Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 30 April 2020 : HANYA BAPA YANG DAPAT MENARIK ORANG-ORANG KEPADA YESUS


Bacaan Ekaristi : Kis. 8:26-40; Mzm. 66:8-9,16-17,20; Yoh. 6:44-51.


"Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa" : Yesus mengingatkan <kita> bahwa para nabi juga telah memeritakan hal ini sebelumnya. "Dan mereka semua akan diajar oleh Allah". Allahlah yang menarik <kita> untuk mengenal Putra. Tanpa hal ini, <kita> tidak bisa mengenal Yesus. Ya, ya, kita dapat belajar, juga belajar Kitab Suci, juga tahu bagaimana Ia dilahirkan, apa yang Ia perbuat : ya ini. Namun, mengenal diri-Nya, mengenal misteri Kristus hanya untuk mereka yang ditarik oleh Allah kepada hal ini.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 April 2020 : KITA DIPANGGIL KEPADA KENYATAAN


Bacaan Ekaristi : 1Yoh. 1:5-2:2; Mat. 11:25-30.


Dalam Surat Pertama Rasul Santo Yohanes, ada banyak kontras antara terang dan kegelapan, antara dusta dan kebenaran, antara dosa dan kesucian (bdk. 1 Yoh 1:5-7). Namun, Rasul Yohanes selalu memanggil kepada kenyataan, kepada kebenaran, dan ia mengatakan kepada kita bahwa kita tidak bisa berada dalam persekutuan dengan Yesus dan sekaligus berjalan dalam kegelapan karena Ia adalah Terang. Satu hal maupun hal lainnya : abu-abu bahkan lebih buruk karena abu-abu membuat kamu percaya bahwa kamu berjalan dalam terang karena kamu tidak berada dalam kegelapan dan hal ini menenangkanmu. Abu-abu sangat berbahaya - satu hal maupun hal lainnya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 28 April 2020 : KESAKSIAN PALSU MENCIPTAKAN OPINI


Bacaan Ekaristi : Kis. 7:51-8:1a; Mzm. 31:3cd-4,6ab,7b,8a,17,21ab; Yoh. 6:30-35.


Dalam Bacaan Pertama hari-hari ini kita telah mendengarkan bagaimana kemartiran Stefanus, suatu hal yang sederhana, terjadi. Para ahli Taurat tidak mentolerir kejelasan ajaran dan, segera setelah ajaran tersebut diberitakan, mereka pergi untuk meminta seseorang mengatakan bahwa ia telah mendengar <orang lain> mengatakan bahwa Stefanus sedang menghujat Allah <dan> Hukum Taurat (bdk. Kis 6:11-14). Dan, setelah ini, mereka menyeretnya dan melempari dia dengan batu : hanya demikian (bdk. Kis 7:57-58). Ini bukan struktur tindakan yang pertama : mereka juga melakukan hal yang sama terhadap Yesus (bdk. Mat 26:60-62). Orang-orang yang ada di sana berusaha meyakinkan bahwa Ia adalah seorang penghujat dan mereka berteriak: "Salibkan Dia!" (Mrk 15:13). Kebrutalan, kebrutalan yang dimulai dari kesaksian palsu hingga “melakukan pembenaran”. Inilah skemanya. Ada juga kasus-kasus seperti itu dalam Kitab Suci : mereka melakukan hal yang sama terhadap Susana (bdk. Dan 13:1-64), mereka melakukan hal yang sama terhadap Nabot (bdk. 1 Raj 21:1-16); kemudian Haman, yang berusaha melakukan hal yang sama terhadap Umat Allah (bdk. Est 3:1-14). <Inilah> berita palsu, fitnah yang memanaskan orang-orang dan menyerukan keadilan. Inilah hukuman mati tanpa pengadilan, hukuman mati tanpa pengadilan yang sesungguhnya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 27 April 2020 : INGATLAH PERJUMPAAN PERTAMA KITA DENGAN YESUS


Bacaan Ekaristi : Kis. 6:8-15; Mzm. 119:23-24,26-27,29-30; Yoh. 6:22-29.


Orang-orang yang telah mendengarkan Yesus sepanjang hari, dan kemudian mendapatkan karunia penggandaan roti ini dan setelah melihat kuasa Yesus, ingin menjadikan-Nya raja. Pertama-tama mereka pergi kepada Yesus untuk mendengarkan sabda dan juga memohon kesembuhan orang sakit. Mereka tinggal sepanjang hari mendengarkan Yesus tanpa kenal bosan, tanpa kenal lelah : mereka ada di sana, bahagia. Kemudian ketika mereka melihat bahwa Yesus memberi mereka makan, sesuatu yang tidak mereka harapkan, mereka berpikir : "Tetapi Ia akan menjadi seorang penguasa yang hebat bagi kita dan tentunya Ia akan mampu membebaskan kita dari kekuasaan Romawi dan memajukan negara". Dan mereka bergairah untuk menjadikan-Nya raja. Niat mereka berubah karena mereka telah melihat dan mereka berpikir : "Baiklah ... karena seorang yang melakukan mukjizat ini, yang memberi makan orang-orang, dapat menjadi seorang penguasa yang baik" (bdk. Yoh 6:1-15). Tetapi pada saat kegairahan itu mereka telah melupakan bagaimana sabda Yesus terlahir di dalam hati mereka.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 April 2020 : PERJUMPAAN DENGAN ALLAH MEMUASKAN KEHAUSAN KITA


Bacaan Ekaristi : Kis. 2:14,22-33; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; 1Ptr. 1:17-21; Luk. 24:13-35.


Berulang kali kita telah mendengar bahwa kekristenan bukan hanya sebuah ajaran, kekristenan bukan cara berperilaku, kekristenan sebuah bukan budaya. Ya, kekristenan adalah semua ini, tetapi yang lebih penting dan terutama, kekristenan adalah sebuah pertemuan. Seseorang adalah orang Kristiani karena ia bertemu dengan Yesus Kristus, ia memperkenankan dirinya "ditemui oleh-Nya".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 25 April 2020 : IMAN DITERUSKAN MELALUI KESAKSIAN


Bacaan Ekaristi : 1Ptr. 5:5b-14; Mzm. 89:2-3,6-7,16-17; Mrk. 16:15-20.


Hari ini Gereja merayakan Santo Markus, salah seorang dari empat penginjil, sangat dekat dengan rasul Petrus. Injil Markus adalah Injil yang pertama kali ditulis. Bercorak sederhana, sangat akrab. Jika kamu mempunyai waktu hari ini, ambil dan bacalah. Tidak lama, dan sangatlah menyenangkan membaca kesederhanaan yang dengannya Markus menceritakan kehidupan Tuhan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 April 2020 : YESUS MENGAJAR PARA MURID DENGAN MENCOBAI MEREKA



Bacaan Ekaristi : Kis. 5:34-42; Mzm. 27:1,4,13-14; Yoh. 6:1-15.

