Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM NATAL DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 24 Desember 2019 : NATAL MENGATAKAN BAHWA KAMU DIKASIHI


Bacaan Ekaristi : Yes. 9:1-6; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14; Luk. 2:1-14.

“Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yes. 9:1). Nubuat yang kita dengar dalam Bacaan Pertama tergenapi dalam Injil : ketika gembala-gembala menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam, “kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka” (Luk 2:9). Di tengah-tengah malam duniawi kita, sebuah cahaya muncul dari surga. Apa arti cahaya yang bersinar dalam kegelapan ini? Santo Paulus memberitahu kita : “Kasih karunia Allah telah muncul”. Kasih karunia Allah, “yang menyelamatkan semua manusia” (Tit 2:11), telah bersinar di dunia kita malam ini. Tetapi apakah kasih karunia ini? Kasih karunia adalah kasih ilahi, kasih yang mengubah hidup, memperbarui sejarah, membebaskan dari kejahatan, memenuhi hati dengan kedamaian dan sukacita.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 19 Desember 2019 : KECUMA-CUMAAN ALLAH


Bacaan Ekaristi : Hak. 13:2-7,24-25a; Mzm. 71:3-4a,5-6ab,16-17; Luk. 1:5-25.

Kecuma-cumaan Allah. Itulah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Kamis pagi 19 Desember 2019 di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus mengatakan kecuma-cumaan Allah menjadikan padang gurun berkembang biak seperti ibu Simson dan ibu Yohanes Pembaptis yang tadinya mandul.

Membangkitkan nubuat nabi Yesaya, Paus Fransiskus berkutat pada berkembang biaknya padang gurun. Beliau mengingatkan bahwa Allah sanggup mengubah segalanya, secara cuma-cuma. Allah menyelamatkan kita secara cuma-cuma, tetapi kita berdosa ketika kita berhasrat untuk menyelamatkan diri kita.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 Desember 2019 : DUA SIKAP UMAT KRISTIANI YANG SUAM-SUAM KUKU


Bacaan Ekaristi : Bil. 24:2-7,15-17a; Mzm. 25:4bc-5ab,6-7bc,8-9; Mat. 21:23-27.

Dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 16 Desember 2019 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menggambarkan dua sikap umat kristiani yang suam-suam kuku - “menempatkan Allah di pojok dan mencuci tangan mereka dari-Nya”. Paus Fransiskus mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Mat 21:23-27) yang menceritakan para imam kepala mempertanyakan kepada Yesus tentang asal-usul kuasa pengajaran-Nya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA BERSAMA UMAT FILIPINA DI ROMA (BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN) 15 Desember 2019


Dalam Misa untuk umat Filipina yang berkumpul di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Minggu 15 Desember 2019, Paus Fransiskus mengawali homilinya dengan mengacu pada liturgi hari itu. Beliau mengatakan bahwa "dari kata-kata Mazmur Tanggapan kita belajar bahwa ada "orang-orang yang lemah yang juga pantas mendapatkan pandangan kasih khusus dari Allah".

Paus Fransiskus merujuk pada “orang-orang yang tertindas, yang lapar, berada dalam tahanan, orang-orang asing, anak-anak yatim dan para janda. "Inilah penghuni pinggiran keberadaan kemarin dan hari ini", beliau mengatakan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA SANTA PERAWAN MARIA DARI GUADALUPE DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 12 Desember 2019 : MARIA ADALAH SEORANG PEREMPUAN, IBU DAN BERDARAH CAMPURAN


Bacaan Ekaristi : Gal 4:4-7; Luk 1:39-48

Dalam homilinya pada Misa Pesta Santa Perawan Maria dari Guadalupe, 12 Desember 2019, di Basilika Santo Petrus (Vatikan), Paus Fransiskus mengatakan bahwa liturgi Pesta Santa Perawan Maria dari Guadalupe, dan gambarnya yang ditampilkan di altar, mengusulkan tiga kata sifat. Tiga kata sifat ini menjelaskan intisari Maria : perempuan, ibu, berdarah campuran.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 10 Desember 2019 : ALLAH MENGHIBUR DAN MENGHUKUM KITA DENGAN KELEMBUTAN


Bacaan Ekaristi : Yes. 40:1-11; Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13; Mat. 18:12-14.

Tuhan membimbing umat-Nya, menghibur mereka tetapi juga memperbaiki mereka dan menghukum mereka dengan kelembutan seorang bapa, seorang gembala yang "memangku anak-anak domba”, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati". Inilah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi, 10 Desember 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau mengacu pada Bacaan Injil (Mat. 18:12-14) yang menceritakan Perumpamaan tentang Domba yang Hilang. Beliau juga bertanya bagaimana Tuhan menghibur dan memperbaiki kita.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Desember 2019 : KITA MENDASARKAN HIDUP KITA PADA KRISTUS, BUKAN PADA PENAMPILAN


Bacaan Ekaristi : Yes. 26:1-6; Mzm. 118:1,8-9,19-21,25-27a; Mat. 7:21,24-27.

