dikatakan Santo Lukas kepada kita
di awal kitab Kisah Para Rasul sedang diulangi di sini hari ini : kita
bergabung bersama-sama dalam doa, dalam kolega Maria, Bunda kita (bdk. Kis
1:14). Hari ini kita mengkhususkan tema lawatan ini untuk kita :
“Perlihatkanlah dirimu sebagai Bunda!”. Perlihatkanlah kepada kami, Bunda, di
mana engkau terus melantunkan Magnificat-mu. Perlihatkanlah kepada kami
tempat-tempat di mana Putramu disalibkan, agar kami dapat menjumpai kehadiranmu
yang terus menerus di kaki salib.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI TAMAN SANTAKOS, KAUNAS (LITHUANIA) 23 September 2018 : KEHIDUPAN KRISTIANI SELALU MELIBATKAN PENGALAMAN SALIB
Bacaan
Ekaristi : Keb. 2:12,17-20; Mzm. 54:3-4,5,6,8; Yak. 3:16-4:3; Mrk. 9:30-37.
Santo
Markus mencurahkan seluruh bagian Injilnya pada petunjuk bagi para murid Tuhan.
Tampaknya, Yesus, pada titik tengah perjalanan-Nya ke Yerusalem, menginginkan
mereka untuk memperbarui pilihan mereka dalam mengikuti-Nya, memahami bahwa
perjalanan tersebut akan menyebabkan saat-saat pencobaan dan nestapa. Penginjil
menggambarkan masa kehidupan Yesus ini dengan menyebutkan bahwa pada tiga
kesempatan Ia mengumumkan sengsara-Nya. Pada ketiga kesempatan itu, para murid
mengutarakan kebingungan dan perbantahan, serta pada masing-masing kesempatan
ini Tuhan ingin meninggalkan mereka sebuah ajaran. Kita baru saja mendengar
kesempatan kedua dari ketiga kesempatan ini (bdk. Mrk 9:30-37).
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 September 2018 : AMBILLAH JALAN BELAS KASIH MENUJU HATI ALLAH
Bacaan
Ekaristi : Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13.
Ingatan orang-orang kristiani akan asal-usul dan dosa-dosa mereka harus menyertai mereka sepanjang hidup. Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 21 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau merenungkan Bacaan Injil dalam liturgi hari itu (Mat 9:9-13) yang menceritakan tentang bagaimana Yesus mengundang Matius, sang pemungut cukai, dan orang-orang berdosa lainnya untuk makan semeja dengan-Nya.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 20 September 2018 : YESUS MENGAJARKAN KASIH SEJATI
Bacaan
Ekaristi : 1Kor. 15:1-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,28; Luk. 7:36-50.
Marilah
kita memohon kepada Yesus, “dengan belas kasih-Nya dan pengampunan-Nya,” untuk
selalu melindungi Gereja kita yang “seperti seorang ibu, adalah kudus”, tetapi
juga “penuh dengan anak-anak yang berdosa, seperti kita”. Inilah doa Paus
Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 20 September 2018 di
Casa Santa Marta, Vatikan. Doa tersebut muncul sebagai hasil permenungan Bapa
Suci terhadap bacaan-bacaan liturgi hari itu. Beliau memusatkan perhatiannya
pada kata-kata Yesus : “Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah
banyak berbuat kasih”.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 18 September 2018 : YESUS ADALAH SOSOK GEMBALA YANG LEMBUT DAN TERGERAK OLEH BELAS KASIHAN
Bacaan Ekaristi : 1Kor. 12:12-14,27-31a; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 7:11-17.
Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 18 September 2018 di Casa
Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Injil hari itu (Luk
7:11-17) yang mengisahkan pembangkitan anak laki-laki seorang janda dari Nain.
Beliau memaparkan Yesus, sosok gembala, yang kewibawaan-Nya berasal dari belas
kasihan-Nya yang terungkap dalam kelemahlembutan dan kedekatan dengan
orang-orang. Paus Fransiskus mendorong para imam untuk meneladan Yesus karena
dekat dengan orang-orang, tidak dekat dengan kaum penguasa atau kaum ideolog
yang, beliau katakan, "meracuni jiwa-jiwa".
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 14 September 2018 : SALIB MENGAJARKAN KITA UNTUK TIDAK TAKUT KALAH
Bacaan
Ekaristi : Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37, 38. R: 7b; Flp. 2:6-11; Yoh.
3:13-17.
"Salib
Yesus mengajarkan kepada kita bahwa dalam kehidupan ada kegagalan dan ada
kemenangan”, salib Yesus mengajarkan kita untuk tidak takut akan “saat-saat
gelap” yang dapat diterangi oleh salib, yang merupakan tanda kemenangan Allah
atas kejahatan. Ini adalah pesan pokok Paus Fransiskus dalam homilinya pada
Misa harian Jumat pagi 14 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 September 2018 : BELAS KASIH ADALAH "CORAK" ORANG KRISTIANI
Bacaan
Ekaristi : 1Kor. 8:1b-7,11-13; Mzm. 139:1-3,13-14ab,23-24; Luk. 6:27-38.