Ungkapan dari perikop ini membuat kita berpikir : "Hal itu dikatakan-Nya untuk mencobai dia, sebab Ia sendiri tahu, apa yang hendak dilakukan-Nya". Itulah yang ada dalam pikiran Yesus ketika Ia berkata : "Bagaimana kita membeli roti, supaya orang-orang ini makan?" Tetapi Ia mengatakannya untuk mencobai dia, Filipus. Ia tahu. Terlihat di sini sikap Yesus terhadap para Rasul. Ia terus-menerus mencobai mereka untuk mengajar mereka dan, ketika mereka berada di luar batas dan di luar fungsi yang harus mereka lakukan, Ia mencegah mereka dan mengajar mereka. Injil penuh dengan tindak tanduk Yesus ini untuk membuat murid-murid-Nya bertumbuh menjadi para gembala Umat Allah, dalam hal ini para uskup, para gembala Umat Allah. Dan salah satu hal yang paling disukai Yesus adalah berada bersama orang banyak, karena hal ini juga merupakan lambang universalitas Penebusan. Dan salah satu hal yang paling tidak disukai oleh para Rasul adalah orang banyak, karena mereka suka mendekati Tuhan, mendengarkan Tuhan, mendengarkan seluruh perkataan Tuhan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 23 April 2020 : RAHASIA KEBERANIAN PETRUS


Bacaan Ekaristi : Kis. 5:27-33; Mzm. 34:2,9,17-18,19-20; Yoh. 3:31-36.


Bacaan Pertama melanjutkan kisah yang dimulai dengan penyembuhan seorang laki-laki yang lumpuh sejak lahirnya di Gerbang Indah Bait Allah. Petrus dan Yohanes dibawa ke hadapan Mahkamah Agama, lalu mereka dikirim ke penjara, lalu seorang Malaikat membebaskan mereka. Dan pagi ini, faktanya pagi itu, mereka seharusnya dibawa keluar penjara untuk diadili, tetapi mereka telah dibebaskan oleh Malaikat dan sedang berkhotbah di Bait Allah (bdk. Kis 5:17-25). "Mereka [kepala pengawal serta orang-orangnya] membawa keduanya dan menghadapkan mereka kepada Mahkamah Agama" (ayat 27); mereka mendapatkan Petrus dan Yohanes di Bait Allah dan membawa keduanya ke hadapan Mahkamah Agama. Dan Imam Besar menegur mereka di sana : "Dengan keras kami melarang kamu mengajar dalam Nama itu" (ayat 28) -, yaitu, dalam nama Yesus dan "namun ternyata, kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu dan kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami” (ayat 28), karena para rasul, khususnya Petrus, menegur mereka; Petrus dan Yohanes sedang menegur para pemimpin, para imam, karena telah membunuh Yesus.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 22 April 2020 : PEWAHYUAN KASIH ALLAH DAN TERANG TELAH DATANG KE DUNIA


Bacaan Ekaristi : Kis. 5:17-26; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Yoh. 3:16-21.


Perikop Injil Yohanes ini - bab 3 -, dialog antara Yesus dan Nikodemus, adalah sebuah risalah teologi yang sesungguhnya: semuanya ada di sini, dalam bab ini. Dan setiap kali kita membacanya, kita menemukan semakin banyak kekayaan, semakin banyak penjelasan, semakin banyak hal yang membuat kita memahami pewahyuan Allah. Sebaiknya membacanya berulang kali, untuk mendekati misteri Penebusan. Hari ini saya hanya akan mengambil dua poin dari semua ini, dua poin yang ada di dalam perikop hari ini.

Poin yang pertama adalah pewahyuan kasih Allah. Allah mengasihi kita dan mengasihi kita - seperti kata seorang santo (Santo Gregorius Agung) - kegilaan : kasih Allah tampak gila. Ia mengasihi kita : “Ia begitu mengasihi dunia sehingga mengaruniakan Putra-Nya yang tunggal”. Ia telah mengaruniakan Putra-Nya, Ia telah mengutus Putra-Nya dan Ia mengutus-Nya untuk wafat di kayu salib. Setiap kali kita memandang salib, kita menemukan kasih ini. Salib, sesungguhnya, adalah buku yang luar biasa tentang kasih Allah. Salib bukan obyek untuk diletakkan di sini atau di sana, lebih indah, tidak begitu indah, lebih kuno, lebih modern ... tidak. Justru ungkapan kasih Allah. Allah telah begitu mengasihi kita : Ia mengutus Putra-Nya, yang membinasakan diri-Nya sampai wafat di kayu salib karena kasih. Allah begitu mengasihi dunia ketika menganugerahkan Putra-Nya.

Berapa banyak orang, berapa banyak umat Kristiani menghabiskan waktu mereka memandang salib - dan mereka menemukan segalanya di sana, karena mereka telah memahami; Roh Kudus telah membuat mereka memahami segenap ilmu pengetahuan, segenap kasih Allah, segenap kebijaksanaan Kristiani ada di sana. Paulus berbicara tentang hal ini, menjelaskan bahwa segenap penalaran manusia yang dilakukannya berguna sampai titik tertentu, tetapi penalaran yang benar, cara berpikir yang paling indah, tetapi juga yang menjelaskan segalanya, adalah salib Kristus, adalah Kristus yang disalibkan, yaitu skandal dan kegilaan tetapi merupakan caranya. Dan inilah kasih Allah. Allah begitu mengasihi dunia sehingga menganugerahkan Putra-Nya yang tunggal. Dan mengapa? Supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Kasih Bapa yang menghendaki anak-anak-Nya bersama-Nya.

Memandang salib dalam keheningan, memandang luka-luka, memandang hati Yesus, memandang keseluruhan : Kristus yang disalibkan, Putra Allah, dibinasakan, dihina ... karena kasih. Inilah poin yang pertama yang hari ini dibuat oleh risalah teologi ini, yaitu dialog Yesus dengan Nikodemus.