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 5 Desember 2019, di Casa Santa Marta (Vatikan), dengan mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Mat. 7:21,24-27), Paus Fransiskus mendesak umat kristiani untuk membenamkan landasan hidup mereka ke dalam Kristus, ketimbang mengandalkan pasir penampilan yang sedang bergeser.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 3 Desember 2019 : TENTANG PERKARA KECIL


Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 3 Desember 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa liturgi hari itu “berbicara tentang perkara kecil; kita dapat mengatakan bahwa hari ini adalah hari perkara kecil”. Bacaan Pertama, yang diambil dari kitab Nabi Yesaya dimulai dengan pengumuman, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh Tuhan akan ada padanya ..." (11:1-2).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU ADVEN I BERSAMA UMAT KATOLIK KONGO ROMA DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 1 Desember 2019


Bacaan Ekaristi : Yes. 2:1-5; Mzm. 122:1-2,4-5,6-7,8-9; Rm. 13:11-14a; Mat. 24:37-44.

Paus Fransiskus : Boboto [Damai sejahtera]

Umat : Bondeko [Persaudaraan]

Paus Fransiskus : Bondeko [Persaudaraan]

Umat : Esengo [Sukacita]

Dalam Bacaan-bacaan hari ini kata kerja tersebut sering muncul, kata kerja tersebut muncul tiga kali dalam Bacaan Pertama, sementara Bacaan Injil berakhir dengan mengatakan bahwa “Anak Manusia datang” (Mat 24:44). Yesus datang : Adven mengingatkan kita akan kepastian ini dengan nama tersebut, karena kata Adven berarti kedatangan. Tuhan datang: inilah akar harapan kita, kepastian bahwa penghiburan Allah mencapai kita di antara kesengsaraan dunia, penghiburan yang tidak berupa kata-kata, tetapi kehadiran, kehadiran-Nya yang datang di tengah-tengah kita.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 November 2019 : KEMATIAN MERUPAKAN SEBUAH PERJUMPAAN DENGAN TUHAN


Bacaan Ekaristi : Dan. 7:2-14; Dan. 3:75,76,77,78,79,80,81; Luk. 21:29-33.

Dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 29 November 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengingatkan bahwa dalam pekan terakhir tahun liturgi ini Gereja mengundang kita untuk bercermin pada kesudahan : kesudahan dunia dan kesudahan kita masing-masing. Tema ini, beliau mengatakan, digemakan dalam Bacaan Injil (Luk. 21:29-33) melalui ucapan Yesus: "Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu". Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada bagaimana “segalanya akan berakhir” tetapi “Ia akan tetap” dan beliau mengundang umat yang hadir untuk merenungkan saat kematian mereka.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI TOKYO DOME, TOKYO (JEPANG) 25 November 2019


Bacaan Injil yang telah kita dengar adalah bagian dari khotbah besar Yesus yang pertama. Kita mengenalnya sebagai Khotbah di Bukit, dan bagi kita Khotbah tersebut menggambarkan keindahan jalan yang harus kita ambil. Dalam Kitab Suci, bukit adalah tempat Allah mewahyukan diri-Nya dan menjadikan diri-Nya dikenal. "Berfirmanlah Ia kepada Musa: 'Naiklah menghadap Tuhan'" (bdk. Kel 24:1). Sebuah bukit yang puncaknya tidak terjangkau oleh kemauan keras atau pendakian sosial, tetapi hanya dengan mendengarkan Sang Guru dengan penuh perhatian, sabar dan peka di setiap persimpangan perjalanan kehidupan. Puncak itu menyajikan kepada kita sudut pandang yang selalu baru di sekeliling kita, yang berpusat pada kasih sayang Bapa. Di dalam Yesus, kita menemukan puncak dari apa artinya menjadi manusia; Ia menunjukkan kepada kita jalan yang mengarah pada penggenapan yang melebihi segala harapan dan pengharapan kita. Dalam Dia, kita menemukan sebuah kehidupan baru, tempat kita memahami kebebasan mengetahui bahwa kita adalah anak-anak kesayangan Allah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA TUHAN KITA YESUS KRISTUS RAJA SEMESTA ALAM DI STADION BASEBALL, NAGASAKI (JEPANG) 24 November 2019


Bacaan Ekaristi : 2Sam. 5:1-3; Mzm. 122:1-2,4-5; Kol. 1:12-20; Luk. 23:35-43.

“Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (Luk 23:42).

Pada hari Minggu terakhir tahun liturgi ini, kita mempersatukan suara kita dengan suara penjahat yang disalibkan di samping Yesus, yang mengakui dan menyatakan Dia sebagai seorang raja. Di tengah teriakan ejekan dan penghinaan, setidaknya momen kemenangan dan kejayaan memungkinkan, penjahat itu mampu berbicara dan membuat pengakuan imannya. Kata-katanya adalah kata-kata terakhir yang didengar Yesus, dan kata-kata Yesus sendiri sebagai jawaban adalah kata-kata terakhir yang Ia ucapkan sebelum menyerahkan diri-Nya kepada Bapa : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus” (Luk 23:43).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA BERSAMA KAUM MUDA DI KATEDRAL SANTA PERAWAN MARIA DIANGKAT KE SURGA, BANGKOK (THAILAND) 22 November 2019 : BERAKARLAH DALAM IMAN MELALUI PERSAHABATAN DENGAN YESUS


Marilah kita pergi menemui Kristus, Tuhan, karena ia akan datang!

