Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 Oktober 2019 : PENGHARAPAN KRISTIANI LAKSANA UDARA YANG KITA HIRUP


Bacaan Ekaristi : Rm. 8:18-25; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 13:18-21.

Pengharapan laksana melempar sauh ke pantai lain. Paus Fransiskus menggunakan gambaran ini dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 29 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan untuk mendesak umat agar hidup "dalam ketegangan" menuju perjumpaan dengan Tuhan. Jika tidak demikian mereka akhirnya akan memburuk dan kehidupan kristiani akan beresiko menjadi "sebuah ajaran filosofis".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PENUTUPAN SINODE PARA USKUP WILAYAH AMAZON DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 27 Oktober 2019 : DOA ORANG FARISI, DOA PEMUNGUT CUKAI DAN DOA ORANG MISKIN


Bacaan Ekaristi : Sir. 35:12-14; Mzm. 34:2-3,17-18,19,23; 2Tim. 4:6-8,16-18; Luk. 18:9-14.

Sabda Allah hari ini membantu kita untuk berdoa melalui tiga sosok : dalam perumpamaan Yesus baik orang Farisi maupun pemungut pajak berdoa, sementara Bacaan Pertama berbicara tentang doa orang miskin.

1.       Doa orang Farisi dimulai dengan cara ini : " Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu".

Ini adalah permulaan yang luar biasa, karena doa terbaik adalah doa syukur, doa pujian. Namun, segera, kita melihat alasan mengapa ia bersyukur : "Aku tidak sama seperti semua orang lain" (Luk 18:11). Ia juga menjelaskan alasannya : ia berpuasa dua kali seminggu, meskipun pada saat itu hanya diwajibkan setahun sekali; ia membayar persepuluhan dari segala penghasilan yang ia dapatkan, meskipun persepuluhan ditetapkan hanya untuk penghasilan yang paling utama (bdk. Ul 14:22+). Singkatnya, ia bangga karena ia sedapat mungkin memenuhi perintah-perintah tertentu. Tetapi ia melupakan perintah terbesar : mengasihi Allah dan sesama kita (bdk. Mat 22:36-40). Meluap dengan keyakinan diri tentang kemampuannya sendiri untuk mematuhi perintah, jasa dan keutamaannya sendiri, ia hanya berfokus pada dirinya sendiri. Tragedi orang ini yaitu ia tanpa kasih. Bahkan hal-hal terbaik, tanpa kasih, tidak berarti apa-apa, seperti yang dikatakan oleh Santo Paulus (bdk. 1 Kor 13). Tanpa kasih, apa hasilnya? Ia akhirnya memuji dirinya sendiri bukannya berdoa. Sebenarnya, ia tidak meminta apa pun dari Tuhan karena ia tidak merasa membutuhkan atau berhutang, tetapi ia merasa bahwa Allah berutang sesuatu kepadanya. Ia berdiri di bait Allah, tetapi ia menyembah allah yang berbeda : dirinya sendiri. Dan banyak kelompok "bergengsi", "Kristen Katolik", mengikuti jalan ini.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 Oktober 2019 : PERGULATAN UNTUK MEMAHAMI APA YANG SEDANG TERJADI DI DALAM DIRI KITA


Bacaan Ekaristi : Rm. 7:8-25a; Mzm. 119:66,68,76,77,93,94; Luk. 12:54-59.

Paus Fransiskus mendesak umat Kristiani untuk memohon terang kepada Tuhan agar mengetahui dengan baik apa sedang yang terjadi di dalam diri kita. Hal tersebut disampaikannya dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 24 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau berkaca pada Bacaan Pertama (Rm. 7:8-25a) yang di dalamnya Santo Paulus berbicara kepada umat Roma tentang pergulatan batin yang terus-menerus terjadi di dalam dirinya, pergulatan antara keinginan untuk berbuat baik dan tidak mampu melakukannya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU BIASA XXIX (HARI MINGGU MISI SEDUNIA) 20 Oktober 2019 : BERCERMIN PADA TIGA KATA : “GUNUNG”, “NAIK” DAN “SEGALA”


Bacaan Ekaristi : Kel. 17:8-13; Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8; 2Tim. 3:14-4:2; Luk. 18:1-8.