Poin yang kedua adalah suatu poin yang juga akan membantu kita : "Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat". Yesus juga mengemukakan kembali pertanyaan tentang terang ini. Ada orang-orang - kita juga, berulang kali - yang tidak bisa hidup dalam terang karena mereka terbiasa dengan kegelapan; terang menyilaukan mereka, mereka tidak mampu melihat. Mereka adalah kelelawar manusiawi : mereka hanya bisa bergerak di malam hari. Dan kita juga, ketika kita berada dalam dosa, berada dalam keadaan ini; terang menampar kita, terang membuat kita melihat apa yang tidak ingin kita lihat. Tetapi <hal> yang terburuk yakni mata, mata jiwa, dari kehidupan yang begitu banyak terbiasa dalam kegelapan sampai pada titik tertentu sehingga mereka akhirnya mengabaikan apakah terang. Dan banyak skandal manusiawi, banyak korupsi menunjukkan hal ini kepada kita. Orang yang korup tidak mengetahui apakah terang; mereka tidak mengetahuinya. Kita juga, ketika kita berada dalam keadaan berdosa, dalam keadaan terasing dari Tuhan, menjadi buta dan kita merasa lebih baik dalam kegelapan dan dengan demikian kita berjalan, tanpa melihat, sebagai orang buta, bergerak semampu kita.

Marilah kita memperkenankan kasih Allah, yang mengutus Yesus untuk menyelamatkan kita, memasuki diri kita, dan terang yang dibawa Yesus, terang Roh memasuki diri kita dan membantu kita untuk melihat segalanya dengan terang Allah, dengan terang sejati dan bukan dengan kegelapan yang diberikan sang empunya kegelapan kepada kita.

Dua hal hari ini : kasih Allah di dalam Kristus, di kayu salib, di dalam kehidupan sehari-hari. Dan pertanyaan sehari-hari yang dapat kita ajukan kepada diri kita : “Apakah aku berjalan dalam terang atau apakah aku berjalan dalam kegelapan? Apakah aku seorang anak Allah atau apakah aku akhirnya menjadi seekor kelelawar yang malang?”

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 April 2020 : UANG, KESOMBONGAN DAN PERGUNJINGAN : TIGA HAL YANG MEMECAH BELAH JEMAAT


Bacaan Ekaristi : Kis. 4:32-37; Mzm. 93:1ab,1c-2,5; Yoh. 3:7-15.


"Dilahirkan dari atas” (Yoh 3:7) adalah dilahirkan dengan kekuatan Roh Kudus. Kita tidak bisa membawa Roh Kudus untuk diri kita sendiri; kita hanya bisa memperkenankan-Nya mengubah rupa kita. Dan kepatuhan kita membuka pintu bagi Roh Kudus : Dialah yang melakukan perubahan, perubahan rupa - kelahiran kembali dari atas. Yesus berjanji untuk mengutus Roh Kudus (bdk. Kis 1:8). Roh Kudus mampu melakukan berbagai mukjizat, berbagai hal yang bahkan tidak dapat kita pikirkan. Contohnya adalah jemaat Kristen perdana ini, yang bukan sebuah khayalan, apa yang dikatakan kepada kita di sini bukan sebuah khayalan : sebuah teladan, di mana kita dapat tiba ketika ada kepatuhan serta Roh Kudus diperkenankan untuk masuk dan Ia mengubah rupa kita. Suatu jemaat - katakan saja demikian - yang merupakan "impian". Memang benar bahwa segera sesudahnya permasalahan akan dimulai, tetapi Tuhan membuat kita melihat ke mana kita dapat mencapai jika kita terbuka kepada Roh Kudus, jika kita patuh. Ada kerukunan dalam jemaat ini (bdk. Kis 4:32-37). Roh Kudus adalah Guru Kerukunan, Ia mampu melakukannya, dan Ia melakukannya di sini. Ia harus melakukannya di dalam hati kita : Ia harus mengubah begitu banyak hal kita, tetapi menghasilkan kerukunan, karena Ia sendiri adalah kerukunan. Juga, kerukunan antara Bapa dan Putra : Ia adalah cinta kerukunan. Dan dengan kerukunan, Ia menciptakan hal-hal ini, seperti jemaat yang sangat rukun ini. Namun kemudian, sejarah memberitahu kita - Kitab Kisah Para Rasul itu sendiri - banyak masalah dalam jemaat. Ini adalah suatu teladan : Tuhan memperkenankan teladan jemaat yang hampir-hampir “surgawi” ini membuat kita melihat ke mana kita harus tiba.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 20 April 2020 : DILAHIRKAN OLEH ROH


Bacaan Ekaristi : Kis. 4:23-31; Mzm. 2:1-3,4-6,7-9; Yoh. 3:1-8.


Orang ini, Nikodemus, adalah pemimpin orang Yahudi, seorang yang berwenang. Ia merasa perlu untuk pergi kepada Yesus. Dia pergi di waktu malam hari karena ia harus melakukan beberapa penyesuaian, karena orang-orang yang pergi untuk berbicara dengan Yesus tidak dihormati. Ia orang Farisi yang jujur, karena tidak semua orang Farisi jahat. Tidak, tidak, ada juga orang-orang Farisi yang jujur, dan ia ini salah satunya. Ia merasa cemas, karena ia adalah orang yang telah membaca para nabi dan tahu bahwa para nabi memaklumkan apa yang dilakukan Yesus. Ia merasa cemas dan pergi untuk berbicara dengan Yesus. "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah", - sebuah pengakuan, sampai titik tertentu. "Tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya". Dan ia berhenti. Ia berhenti sebelum "oleh karena itu". Jika saya mengatakan ini ... oleh karena itu! ... Dan Yesus menjawab. Ia menjawab dengan sulit dimengerti, karena ia, Nikodemus, tidak menyangka. Ia menjawab dengan gambaran kelahiran tersebut : jika seorang tidak dilahirkan dari atas, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Dan ia, Nikodemus, merasa bingung; ia tidak mengerti dan menerima jawaban Yesus secara harfiah. Tetapi bagaimana seorang bisa dilahirkan jika ia sudah dewasa, orang dewasa? Dilahirkan dari atas, dilahirkan dari Roh adalah lompatan pengakuan yang harus dilakukan Nikodemus dan ia tidak tahu bagaimana melakukannya, karena Roh tidak dapat diduga. Definisi Roh yang diberikan Yesus di sini menarik : ”Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh", yaitu, bebas. Orang yang memperkenankan dirinya dibawa dari satu sisi ke sisi lain oleh Roh Kudus : inilah kebebasan Roh. Dan orang yang melakukan hal ini adalah orang yang taat dan di sini kita berbicara tentang ketaatan pada Roh.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PASKAH II (HARI MINGGU KERAHIMAN ILAHI) DI GEREJA ROH KUDUS - SASSIA (ROMA) 19 April 2020


Bacaan Ekaristi : Kis. 2:42-47; Mzm. 118:2-4,13-15, 22-24; 1Ptr. 1:3-9; Yoh. 20:19-31.