Injil yang baru saja kita dengar mengundang kita untuk berangkat, memandang masa depan untuk menemukan hal yang paling indah yang dapat membawa kita : kedatangan Kristus yang pasti ke dalam kehidupan dan dunia kita. Marilah kita menyambut-Nya di tengah-tengah kita dengan sukacita dan kasih yang sangat besar, karena hanya kalian kaum muda yang bisa melakukannya! Bahkan sebelum kita berangkat untuk mencari-Nya, kita tahu bahwa Tuhan sedang mencari kita; Ia keluar untuk menemui kita dan memanggil kita untuk membuat, menciptakan, dan membentuk masa depan. Kita berangkat dengan penuh sukacita, karena kita tahu Ia sedang menanti kita di sana.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI STADION NASIONAL, BANGKOK (THAILAND) 21 November 2019


"Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?" (Mat 12:48).

Dengan pertanyaan ini, Yesus menantang kerumunan pendengar-Nya untuk merenungkan sesuatu yang tampaknya sudah jelas dan tidak perlu diragukan lagi : Siapakah anggota keluarga kita, kerabat kita, dan orang-orang yang kita kasihi? Setelah memberikan waktu untuk meresapkan pertanyaan, Yesus kemudian menjawab, “Siapa pun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku” (ayat 50). Dengan cara ini, Ia menumbangkan tidak hanya jaminan keagamaan dan hukum pada waktu itu, tetapi juga setiap klaim yang tidak semestinya dari pihak yang menganggap diri mereka berada di atas-Nya. Injil adalah sebuah undangan dan sebuah hak yang diberikan secara cuma-cuma kepada semua orang yang ingin mendengarnya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI ORANG MISKIN SEDUNIA (HARI MINGGU BIASA XXXIII) DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 17 November 2019


Bacaan Ekaristi : Mal. 4:1-2a; Mzm. 98:5-6,7-8,9a,9bc; 2Tes. 3:7-12; Luk. 21:5-19.

Dalam Bacaan Injil hari ini (Luk. 21:5-19), Yesus mengejutkan orang-orang sezamannya dan kita. Sementara semua orang mengagumi Bait Allah yang megah di Yerusalem, Yesus memberitahu mereka bahwa tidak ada "satu batu" pun akan dibiarkan terletak "di atas batu yang lain" (Luk 21:6). Mengapa Ia mengucapkan perkataan tentang lembaga yang begitu sakral ini, yang bukan hanya bangunan tetapi lambang keagamaan yang unik, rumah Allah dan umat beriman? Mengapa Ia menubuatkan kepastian teguhnya umat Allah akan runtuh? Mengapa, pada akhirnya, Tuhan membiarkan kepastian kita runtuh, ketika dunia kita memiliki semakin sedikit kepastian?

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 November 2019 : SETAN MENGHANCURKAN KARENA IA DENGKI


Bacaan Ekaristi : Keb. 2:23-3:9; Mzm. 34:2-3,16-17,18-19; Luk. 17:7-10.

Setan ada, menabur kebencian dan maut di seluruh dunia. Ia dengki karena Putra Allah menjadi manusia. Inilah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi, 12 November 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan.

Paus Fransiskus berkaca pada Bacaan Pertama (Keb. 2:23-3:9), khususnya ayat pertama yang dimulai dengan : "Allah telah menciptakan manusia untuk kebakaan, dan dijadikan-Nya gambar hakekat-Nya sendiri". Ayat yang sama berlanjut dengan : "Tetapi karena dengki setan maka maut masuk ke dunia".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA PEMBERKATAN BASILIKA LATERAN 9 November 2019



Bacaan Ekaristi : Yeh. 47:1-2,8-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; 1Kor 3:10-17; Yoh. 2:13-22

Sore ini, dalam perayaan Pesta Pemberkatan Basilika Lateran ini, saya ingin menawarkan kepadamu tiga ayat yang diambil dari Sabda Allah sehingga kamu dapat menjadikannya obyek meditasi dan doa.

Saya merasa ayat yang pertama dialamatkan kepada kita semua, kepada seluruh umat Keuskupan Roma. Ayat tersebut adalah Mazmur Tanggapan : "Kota Allah, kediaman Yang Mahatinggi, disukakan oleh aliran-aliran sebuah sungai" (46:5). Umat kristiani yang tinggal di kota ini seperti sungai yang mengalir dari bait suci : aliran-aliran tersebut membawa sebuah Sabda kehidupan dan Sabda harapan yang sanggup membuat gurun hati berbuah, seperti aliran air yang deras yang digambarkan dalam penglihatan Yehezkiel (lihat bab 47) menyuburkan gurun Arab dan memulihkan perairan Laut Mati yang asin dan tanpa kehidupan. Hal yang penting yakni aliran sungai keluar dari bait suci dan menuju ke tanah yang tampak berseteru. Kota tersebut tidak bisa tidak bersukacita ketika melihat umat kristiani menjadi para pewarta yang penuh sukacita, bertekad untuk membagikan khazanah Sabda Allah kepada orang lain dan bekerja demi kebaikan bersama. Tanah yang tampaknya ditakdirkan selamanya gersang mengungkapkan suatu potensi yang luar biasa : tanah itu menjadi sebuah taman dengan pohon-pohon hijau dan dedaunan serta buah-buahan dengan khasiat penyembuhan. Yehezkiel menjelaskan alasan dari begitu banyak kelimpahan tersebut : "mendapat air dari tempat kudus itu" (47:12). Allah adalah rahasia kekuatan kehidupan yang baru ini!