Orang
kristiani tidak mengikuti "roh dunia", tetapi menjalani
"kebodohan Salib". Itulah yang disampaikan Paus Fransiskus dalam
homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 13 September 2018, di Casa Santa Marta,
Vatikan
“Menjadi
orang kristiani tidaklah mudah”, tetapi membuat kita “bahagia” : jalan yang
ditunjukkan kepada kita oleh Bapa surgawi adalah jalan “belas kasih” dan jalan
“kedamaian batin”. Mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Luk 6:27-38), Paus
Fransiskus sekali lagi menjelaskan ciri khas "corak orang Kristiani".
Paus Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan selalu menunjukkan kepada kita harus
seperti apakah “kehidupan seorang murid”. Ia melakukannya, misalnya, melalui
Sabda Bahagia atau karya-karya belas kasih.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 11 September 2018 : PARA USKUP HARUS BERDOA, RENDAH HATI DAN DEKAT DENGAN UMAT GUNA MENGATASI SANG PENUDUH BESAR
Bacaan
Ekaristi : 1Kor. 6:1-11; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Luk. 6:12-19.
Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 11 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengajak para uskup untuk mengatasi Sang Penuduh Besar, yang berusaha menciptakan skandal, melalui doa, kerendahan hati, dan kedekatan dengan umat Allah. Beliau mengatakan tampaknya Sang Penuduh Besar sedang menyerang para uskup Gereja Katolik untuk menciptakan skandal.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 10 September 2018 : KEBARUAN INJIL TIDAK MENGIZINKAN KEHIDUPAN GANDA
Dalam
homilinya selama Misa harian Senin pagi 10 September 2018 di Casa Santa Marta,
Vatikan, Paus Fransiskus menunjukkan bahwa dalam Bacaan Pertama (1Kor 5:1-8)
Rasul Paulus sangat marah dengan mereka yang menyombongkan diri sebagai
"orang-orang kristiani yang terbuka", tetapi di dalam dirinya
"pengakuan akan Yesus Kristus berjalan seiring dengan percabulan yang
dibiarkan” : “Memang orang mendengar, bahwa ada percabulan di antara kamu, dan
percabulan yang begitu rupa, seperti yang tidak terdapat sekalipun di antara
bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah”. Kata-kata teguran keras tersebut
dialamatkan Santo Paulus kepada jemaat kristiani di Korintus karena kebanyakan
dari mereka menjalani kehidupan ganda. Paulus mengingatkan bahwa “ragi
mengkhamirkan seluruh adonan”, dan dibutuhkan ragi yang baru untuk adonan yang
baru.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 6 September 2018 : KITA HARUS MEMPERSALAHKAN DIRI KITA, BUKAN ORANG LAIN
Bacaan : 1Kor. 3:18-23; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 5:1-11
Kita
perlu mengenali bahwa kita adalah orang-orang berdosa : tanpa belajar untuk
mempersalahkan diri kita sendiri, kita tidak dapat berjalan dalam kehidupan
kristiani. Itulah inti pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian
Kamis pagi 6 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 4 September 2018 : ROH ALLAH VS ROH DUNIA
Bacaan
Ekaristi : 1Kor. 2:10b-16; Mzm. 145:8-9,10-11,12-13ab,13cd-14; Luk. 4:31-37.
Dalam
homilinya pada Misa harian Selasa pagi 4 September 2018 di Casa Santa Marta,
Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa di dalam hati setiap orang “roh
dunia” dan “Roh Allah” saling berhadapan satu sama lain setiap hari. Hati
seseorang bagaikan “medan perang” di mana dua “roh” yang berbeda saling
berhadapan : pertama, Roh Allah, menuntun kita “kepada perbuatan baik, amal,
persaudaraan”; yang lainnya, yaitu roh dunia, mendorong kita “menuju
kesia-siaan, kesombongan, kecukupan, pergunjingan”.
HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 3 September 2018 : KEHENINGAN DAN DOA ADALAH TANGGAPAN TERBAIK
Bacaan
Ekaristi : 1Kor. 2:1-5; Mzm. 19:97,98,99,100, 101,102; Luk. 4:16-30.
Dalam
Misa harian Senin pagi 3 September 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus
Fransiskus memusatkan homilinya pada Bacaan Injil hari itu (Luk 4:16-30) yang
menceritakan kembalinya Yesus ke Nazaret dan mengalami penolakan di rumah
ibadat setelah mengulas sebuah nas dari kitab Nabi Yesaya. Paus Fransiskus
menyoroti ketenangan Yesus dalam menguasai diri tidak hanya dalam adegan ini
tetapi juga selama sengsara-Nya.
Subscribe to:
Posts (Atom)