Hari Minggu yang lalu kita merayakan kebangkitan Tuhan; hari ini kita menyaksikan kebangkitan murid-Nya. Sudah sepekan, sepekan sejak para murid melihat Tuhan yang bangkit, tetapi meskipun demikian, mereka tetap ketakutan, meringkuk di balik “pintu-pintu terkunci” (Yoh 20:26), bahkan tidak dapat meyakinkan Thomas, satu-satunya murid yang tidak hadir, akan kebangkitan. Apa yang dilakukan Yesus dalam menghadapi kurangnya kepercayaan yang mengkhawatirkan ini? Ia kembali dan, berdiri di tempat yang sama, "di tengah-tengah" para murid, Ia mengulangi sapaan-Nya : "Damai sejahtera bagi kamu!" (Yoh 20:19,26). Ia mulai dari awal. Kebangkitan murid-Nya dimulai di sini, dari kerahiman yang setia dan tekun ini, dari penemuan bahwa Allah tidak pernah lelah meraih untuk mengangkat kita ketika kita jatuh. Ia ingin kita melihat-Nya, bukan sebagai pemberi tugas yang harus kita selesaikan, tetapi sebagai Bapa kita yang senantiasa mengangkat kita. Dalam hidup kita berjalan maju dengan mencoba-coba, tidak pasti, seperti seorang anak kecil yang mengambil beberapa langkah dan jatuh; beberapa langkah lagi dan jatuh lagi, namun setiap kali ayahnya mengangkatnya kembali. Tangan yang senantiasa mengangkat kita kembali adalah kerahiman : Allah tahu bahwa tanpa kerahiman kita akan tetap berada di tanah, karena untuk terus berjalan, kita harus diangkat kembali.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 18 April 2020 : KEBERANIAN ADALAH CIRI KHAS UMAT KRISTIANI DALAM MEWARTAKAN INJIL


Bacaan Ekaristi : Kis. 4:13-21; Mzm. 118:1,14-15,16ab-18,19-21; Mrk. 16:9-15.


Para pemimpin Yahudi, para tua-tua, para ahli Taurat, melihat kedua rasul ini dan keberanian mereka berbicara, serta mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak terpelajar, mungkin mereka tidak tahu bagaimana menulis, heran. Mereka tidak mengerti : "Tetapi ada sesuatu yang tidak dapat kita mengerti, bagaimana kedua rasul ini begitu berani, mampu mengambil resiko" (bdk. Kis 4:13). Kata ini adalah kata yang sangat penting, yang menjadi gaya yang pantas bagi para pewarta Kristiani, juga dalam Kitab Kisah Para Rasul : kemampuan mengambil resiko, keberanian, semua itu artinya. Mengatakan dengan jelas, berasal dari akar kata Yunani mengatakan semuanya, dan kita juga menggunakan kata ini berulang kali, tepatnya kata Yunani tersebut, untuk menunjukkan hal ini : parrhesia, kemampuan mengambil resiko, keberanian. Dan mereka melihat kemampuan mengambil resiko ini, keberanian ini, parrhesia ini di dalam diri kedua rasul itu dan mereka tidak mengerti.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 April 2020 : KEAKRABAN DENGAN TUHAN MENGIKUTSERTAKAN SEGALANYA


Bacaan Ekaristi : Kis. 4:1-12; Mzm. 118:1-2,4,22-24, 25-27a; Yoh. 21:1-14.

Para murid adalah para penjala ikan : pada kenyataannya, Yesus memanggil mereka ketika mereka sedang bekerja. Andreas dan Petrus sedang menebarkan jala. Mereka meninggalkan jalanya dan mengikuti Yesus (bdk. Mat 4:18-20). Sama halnya dengan Yohanes dan Yakobus : mereka meninggalkan ayahnya dan anak-anak sedang bekerja bersama mereka serta mengikuti Yesus (bdk. Mat 4:21-22). Panggilan tersebut sebenarnya terjadi dalam pekerjaan mereka sebagai penjala ikan. Dan Bacaan Injil hari ini (Yoh. 21:1-14), mukjizat ini, tentang penangkapan yang ajaib, membuat kita berpikir tentang penangkapan yang ajaib lainnya, yang diceritakan oleh Lukas (bdk. Luk 5:1-11), hal yang sama juga terjadi di sana. Mereka memiliki tangkapan, ketika mereka berpikir mereka tidak memiliki tangkapan apapun. Setelah Ia berhenti berbicara, Yesus berkata : "Bertolaklah ke tempat yang dalam" - "Telah sepanjang malam kami bekerja keras dan kami tidak menangkap apa-apa!" "Pergilah". "Percayalah pada sabda-Nya - kata Petrus - aku akan menebarkan jalaku". Demikian banyaknya di sana - kata Injil - sehingga "mereka takjub" (bdk. Luk 5:9) oleh mukjizat itu. Hari ini, dalam tangkapan yang lain ini, tidak ada pembicaraan tentang ketakjuban. Suatu kewajaran terlihat, kita melihat bahwa ada kemajuan, jalan yang diliputi pengetahuan akan Tuhan, dalam keintiman dengan Tuhan; saya akan mengatakan sepatah kata : dalam keakraban dengan Tuhan. Ketika Yohanes melihat hal ini, ia berkata kepada Petrus : "Itu Tuhan!", dan Petrus mengenakan pakaiannya lalu terjun ke dalam danau untuk pergi kepada Tuhan (bdk. Yoh 21:7). Pertama-tama, ia tersungkur di depan-Nya dan berkata : "Pergilah dari padaku, karena aku ini seorang berdosa" (bdk. Luk 5:8). Kali ini ia tidak mengatakan apa-apa, ia lebih alami. Tidak ada seorang pun yang bertanya : "Siapakah Engkau?" Mereka tahu itu Tuhan, perjumpaan dengan Tuhan tersebut alami; keakraban para Rasul dengan Tuhan telah tumbuh.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 April 2020 : SUKACITA ADALAH KARUNIA ROH KUDUS, BUKAN SEKADAR EMOSI


Bacaan Ekaristi : Kis. 3:11-26; Mzm. 8:2a,5,6-7,8-9; Luk. 24:35-48.