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 November 2019 : TUHAN MENANTI SETIAP ORANG, ORANG BAIK MAUPUN ORANG JAHAT


Bacaan Ekaristi : Rm. 12:5-16a; Mzm. 131:1,2,3; Luk. 14:15-24.

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 5 November 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus berkaca Bacaan Injil hari itu (Luk. 14:15-24). Beliau mengajak kita untuk bertanya apakah kita menerima undangan perjamuan Tuhan, atau tetap tertutup dalam diri kita sendiri.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA ARWAH BAGI 9 KARDINAL DAN 154 USKUP YANG TELAH MENINGGAL DALAM SETAHUN TERAKHIR DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 4 November 2019


Bacaan Ekaristi : 2Mak 12:43-46; Flp 3:20-21; Yoh 6:37-40

Bacaan-bacaan yang telah kita dengar mengingatkan kita bahwa kita datang ke dunia untuk dibangkitkan : kita tidak dilahirkan untuk kematian, tetapi untuk kebangkitan. Faktanya, Santo Paulus menulis dalam Bacaan Kedua, bahkan sekarang “kewargaan kita adalah di dalam surga” (Flp 3:20) dan, seperti yang dikatakan Yesus dalam Bacaan Injil, kita akan dibangkitkan pada akhir zaman (lihat Yoh 6:40). Dan dalam Bacaan Pertama juga terlintas pemikiran akan kebangkitan dalam diri Yudas Makabe “sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat" (2Mak 12.43). Hari ini kita juga dapat bertanya pada diri sendiri : apa yang terlintas dalam pikiranku sehubungan dengan kebangkitan? Bagaimana aku menanggapi panggilanku untuk bangkit kembali?

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PENGENANGAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN DI KATAKOMBE PRISKILA, ROMA (ITALIA) 2 November 2019 : JATIDIRI, TEMPAT DAN PENGHARAPAN


Bacaan Ekaristi : 2Mak. 12:43-46; Mzm. 130:1-2,3-4,5-6a,6b-7,8; 1Kor. 15:12-34; Yoh. 6:37-40.

Perayaan Pengenangan Arwah Semua Orang Beriman di sebuah katakombe - bagi saya inilah pertama kalinya dalam hidup saya memasuki sebuah katakombe, ini merupakan sebuah kejutan - menceritakan banyak hal kepada kita. Kita dapat memikirkan kehidupan orang-orang itu, yang harus bersembunyi, yang memiliki budaya menguburkan orang mati dan merayakan Ekaristi di sini ... Inilah momen sejarah yang buruk, tetapi belum teratasi : bahkan hingga hari ini. Ada banyak. Banyak katakombe di negara-negara lain, di mana mereka bahkan harus berpura-pura mengadakan pesta atau ulang tahun untuk merayakan Ekaristi, karena di tempat itu dilarang melakukannya. Bahkan dewasa ini umat kristiani teraniaya, melebihi abad-abad pertama, lebih banyak. Ini - katakombe, penganiayaan, umat kristiani - dan Bacaan-bacaan ini, membuat saya memikirkan tiga kata : jatidiri, tempat dan pengharapan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 31 Oktober 2019 : KASIH KRISTUS BUKANLAH OPERA SABUN


Bacaan Ekaristi : Rm. 8:31b-39; Mzm. 109:21-22,26-27,30-31; Luk. 13:31-35

Roh Kudus membantu kita untuk memahami “kasih Kristus bagi kita” dan mempersiapkan hati kita untuk “memperkenankan diri kita dikasihi” oleh Tuhan. Paus Fransiskus menyatakan hal tersebut dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 31 Oktober 2019 dengan mengacu pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Rm 8:31b-39).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 Oktober 2019 : PENGHARAPAN KRISTIANI LAKSANA UDARA YANG KITA HIRUP


Bacaan Ekaristi : Rm. 8:18-25; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 13:18-21.

Pengharapan laksana melempar sauh ke pantai lain. Paus Fransiskus menggunakan gambaran ini dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 29 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan untuk mendesak umat agar hidup "dalam ketegangan" menuju perjumpaan dengan Tuhan. Jika tidak demikian mereka akhirnya akan memburuk dan kehidupan kristiani akan beresiko menjadi "sebuah ajaran filosofis".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PENUTUPAN SINODE PARA USKUP WILAYAH AMAZON DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 27 Oktober 2019 : DOA ORANG FARISI, DOA PEMUNGUT CUKAI DAN DOA ORANG MISKIN


Bacaan Ekaristi : Sir. 35:12-14; Mzm. 34:2-3,17-18,19,23; 2Tim. 4:6-8,16-18; Luk. 18:9-14.

Sabda Allah hari ini membantu kita untuk berdoa melalui tiga sosok : dalam perumpamaan Yesus baik orang Farisi maupun pemungut pajak berdoa, sementara Bacaan Pertama berbicara tentang doa orang miskin.

1.       Doa orang Farisi dimulai dengan cara ini : " Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu".

Ini adalah permulaan yang luar biasa, karena doa terbaik adalah doa syukur, doa pujian. Namun, segera, kita melihat alasan mengapa ia bersyukur : "Aku tidak sama seperti semua orang lain" (Luk 18:11). Ia juga menjelaskan alasannya : ia berpuasa dua kali seminggu, meskipun pada saat itu hanya diwajibkan setahun sekali; ia membayar persepuluhan dari segala penghasilan yang ia dapatkan, meskipun persepuluhan ditetapkan hanya untuk penghasilan yang paling utama (bdk. Ul 14:22+). Singkatnya, ia bangga karena ia sedapat mungkin memenuhi perintah-perintah tertentu. Tetapi ia melupakan perintah terbesar : mengasihi Allah dan sesama kita (bdk. Mat 22:36-40). Meluap dengan keyakinan diri tentang kemampuannya sendiri untuk mematuhi perintah, jasa dan keutamaannya sendiri, ia hanya berfokus pada dirinya sendiri. Tragedi orang ini yaitu ia tanpa kasih. Bahkan hal-hal terbaik, tanpa kasih, tidak berarti apa-apa, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus (bdk. 1 Kor 13). Tanpa kasih, apa hasilnya? Ia akhirnya memuji dirinya sendiri bukannya berdoa. Sebenarnya, ia tidak meminta apa pun dari Tuhan karena ia tidak merasa membutuhkan atau berhutang, tetapi ia merasa bahwa Allah berutang sesuatu kepadanya. Ia berdiri di bait Allah, tetapi ia menyembah allah yang berbeda : dirinya sendiri. Dan banyak kelompok "bergengsi", "Kristen Katolik", mengikuti jalan ini.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 Oktober 2019 : PERGULATAN UNTUK MEMAHAMI APA YANG SEDANG TERJADI DI DALAM DIRI KITA


Bacaan Ekaristi : Rm. 7:8-25a; Mzm. 119:66,68,76,77,93,94; Luk. 12:54-59.

Paus Fransiskus mendesak umat Kristiani untuk memohon terang kepada Tuhan agar mengetahui dengan baik apa sedang yang terjadi di dalam diri kita. Hal tersebut disampaikannya dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 24 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau berkaca pada Bacaan Pertama (Rm. 7:8-25a) yang di dalamnya Santo Paulus berbicara kepada umat Roma tentang pergulatan batin yang terus-menerus terjadi di dalam dirinya, pergulatan antara keinginan untuk berbuat baik dan tidak mampu melakukannya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU BIASA XXIX (HARI MINGGU MISI SEDUNIA) 20 Oktober 2019 : BERCERMIN PADA TIGA KATA : “GUNUNG”, “NAIK” DAN “SEGALA”


Bacaan Ekaristi : Kel. 17:8-13; Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8; 2Tim. 3:14-4:2; Luk. 18:1-8.

Saya ingin bercermin pada tiga kata yang diambil dari bacaan-bacaan yang baru saja kita dengar : sebuah kata benda, sebuah kata kerja dan sebuah kata sifat. Kata benda adalah gunung : Yesaya berbicara tentang hal itu ketika ia bernubuat tentang gunung Tuhan, yang menjulang tinggi di atas bukit-bukit, segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana (bdk. Yes 2:2). Kita melihat kembali gambaran gunung dalam Injil ketika Yesus, setelah kebangkitan-Nya, memberitahu murid-murid-Nya untuk menemui-Nya di gunung Galilea; Galilea dihuni berbagai bangsa : "Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain" (bdk. Mat 4:15). Maka, tampaknya gunung adalah tempat yang paling disukai Allah untuk berjumpa dengan umat manusia. Gunung adalah tempat Ia bertemu kita, seperti yang kita lihat dalam Kitab Suci, dimulai dengan Gunung Sinai dan Gunung Karmel, seluruh jalan menuju Yesus, yang mewartakan Sabda Bahagia di gunung, berubah rupa di Gunung Tabor, memberikan nyawa-Nya di Gunung Kalvari dan naik ke surga dari Bukit Zaitun. Gunung, tempat perjumpaan agung antara Allah dan manusia, juga merupakan tempat Yesus menghabiskan beberapa jam dalam doa (bdk. Mrk 6:46) untuk menyatukan surga dan bumi, dan untuk mempersatukan kita, saudara-saudari-Nya, dengan Bapa.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 Oktober 2019 : BELAJARLAH MENGARAHKAN JARI PADA DIRIMU SENDIRI AGAR KAMU TERBEBAS DARI KEMUNAFIKAN


Bacaan Ekaristi : Rm. 1:16-25; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 11:37-41.

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 15 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus tidak mentolerir kemunafikan. “Kita harus disembuhkan dari kemunafikan”, katanya, “dan penyembuhnya adalah mengetahui bagaimana mengarahkan jari pada diri kita di hadapan Allah”, karena barangsiapa yang tidak dapat melakukannya “bukan orang kristiani yang baik”.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KANONISASI BEATO JOHN HENRY NEWMAN, BEATA GIUSEPPINA VANNINI, BEATA MARIAM THRESIA CHIRAMEL MANKIDIYAN, BEATA DULCE LOPES PONTES DAN BEATA MARGUERITE BAYS DI LAPANGAN SANTO PETRUS (VATIKAN) 13 Oktober 2019


Bacaan Ekaristi : 2Raj. 5:14-17; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; 2Tim. 2:8-13; Luk. 17:11-19.