Pada hari-hari ini orang-orang di Yerusalem memiliki banyak perasaan : takut, terkejut, ragu-ragu. "Karena orang yang lumpuh sejak lahirnya tetap mengikuti Petrus dan Yohanes, maka seluruh orang banyak yang sangat keheranan itu datang mengerumuni mereka" (Kis 3:11), ada suasana cemas karena berbagai hal yang terjadi yang tidak terpahami. Tuhan pergi kepada murid-murid-Nya. Mereka juga mengetahui bahwa Ia sudah bangkit; Petrus juga mengetahuinya karena ia telah berbicara dengan-Nya pagi itu. Dua murid yang kembali dari Emaus mengetahuinya, tetapi ketika Tuhan menampakkan diri kepada mereka, mereka takut. "Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu" (Luk 24:37); mereka telah memiliki pengalaman yang sama di danau, ketika Yesus datang berjalan di atas air. Namun, pada saat itu Petrus, memberanikan diri, bertaruh pada Tuhan dan berkata : "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air" (bdk Mat 14:28). Hari ini Petrus bungkam; ia telah berbicara dengan Tuhan pagi itu, dan tidak ada seorangpun yang tahu apa yang mereka katakan satu sama lain dalam percakapan itu, jadi ia bungkam. Namun, mereka semua begitu dipenuhi rasa takut dan kecewa, mereka pikir mereka melihat hantu. Ia berkata kepada mereka, "Mengapa kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku ..." Ia membuat mereka melihat luka-luka-Nya (bdk. Luk 24:38-39), harta Yesus yang Ia bawa ke Surga untuk dilihat Bapa-Nya dan menjadi perantara kita. "Rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 April 2020 : KESETIAAN KITA MERUPAKAN TANGGAPAN KESETIAAN ALLAH


Bacaan Ekaristi : Kis. 3:1-10; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9; Luk. 24:35-48.


Kemarin kita bercermin pada Maria Magdalena (Yoh. 20:11-18) sebagai ikon kesetiaan - kesetiaan kepada Allah. Tetapi, bagaimana kesetiaan pada Allah, pada apa Allah ini? Persisnya kepada Allah yang setia. Kesetiaan kita tidak lain adalah sebuah tanggapan terhadap kesetiaan Allah. Allah yang setia pada sabda-Nya, yang setia pada janji-Nya, yang berjalan bersama umat-Nya, mengedepankan janji itu mendekati umat-Nya. Setia pada janji itu, Allah yang terus-menerus merasakan diri-Nya sebagai Juruselamat umat karena Ia setia pada janji itu. Allah, yang mampu menjadikan kembali berbagai hal, menciptakan kembali, seperti yang dilakukan-Nya dengan orang yang lumpuh sejak lahir yang kakinya diciptakan kembali oleh-Nya, Ia menyembuhkannya (bdk. Kis 3:6-8), Allah yang menyembuhkan, Allah yang selalu membawa penghiburan kepada umat-Nya. Allah yang menciptakan kembali - penciptaan kembali yang baru : inilah kesetiaan-Nya pada kita - penciptaan kembali yang lebih indah daripada penciptaan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 14 April 2020 : MERASA AMAN MEMBUAT KITA TIDAK SETIA


Bacaan Ekaristi : Kis. 2:36-41; Mzm. 33:4-5,18-19,20,22; Yoh. 20:11-18.


Khotbah Petrus menusuk hati orang-orang : "Dia yang kamu salibkan itu bangkit" (bdk. Kis 2:36). Mendengar "hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain : 'Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?'" (Kis 2:37). Dan Petrus gamblang : "Bertobatlah, bertobatlah, ubahlah hidupmu, kamu yang menerima janji Allah dan kamu yang meninggalkan Hukum Allah, banyak hal di antaramu, berhala-berhala, begitu banyak hal ... Bertobatlah. Kembalilah kepada kesetiaan” (bdk. Kis 2:38). Inilah apa pertobatan : kembali menjadi setia. Kesetiaan - sikap manusiawi itulah yang tidak lumrah dalam kehidupan orang-orang, dalam kehidupan kita. Selalu ada khayalan yang menarik perhatian kita dan sering kali kita ingin mengejar khayalan ini - kesetiaan, pada saat yang baik dan pada saat yang buruk. Ada sebuah perikop dalam Kitab Tawarikh yang kedua yang sangat melanda diri saya. Permulaan 2 Taw 12. “Ketika kerajaan Rehabeam menjadi kokoh - dikatakan - dan kekuasaannya menjadi teguh, ia meninggalkan hukum Tuhan, dan beserta seluruh Israel" (bdk. 2 Taw 12:1), demikianlah dikatakan Kitab Suci. Ini fakta sejarah, tetapi faktanya, ini fakta jagad. Sering kali, ketika kita merasa aman, kita mulai membuat berbagai rencana dan, perlahan-lahan, kita meninggalkan Tuhan; kita tidak lagi setia. Dan keamananku bukanlah apa yang diberikan Tuhan kepadaku melainkan berhala. Inilah yang terjadi pada Rehabeam dan orang-orang Israel. Mereka merasa aman - dalam kerajaan yang sudah kokoh - mereka meninggalkan hukum dan mulai menyembah berhala. Ya, kita dapat mengatakan : "Bapa, saya tidak berlutut di hadapan berhala-berhala". Tidak, mungkin kamu tidak berlutut, tetapi kenyataannya benar bahwa kamu mencari berhala-berhala tersebut dan berulang kali menyembahnya di dalam hatimu - berulang kali. Keamanan kita membuka pintu bagi berhala-berhala.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 April 2020 : DUA PILIHAN : SUKACITA KEBANGKITAN ATAU NOSTALGIA KUBUR


Bacaan Ekaristi : Kis. 2:14,22-32; Mzm. 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Mat. 28:8-15.

Bacaan Injil hari ini menyajikan kepada kita sebuah pilihan sehari-hari, sebuah pilihan manusiawi yang berlaku sejak hari itu : pilihan antara sukacita, harapan akan kebangkitan Yesus, dan nostalgia kubur.

Para perempuan berjalan maju untuk memberitakan (bdk. Mat 28:8) : Allah selalu memulai dengan para perempuan, selalu. Mereka membuka jalan. Mereka tidak ragu : mereka tahu; mereka telah melihat-Nya; mereka telah menjamah-Nya. Mereka juga melihat kubur yang kosong. Memang benar bahwa para murid tidak dapat mempercayainya dan berkata : "Tetapi para perempuan ini, mungkin, sedikit terlalu berkhayal" ... Saya tidak tahu; mereka memiliki keraguan. Namun, mereka yakin dan pada akhirnya, mereka menempuh jalan ini sampai hari ini : Yesus bangkit; Ia hidup di antara kita (bdk. Mat 28:9-10).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM PASKAH DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 11 April 2020 : PASKAH ADALAH HARAPAN DAN PENGUTUSAN


Bacaan Ekaristi : Kej 1:1-2:2; Kej 22:1-18; Kel 14:15-15:1; Yes 54:5-14; Yes 55:1-11; Bar 3:9-15.32;4:4; Yeh 36:16-17a.18-28; Rm 6:3-11; Mat 28:1-10.

“Setelah hari Sabat” (Mat 28:1), para perempuan pergi ke kubur. Inilah bagaimana Injil Vigili suci ini dimulai : dengan hari Sabat. Sabat adalah Trihari Suci yang cenderung kita abaikan ketika dengan tidak sabar kita menanti peralihan dari salib hari Jumat menuju Alleluia hari Minggu Paskah. Tetapi, tahun ini kita sedang mengalami, melebihi sebelumnya, keheningan Hari Sabtu Suci yang luar biasa. Kita bisa membayangkan diri kita dalam posisi para perempuan tersebut pada hari itu. Mereka, seperti kita, dihadapkan pada drama penderitaan, sebuah tragedi yang tak terharapkan yang terjadi seluruhnya begitu tiba-tiba. Mereka telah melihat kematian dan kematian itu membebani hati mereka. Kepedihan bercampur aduk dengan ketakutan : apakah mereka akan mengalami nasib yang sama seperti Sang Guru? Kemudian juga ada ketakutan akan masa depan dan semua yang perlu dibangun kembali. Sebuah kenangan yang menyakitkan, sebuah harapan yang terpatahkan. Bagi mereka, bagi kita, itu adalah saat yang paling kelam.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI KAMIS PUTIH DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 9 April 2020 : EKARISTI, PELAYANAN DAN PENGURAPAN


Bacaan Ekaristi : Kel. 12:1-8,11-14; Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26; Yoh. 13:1-15.


Ekaristi, Pelayanan, Pengurapan. Kenyataan yang kita jalani hari ini dalam liturgi ini adalah Tuhan ingin tinggal bersama kita dalam Ekaristi. Dan kita senantiasa menjadi tabernakel Tuhan. Kita membawa Tuhan bersama diri kita; sampai-sampai Ia sendiri memberitahu kita bahwa jika kita tidak makan tubuh-Nya dan minum darah-Nya, kita tidak akan memasuki Kerajaan Surga. Inilah misteri roti dan anggur Tuhan bersama kita, dalam kita, dalam diri kita.

Pelayanan. Sikap ini adalah syarat untuk memasuki Kerajaan Surga. Ya, melayani semua orang, tetapi Tuhan, dalam perbincangan yang dilakukan-Nya dengan Petrus (bdk. Yoh 13:6-9), membuatnya mengerti bahwa untuk memasuki Kerajaan Surga, kita harus memperkenankan Tuhan melayani kita, bahwa Sang Hamba Allah adalah pelayan kita. Dan hal ini sulit dipahami. Jika aku tidak memperkenankan Tuhan menjadi pelayanku, tidak memperkenankan Tuhan membasuhku, membuatku tumbuh, mengampuniku, aku tidak akan memasuki Kerajaan Surga.

Dan imamat. Hari ini saya ingin dekat dengan para imam. Mereka semua - dari yang terakhir ditahbiskan hingga Paus, kita semua adalah para imam. Para uskup, semuanya ... Kita diurapi, diurapi oleh Tuhan; diurapi untuk mempersembahkan Ekaristi, diurapi untuk melayani.

Hari ini kita tidak melakukan Misa Krisma. Saya berharap kita dapat melakukannya sebelum Pentakosta, kalau tidak kita harus menundanya sampai tahun depan. Tetapi saya tidak dapat memperkenankan Misa ini berlalu tanpa menyebut para imam. Para imam yang mempersembahkan hidup mereka untuk Tuhan, para imam yang adalah para pelayan. Dalam hari-hari ini, lebih dari enam puluh orang imam meninggal dunia di sini, di Italia, dalam merawat orang-orang sakit di rumah sakit, dan juga bersama para dokter, para perawat ... Mereka adalah "orang-orang kudus pintu sebelah", para imam yang menyerahkan hidup mereka dengan melayani.

Dan saya memikirkan mereka nun jauh di sana. Hari ini saya menerima surat dari seorang imam, imam penjara nun jauh di sana, yang menceritakan bagaimana ia menjalani Pekan Suci ini bersama para tahanan. Seorang Fransiskan.

Para imam yang pergi jauh untuk membawa Injil dan meninggal di sana. Seorang uskup mengatakan bahwa hal pertama yang ia lakukan, ketika ia tiba di pos-pos misi ini, adalah pergi ke kuburan, ke makam para imam yang meninggal di sana, masih muda, karena wabah lokal [penyakit lokal] : mereka tidak siap, mereka tidak punya antibodi. Tidak ada yang tahu namanya. Para imam yang tak dikenal.

Para pastor paroki pedesaan, yang adalah pastor paroki dari empat, lima, tujuh desa, di pegunungan, dan pergi dari desa ke desa, yang mengenal umat ... Suatu kali, salah seorang dari mereka mengatakan kepada saya bahwa ia tahu nama seluruh umat di desa-desa itu. “Sungguh?”, saya katakan kepadanya. Dan ia berkata kepada saya : "Bahkan nama anjing-anjing!". Mereka semua tahu. Kedekatan imami. Bagus, para imam yang baik.

Hari ini saya memasukkanmu dalan hati saya dan saya membawamu ke altar. Para imam yang difitnah. Sering kali ini terjadi hari ini. Mereka tidak dapat pergi ke jalanan karena hal-hal buruk yang dikatakan terhadap mereka, mengacu pada drama yang telah kita alami dengan penemuan para imam yang melakukan hal-hal yang buruk. Beberapa orang mengatakan kepada saya bahwa mereka tidak dapat meninggalkan rumah dengan klerus karena mereka dihina; dan mereka berjalan terus.

Para imam yang berdosa, yang bersama dengan para uskup dan Paus, orang yang berdosa, tidak lupa untuk memohon pengampunan. Dan belajar untuk mengampuni, karena mereka tahu bahwa mereka perlu memohon pengampunan dan mengampuni. Kita semua adalah orang-orang berdosa. Para imam yang menderita krisis, yang tidak tahu harus berbuat apa, berada dalam kegelapan ...

Hari ini kamu semua, saudara imam, berada bersama saya di altar. Kamu yang dikuduskan, saya hanya memberitahumu satu hal : jangan keras kepala, seperti Petrus. Perkenankan kakimu dibasuh. Tuhan adalah Pelayanmu, Ia dekat denganmu untuk memberimu kekuatan, untuk membasuh kakimu.