"Imanmu telah menyelamatkan engkau" (Luk 17:19). Inilah puncak Bacaan Injil hari ini, yang mencerminkan perjalanan iman. Ada tiga langkah dalam perjalanan iman ini. Kita melihat ketiga langkah tersebut dalam tindakan para penderita kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Mereka berteriak, berjalan dan bersyukur.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 Oktober 2019 : IDEOLOGI SEHARUSNYA TIDAK MENGGANTIKAN IMAN


Bacaan Ekaristi : Yun. 3:1-10; Mzm. 130:1-2,3-4ab,7-8; Luk. 10:38-42.

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 8 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus berkaca pada sosok Yunus dalam Perjanjian Lama yang melarikan diri dari Allah yang menginginkannya menjadi nabi-Nya untuk mewartakan pertobatan kepada orang-orang Niniwe agar mereka tidak dihukum. Berangkat berlayar ke Tarsis, ia harus dilempar ke laut untuk menenangkan badai yang ganas yang telah diturunkan Tuhan di laut. Seekor ikan besar yang menelannya, melemparkannya ke pantai setelah tiga hari, sebuah gambaran, kata Paus Fransiskus, yang mengingatkan kita akan kebangkitan Kristus pada hari ketiga.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PEMBUKAAN SIDANG KHUSUS SINODE PARA USKUP WILAYAH PAN-AMAZON DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 6 Oktober 2019


Bacaan Ekaristi : Hab. 1:2-3;2:2-4; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; 2Tim. 1:6-8,13-14; Luk. 17:5-10.

Rasul Paulus, misionaris terbesar dalam sejarah Gereja, membantu kita menjadikan "sinode" ini, "perjalanan bersama" ini. Kata-katanya kepada Timotius tampaknya ditujukan kepada kita, sebagai para gembala dalam pelayanan Umat Allah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA TAHBISAN EPISKOPAL MGR MICHAEL CZERNY, SJ, MGR PAOLO BORGIA, MGR ANTOINE CAMILLEN DAN MGR PAOLO RUDELLI DI BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN, 4 Oktober 2019


Bacaan Ekaristi : Yer 1:4-9; Mat 5:13-16

Saudara-saudara dan putra-putra,

Marilah kita sedikit merenungkan apa tanggung jawab gerejawi yang luhur dari saudara-saudara kita yang telah ditahbiskan ini. Tuhan kita Yesus Kristus yang diutus oleh Bapa untuk menebus manusia, pada gilirannya, mengutus Dua Belas Rasul ke dunia sehingga, penuh dengan kuasa Roh Kudus, mereka seharusnya mewartakan Injil kepada segala bangsa, mengumpulkan segala bangsa di bawah satu gembala, untuk menguduskan mereka dan menuntun mereka kepada keselamatan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA BERSAMA KORPS KEPOLISIAN VATIKAN DI LOURDES GROTTO, TAMAN VATIKAN 28 September 2019


Bacaan Ekaristi : Am. 6:1a,4-7; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; 1Tim. 6:11-16; Luk. 16:19-31.

Bacaan Injil yang pertama, perikop Injil ini, mungkin dapat membuat kita keliru dengan pesan pengajaran Yesus yang mendukung derma, mendukung keadilan, yaitu, pengajaran Yesus yang semacam moral. Tetapi itu sesuatu yang lain. tepatnya Yesus ingin memasuki jalan manusia seumur hidup, dan karena Injil ini Ia berbicara tentang dua kehidupan : kehidupan seorang kaya dan kehidupan seorang miskin, jalan kehidupan masing-masing. Injil ini membuat kita melihat takdir - bukan takdir magis, bukan - takdir yang dapat dibuat oleh manusia untuk dirinya sendiri, karena kita membuat takdir kita, kita melakukan perjalanan di jalan kita dan seringkali kita membuat jalan kita sendiri. Terkadang Tuhan campur tangan, Tuhan memberi rahmat, tetapi kita bertanggung jawab atas perjalanan kita. Tuhan memberi kita rahmat secara cuma-cuma, Ia membantu kita untuk selalu pergi ke hadirat-Nya, tetapi perjalanan kita, perjalanan kita, adalah tanggung jawab kita. Saya ingin memasukkan sedikit ke dalam pesan ini.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 3 Oktober 2019 : SABDA ALLAH MEMENUHI DIRI KITA DENGAN SUKACITA DAN SUKACITA INILAH KEKUATAN KITA


Bacaan Ekaristi : Neh. 8:1-4a,5-6,7b-12; Mzm. 19:8,9,10,11; Luk. 10:1-12.

Kita harus membuka hati untuk berjumpa dengan Sabda Allah sehingga diri kita dipenuhi dengan sukacita, dan inilah kekuatan kita. Hal ini disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 3 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus juga menekankan bahwa kita tidak dapat memahami pesta hari Minggu tanpa Sabda Allah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 30 September 2019 : MEMBERDAYAKAN BUDAYA HARAPAN DENGAN KEPEDULIAN TERHADAP KAUM MUDA DAN KAUM TUA


Bacaan Ekaristi : Za. 8:1-8; Mzm. 102:16-18,19-21,29,22-23; Luk. 9:46-50.

Mengabaikan anak-anak dan orang tua karena mereka tidak produktif bukanlah tanda kehadiran Allah. Oleh karena itu kita harus peduli terhadap kaum muda dan kaum tua, dalam keluarga dan dalam masyarakat pada umumnya. Hal tersebut disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi, 30 September 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU BIASA XXVI (HARI MIGRAN DAN PENGUNGSI SEDUNIA) 29 September 2019


Bacaan Ekaristi : Am. 6:1a,4-7; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; 1Tim. 6:11-16; Luk. 16:19-31.