Maka, dengan kesadaran akan kebutuhan untuk dibasuh, jadilah para pengampun yang luar biasa! Mengampuni! Hati yang besar memiliki kelimpahan pengampunan. Inilah ukuran yang dengannya kita akan diukur. Karena kamu telah mengampuni, kamu akan diampuni : ukuran yang sama. Jangan takut untuk mengampuni. Terkadang ada keraguan ... Lihatlah Kristus [lihatlah Salib]. Ada pengampunan semua orang di sana.

Beranilah; juga dalam mengambil resiko, dalam mengampuni, guna menghibur. Dan jika kamu tidak dapat memberikan pengampunan sakramental pada saat itu, setidaknya berikan penghiburan bagi seorang saudara yang menemani dan membiarkan pintu terbuka [bagi orang itu] untuk pulang.

Saya bersyukur kepada Allah atas rahmat imamat, kita semua [bersyukur]. Saya bersyukur kepada Allah karena kamu, para imam. Yesus mengasihimu! Ia hanya meminta kamu memperkenankan kakimu dibasuh.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 April 2020 : “YUDAS-YUDAS” KECIL ADA DI DALAM DIRI KITA


Bacaan Ekaristi : Yes. 50:4-9a; Mzm. 69:8-10,21bcd-22,31,33-34; Mat. 26:14-25.

“Hari ini marilah kita mendoakan orang-orang yang selama masa pandemi ini, berdagang dengan mengorbankan orang-orang yang membutuhkan dan mengambil keuntungan dari kebutuhan orang lain, seperti para mafia, para rentenir dan lainnya. Semoga Tuhan menjamah hati mereka dan mempertobatkan mereka”, kata Paus Fransiskus mengawali Misa harian Rabu pagi, 8 April 2020, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 7 April 2020 : KITA ADALAH HAMBA YANG DIPILIH UNTUK MELAYANI SEJAK DARI KANDUNGAN


Bacaan Ekaristi : Yes. 49:1-6; Mzm. 71:1-2,3-4a,5-6ab,15,17; Yoh. 13:21-33,36-38.


Nubuat Yesaya, yang kita dengar, adalah nubuat tentang Mesias, tentang Sang Penebus, tetapi juga nubuat tentang Umat Israel, tentang Umat Allah: kita dapat mengatakan bahwa nubuat itu bisa menjadi nubuat tentang kita masing-masing. Intinya, nubuat itu menggarisbawahi bahwa Tuhan telah memilih hamba-Nya sejak dari kandungan : nubuat tersebut mengatakannya dua kali (bdk. Yes 49:1). Hamba-Nya dipilih sejak awal, sejak kelahirannya atau sebelum kelahirannya. Umat Allah dipilih sebelum kelahiran mereka, juga kita masing-masing. Tak satu pun dari kita turun ke dunia secara tidak sengaja, secara kebetulan. Kita masing-masing memiliki takdir, memiliki takdir tanpa paksaan, takdir pemilihan Allah. Aku dilahirkan dengan takdir menjadi anak Allah, menjadi hamba Allah, dengan tugas melayani, mendirikan, membangun - dan hal ini sejak dari kandungan.

Yesus, Hamba Yahwe, melayani sampai mati : kematian tampaknya sebuah kekalahan, tetapi kematian adalah cara melayani. Dan hal ini menggarisbawahi cara melayani yang harus kita ambil dalam hidup kita. Melayani adalah memberikan diri, memberikan diri bagi orang lain. Melayani dan tidak mengharapkan seberapa besar manfaat bagi kita masing-masing yang bukanlah melayani. Melayani adalah kemuliaan, dan kemuliaan Kristus adalah melayani sampai merendahkan diri-Nya, sampai mati, mati di kayu Salib (bdk. Flp 2:8). Yesus adalah Hamba Israel. Umat Allah adalah hamba, dan ketika Umat Allah menjauhi sikap melayani, ia adalah umat yang ingkar : ia menjauhi panggilan yang diberikan Allah kepadanya. Dan ketika kita masing-masing menjauhi panggilan untuk melayani, kita menjauhi kasih Allah, dan membangun hidup kita di atas cinta-cinta yang lain, yang seringkali bersifat penyembahan berhala.

Tuhan telah memilih kita sejak dari kandungan. Ada kejatuhan dalam hidup : kita masing-masing adalah orang berdosa serta dapat jatuh dan jatuh. Hanya Bunda Maria dan Yesus <yang tidak>. Kita semua telah jatuh, kita adalah orang-orang berdosa. Namun, yang penting adalah sikap <-ku> di hadapan Allah yang memilihku dan mengurapiku sebagai hamba. Sikap orang berdosalah yang mampu memohon pengampunan, seperti Petrus, yang bersumpah “tidak, aku tidak akan pernah menyangkal Engkau, Tuhan, tidak pernah, tidak pernah, tidak pernah! - lalu, ketika ayam jantan berkokok, ia menangis. Ia menyesal (bdk. Mat 26:75). Inilah cara hamba : ketika ia tergelincir, ketika ia jatuh, ia memohon pengampunan. Sebaliknya, ketika hamba tidak mampu memahami bahwa ia telah jatuh, ketika hasrat menguasai dirinya sedemikian rupa sehingga membawanya kepada penyembahan berhala, ia membuka hatinya terhadap Iblis, ia masuk di malam hari : itulah yang terjadi pada Yudas (bdk. Mat 27:3-10).

Hari ini kita memikirkan Yesus, Hamba yang setia dalam pelayanan. Panggilan-Nya adalah melayani sampai mati dan mati di kayu Salib (bdk. Flp 2:5-11). Kita memikirkan diri kita masing-masing, bagian Umat Allah : kita adalah para hamba, panggilan kita adalah melayani, bukan mendapatkan untung dari kedudukan kita di dalam Gereja : melayani - - senantiasa dalam pelayanan.

Marilah kita memohon rahmat untuk bertekun dalam pelayanan. Terkadang dengan terpeleset, jatuh, tetapi setidaknya rahmat untuk menangis seperti Petrus.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 6 April 2020 : ORANG MISKIN SELALU ADA PADA KITA


Bacaan Ekaristi : Yes. 42:1-7; Mzm. 27:1,2,3,13-14; Yoh. 12:1-11.


Perikop ini diakhiri dengan sebuah pengamatan : “Lalu imam-imam kepala bermufakat untuk membunuh Lazarus juga, sebab karena dia banyak orang Yahudi meninggalkan mereka dan percaya kepada Yesus” (Yoh 12:10-11). Lain hari kita melihat perikop tentang pencobaan : pencobaan awal, khayalan, kemudian pencobaan tersebut berkembang - perikop kedua - dan perikop ketiga; pencobaan berkembang dan menjangkiti serta membenarkan dirinya sendiri. Namun, ada perikop lain : pencobaan berjalan terus, pencobaan tidak berhenti. Pencobaan tidak memadai, oleh karena ini, menjatuhkan hukuman mati pada Yesus, tetapi sekarang, juga Lazarus, karena ia adalah saksi kehidupan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PALMA DI BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN 5 April 2020


Bacaan Ekristi : Mat. 21:1-11. Yes. 50:4-7; Mzm. 22:8-9,17-18a,19-20,23-24; Flp. 2:6-11; Mat. 26:14-27:66.