Mazmur Tanggapan hari Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan menjunjung tinggi orang asing serta janda dan anak yatim di antara umat-Nya. Pemazmur secara eksplisit menyebutkan orang-orang yang sangat rentan, sering dilupakan dan menjadi sasaran penindasan. Tuhan memiliki perhatian khusus terhadap orang asing, janda dan anak yatim, karena mereka tidak memiliki hak, tercampakkan dan terpinggirkan. Inilah sebabnya Allah mengatakan kepada umat Israel untuk memberikan perhatian khusus terhadap mereka.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 September 2019 : SPIRITUALITAS YANG SUAM-SUAM KUKU MENGUBAH HIDUP KITA MENJADI KUBURAN


Bacaan Ekaristi : Hag. 1:1-8; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9; Luk. 9:7-9.

Jangan berpuas diri dengan kedamaian batin palsu yang tidak menghasilkan buah. Itulah ajakan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 26 September 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Berkaca pada Bacaan Pertama yang diambil dari Kitab Hagai (1:1-8), Paus Fransiskus berbicara tentang bagaimana Tuhan mendesak umat-Nya untuk berkaca pada perilaku mereka dan mengubahnya dengan bekerja untuk membangun kembali bait Allah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA BERSAMA KOMUNITAS NUOVI ORIZZONTI DI FROSINONE (ITALIA) 24 September 2019 : ALLAH SELALU MEMBANTU UNTUK MEMBANGUN KEMBALI HIDUPMU


Pada hari Selasa pagi 24 September 2019 Paus Fransiskus merayakan Misa Kudus bersama anggota Komunitas "Nuovi Orizzonti" selatan Roma. Misa dihadiri oleh ratusan orang terlantar yang telah dibantu oleh Komunitas "Nuovi Orizzonti" untuk mengatasi dan menangani bekas luka pelecehan, kemiskinan, ketergantungan dan penyakit mental.

Dalam homilinya Paus Fransiskus mendorong umat yang hadir untuk berani terus membangun kembali hidup mereka, meskipun mereka telah mengalami kesulitan dan kegagalan yang besar. Berkaca pada Bacaan dari Kitab Ezra yang menceritakan tentang pembangunan kembali bait Allah yang telah hancur lebur, Paus Fransskus mengatakan, “bukanlah hal yang mudah untuk membangun kembali”.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI ALBANO (ITALIA) 21 September 2019 : KITA BUKANLAH PENGAMAT KEHIDUPAN ORANG LAIN


Kisah yang baru saja kita dengar terjadi di Yerikho, kota terkenal yang dihancurkan pada zaman Yosua, yang, menurut Kitab Suci, tidak akan dibangun kembali (bdk. Hak 6) : kota tersebut seharusnya "kota yang terlupakan". Tetapi Yesus, kata Injil, 19:1 masuk dan berjalan melintasi (bdk. Luk 19:1). Dan di kota ini, yang berada di bawah permukaan laut, Ia tidak takut untuk mencapai tingkatan terendah, yang diwakili oleh Zakheus. Ia adalah seorang pemungut pajak, pada kenyataannya, "seorang kepala pemungut cukai", yaitu <salah satu dari> orang-orang Yahudi yang dibenci oleh orang-orang, yang mengumpulkan pajak untuk Kekaisaran Romawi. Ia adalah “seorang yang kaya” (ayat 2) dan mudah untuk memahami bagaimana ia menjadi seperti itu: dengan mengorbankan sesama warganya, mengeksploitasi sesama warganya. Di mata mereka, Zakheus adalah orang yang paling jahat, tidak bisa diselamatkan. Tetapi tidak di mata Yesus, yang memanggil namanya, Zakheus, yang berarti “Allah mengingat”. Di kota yang terlupakan, Allah mengingat orang yang paling berdosa.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 20 September 2019 : EMPAT CARA YANG HARUS DITEMPUH OLEH PARA PELAYAN TERTAHBIS GUNA MEMELIHARA KEDEKATAN


Bacaan Ekaristi : 1Tim. 6:2c-12; Mzm. 49:6-7,8-9,17-20; Luk. 8:1-3.

Dalam homilinya pada misa harian Jumat pagi 20 September 2019 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus meminta doa untuk para imam dan para uskup agar mereka tidak akan pernah mengabaikan karunia pelayanan mereka. Selain itu beliau mendesak semua orang yang telah menerima karunia imamat untuk dekat satu sama lain dan dengan umat Allah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 19 September 2019 : PELAYANAN ADALAH KARUNIA YANG HARUS DIRENUNGKAN


Bacaan Ekaristi : 1Tim. 4:12-16; Mzm. 111:7-8,9-10; Luk. 7:36-50.

Paus Fransiskus berkaca pada pelayanan para klerus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 19 September 2019 di Casa Santa Marta, Vatikan, yang dihadiri oleh sekelompok imam dan uskup yang merayakan 25 tahun tahbisan mereka. Beliau mengatakan Yesus menawarkan karunia ini kepada para diakon, imam, dan uskup agar mereka dapat melayani sesama.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 September 2019 : BELAS KASIHAN ADALAH BAHASA ALLAH


Bacaan Ekaristi : 1Tim. 3:1-13; Mzm. 101:1-2ab,2cd-3ab,5,6; Luk. 7:11-17.

Keutamaan belas kasihan adalah pokok permenungan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 17 September 2019 di Casa Santa Marta, Vatikan. Belas kasihan adalah bahasa Allah, sedangkan sering kali bahasa manusia adalah bahasa ketidakpedulian. Beliau mengajak umat yang hadir untuk membuka hati terhadap belas kasihan dan tidak “menutup diri” dengan bersikap acuh tak acuh.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 September 2019 : MENDOAKAN APARAT PEMERINTAHAN DAN PARA PEMIMPIN POLITIK


Bacaan Ekaristi : 1Tim. 2:1-8; Mzm. 28:2,7,8-9; Luk. 7:1-10.

Paus Fransiskus kembali merayakan Misa harian pagi di Casa Santa Marta, Vatikan, pada hari Senin, 16 September 2019, setelah jeda liburan musim panas. Dalam homilinya beliau mengajak umat yang hadir untuk mendoakan aparat pemerintahan dan para pemimpin politik, ketimbang mencerca mereka. Mendoakan agar mereka “dapat bekerja demi kebaikan bersama”.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI MONUMEN MARIA RATU PERDAMAIAN, PORT-LOUIS (MAURITIUS) 9 September 2019


Bacaan Ekaristi : Yes 52:7-10; 1Kor 2:1-5; Mat 5:1-12a

Di sini, di hadapan altar ini yang didedikasikan untuk Maria Ratu Perdamaian, di gunung ini yang daripadanya kita dapat melihat kota dan laut nun jauh, kita adalah sekumpulan besar orang, sebuah lautan wajah datang dari Mauritius dan pulau-pulau lain di wilayah Samudra Hindia ini untuk mendengarkan Yesus memberitakan Sabda Bahagia. Kita telah mendengar sabda kehidupan yang sama bahwa hari ini, seperti dua ribu tahun yang lalu, memiliki kekuatan dan api yang mampu menghangatkan hati yang terdingin. Bersama-sama kita dapat berkata kepada Tuhan : Kami percaya kepada-Mu, dan dengan terang iman dan setiap denyut hati kami, kami memahami kebenaran perkataan nabi Yesaya : mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, mengabarkan berita selamat ... Allah kita telah memerintah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI LAPANGAN KEUSKUPAN SOAMANDRAKIZAY, ANTANANARIVO (MADAGASKAR) 8 September 2019


Bacaan Ekaristi : Keb 9:13-18; Flm 1:9b-10,12-17; Luk 14:25-33

Bacaan Injil memberitahu kita bahwa "banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus" (Luk 14:25). Seperti banyak orang berkumpul di sepanjang jalan yang dilalui-Nya, kamu juga telah datang dalam jumlah besar untuk menerima pesan-Nya dan mengikuti jejak langkah-Nya. Tetapi kamu juga tahu bahwa mengikuti Yesus tidaklah mudah. Hari ini, Injil Lukas mengingatkan kita bahwa mengikut Yesus betapa menuntut ketetapan hati.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI STADION ZIMPETO, MAPUTO (MOZAMBIK) 6 September 2019


Bacaan Ekaristi : Kol 3:12-17; Luk 6:27-38

Saudara dan saudari yang terkasih,

Kita telah mendengar bagian dari Khotbah di Bukit, yang diambil dari Injil Lukas. Setelah memilih murid-murid-Nya dan memberitakan Sabda Bahagia, Yesus menambahkan, “Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu" (Luk 6:27). Hari ini, perkataan-Nya juga ditujukan kepada kita, yang mendengarnya di Stadion ini.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA UNTUK PARA MIGRAN 8 JulI 2019 : MIGRAN MELAMBANGKAN ORANG YANG DICAMPAKKAN MASYARAKAT


Bacaan Ekaristi : Kej. 28:10-22a; Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab; Mat. 9:18-26.

Hari ini sabda Allah berbicara kepada kita tentang keselamatan dan pembebasan.

Keselamatan. Selama perjalanannya dari Bersyeba ke Haran, Yakub memutuskan untuk berhenti dan beristirahat di tempat yang sunyi. Dalam mimpi, ia melihat sebuah tangga : pijakannya terletak di bumi dan puncaknya sampai di langit (bdk. Kej 28:10-22). Tangga, tempat malaikat Allah naik dan turun, melambangkan hubungan antara yang ilahi dan yang manusiawi, tergenapi secara historis dalam penjelmaan Kristus (bdk. Yoh 1:51), yang merupakan karunia pewahyuan dan keselamatan yang penuh kasih dari Bapa. Tangga adalah sebuah kiasan tindakan ilahi yang mendahului segala kegiatan manusiawi. Tangga adalah kebalikan dari Menara Babel, yang dibangun oleh orang-orang dengan kekuatan mereka sendiri, yang ingin mencapai surga untuk menjadi allah. Namun dalam hal ini, Allahlah yang turun; Tuhanlah yang mewahyukan diri-Nya; Allahlah yang menyelamatkan. Dan Imanuel, Allah beserta kita, menggenapi janji saling memiliki antara Tuhan dan umat manusia, dalam tanda kasih yang menjelma dan murah hati yang memberi kehidupan dalam kelimpahan.