Yesus “telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba” (Flp. 2:7). Marilah kita memperkenankan kata-kata Rasul Paulus ini menuntun kita ke dalam hari-hari suci ini, ketika sabda Allah, seperti sebuah pengulangan, menghadirkan Yesus sebagai hamba: pada hari Kamis Putih, Ia digambarkan sebagai hamba yang membasuh kaki murid-murid-Nya; pada hari Jumat Agung, Ia dipaparkan sebagai hamba yang sedang menderita dan jaya (bdk. Yes 52:13); dan besok kita akan mendengar nubuat Yesaya tentang Dia : "Lihat, itu hamba-Ku yang Kupegang" (Yes 42:1). Allah menyelamatkan kita dengan melayani kita. Kita sering berpikir bahwa kitalah yang melayani Allah. Tidak, Ialah yang dengan sukarela memilih untuk melayani kita, karena Ia terlebih dahulu mengasihi kita. Sulitnya mengasihi dan tidak dikasihi sebagai imbalannya. Dan bahkan lebih sulit untuk melayani jika kita tidak memperkenankan diri kita dilayani oleh Allah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 4 April 2020 : PENCOBAAN BEKERJA DALAM DIRI YESUS DAN DIRI KITA


Bacaan Ekaristi : Yeh. 37:21-28; Yer. 31:10,11-12ab,13; Yoh. 11:45-56.

“Dalam masa-masa yang bergejolak, sulit dan menyakitkan ini, orang-orang memiliki kemungkinan melakukan satu atau lain hal, kebanyakan hal yang baik”, kata Paus Fransiskus mengawali Misa harian Sabtu pagi, 4 April 2020, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau mengakui ada juga beberapa kemungkinan beberapa orang "barangkali mendapatkan gagasan untuk melakukan sesuatu yang tidak begitu baik, mengambil keuntungan dari situasi, mendapatkan keuntungan pribadi daripadanya". “Hari ini kita berdoa agar Tuhan sudi memberikan hati nurani yang jujur dan jernih kepada semua orang, agar tanpa rasa malu mereka dapat memperkenankan Allah memandang mereka”.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 3 April 2020 : DUKACITA BUNDA MARIA


Bacaan Ekaristi : Yer. 20:10-13; Mzm. 18:2-3a,3bc-4,5-6,7; Yoh. 10:31-42.

Hari Jumat Sengsara ini, Gereja mengingat kembali dukacita Maria, Bunda Dukacita. Devosi Umat Allah ini sudah berusia berabad-abad. Berbagai madah pujian telah ditulis untuk menghormati Bunda Dukacita : ia berada di kaki salib, dan kita merenungkannya di sana, sedang menderita. Kesalehan Kristiani telah menyatukan dukacita Bunda Maria dan berbicara tentang "tujuh dukacita". Dukacita yang pertama, hanya 40 hari setelah kelahiran Yesus, nubuat Simeon, yang berbicara tentang sebuah pedang yang akan menembus hati-Nya (bdk. Luk 2:35). Dukacita yang kedua adalah pelarian ke Mesir untuk menyelamatkan nyawa Sang Putra (bdk. Mat 2:13-23). Dukacita yang ketiga <adalah> tiga hari yang sangat menyedihkan ketika Sang Putra <Yesus> tetap tinggal di Bait Allah (bdk. Luk 2:41-50). Dukacita yang keempat adalah ketika Bunda Maria bertemu Yesus dalam perjalanan menuju Kalvari (bdk. Yoh 19:25). Dukacita Bunda Maria yang kelima adalah Yesus wafat, melihat Putranya di sana, disalibkan, telanjang, <dan> berada dalam sakratul maut. Dukacita yang keenam, Yesus yang wafat diturunkan dari kayu salib. Ia menatang-Nya seperti ia menatang-Nya 30 tahun sebelumnya di Betlehem. Dukacita yang ketujuh adalah pemakaman Yesus. Dan dengan demikian, kesalehan Kristiani mengikuti jalan Bunda Maria ini, yang menyertai Yesus. Sebaiknya, pada sore hari, ketika aku berdoa Malaikat Tuhan, mendoakan tujuh dukacita ini sebagai pengingat akan Bunda Gereja, bagaimana Bunda Gereja melahirkan kita semua dengan begitu banyak kesakitan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 2 April 2020 : ORANG KRISTIANI BUKAN SEKADAR BISA MENUNJUKKAN SURAT BAPTIS


Bacaan Ekaristi : Kej. 17:3-9; Mzm. 105:4-5,6-7,8-9. R: 8a; Yoh. 8:51-59.


Tuhan selalu mengingat Perjanjian-Nya. Kita mengulanginya dalam Mazmur Tanggapan. Tuhan tidak lupa; Ia tidak pernah lupa. Ya, Ia hanya melupakan satu hal, ketika Ia mengampuni dosa. Setelah mengampuni, Ia kehilangan ingatan-Nya, Ia tidak mengingat dosa-dosa. Dalam <seluruh> hal lain, Tuhan tidak lupa.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 1 April 2020 : JATIDIRI ORANG KRISTIANI ADALAH PEMURIDAN


Bacaan Ekaristi : Dan. 3:14-20,24-25,28; Dan. 3:52,53,54,55,56; Yoh. 8:31-42.


Dalam hari-hari ini, Gereja telah meminta kita untuk mendengarkan Injil Yohanes bab 8 : Injil Yohanes bab 8 adalah perdebatan yang sangat tajam antara Yesus dan para ahli Taurat. Dan, terutama, Injil Yohanes bab 8 berusaha membuat kita melihat jatidiri kita sendiri : Yohanes berusaha mendekatkan kita pada pergulatan itu untuk memperjelas jatidiri, baik jatidiri Yesus maupun jatidiri para ahli Taurat. Yesus menyudutkan mereka, membuat mereka melihat kontradiksi mereka sendiri. Dan, pada akhirnya, mereka tidak menemukan jalan keluar selain menghina : Injil Yohanes bab 8 adalah salah satu perikop yang paling menyedihkan, Injil Yohanes bab 8 adalah penghujatan; mereka menghina Bunda Maria.