Saya ingin bercermin pada tiga kata yang diambil dari bacaan-bacaan yang baru saja kita dengar : sebuah kata benda, sebuah kata kerja dan sebuah kata sifat. Kata benda adalah gunung : Yesaya berbicara tentang hal itu ketika ia bernubuat tentang gunung Tuhan, yang menjulang tinggi di atas bukit-bukit, segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana (bdk. Yes 2:2). Kita melihat kembali gambaran gunung dalam Injil ketika Yesus, setelah kebangkitan-Nya, memberitahu murid-murid-Nya untuk menemui-Nya di gunung Galilea; Galilea dihuni berbagai bangsa : "Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain" (bdk. Mat 4:15). Maka, tampaknya gunung adalah tempat yang paling disukai Allah untuk berjumpa dengan umat manusia. Gunung adalah tempat Ia bertemu kita, seperti yang kita lihat dalam Kitab Suci, dimulai dengan Gunung Sinai dan Gunung Karmel, seluruh jalan menuju Yesus, yang mewartakan Sabda Bahagia di gunung, berubah rupa di Gunung Tabor, memberikan nyawa-Nya di Gunung Kalvari dan naik ke surga dari Bukit Zaitun. Gunung, tempat perjumpaan agung antara Allah dan manusia, juga merupakan tempat Yesus menghabiskan beberapa jam dalam doa (bdk. Mrk 6:46) untuk menyatukan surga dan bumi, dan untuk mempersatukan kita, saudara-saudari-Nya, dengan Bapa.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 Oktober 2019 : BELAJARLAH MENGARAHKAN JARI PADA DIRIMU SENDIRI AGAR KAMU TERBEBAS DARI KEMUNAFIKAN


Bacaan Ekaristi : Rm. 1:16-25; Mzm. 19:2-3,4-5; Luk. 11:37-41.

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 15 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus tidak mentolerir kemunafikan. “Kita harus disembuhkan dari kemunafikan”, katanya, “dan penyembuhnya adalah mengetahui bagaimana mengarahkan jari pada diri kita di hadapan Allah”, karena barangsiapa yang tidak dapat melakukannya “bukan orang kristiani yang baik”.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KANONISASI BEATO JOHN HENRY NEWMAN, BEATA GIUSEPPINA VANNINI, BEATA MARIAM THRESIA CHIRAMEL MANKIDIYAN, BEATA DULCE LOPES PONTES DAN BEATA MARGUERITE BAYS DI LAPANGAN SANTO PETRUS (VATIKAN) 13 Oktober 2019


Bacaan Ekaristi : 2Raj. 5:14-17; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; 2Tim. 2:8-13; Luk. 17:11-19.

"Imanmu telah menyelamatkan engkau" (Luk 17:19). Inilah puncak Bacaan Injil hari ini, yang mencerminkan perjalanan iman. Ada tiga langkah dalam perjalanan iman ini. Kita melihat ketiga langkah tersebut dalam tindakan para penderita kusta yang disembuhkan oleh Yesus. Mereka berteriak, berjalan dan bersyukur.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 Oktober 2019 : IDEOLOGI SEHARUSNYA TIDAK MENGGANTIKAN IMAN


Bacaan Ekaristi : Yun. 3:1-10; Mzm. 130:1-2,3-4ab,7-8; Luk. 10:38-42.

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 8 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus berkaca pada sosok Yunus dalam Perjanjian Lama yang melarikan diri dari Allah yang menginginkannya menjadi nabi-Nya untuk mewartakan pertobatan kepada orang-orang Niniwe agar mereka tidak dihukum. Berangkat berlayar ke Tarsis, ia harus dilempar ke laut untuk menenangkan badai yang ganas yang telah diturunkan Tuhan di laut. Seekor ikan besar yang menelannya, melemparkannya ke pantai setelah tiga hari, sebuah gambaran, kata Paus Fransiskus, yang mengingatkan kita akan kebangkitan Kristus pada hari ketiga.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PEMBUKAAN SIDANG KHUSUS SINODE PARA USKUP WILAYAH PAN-AMAZON DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 6 Oktober 2019


Bacaan Ekaristi : Hab. 1:2-3;2:2-4; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; 2Tim. 1:6-8,13-14; Luk. 17:5-10.

Rasul Paulus, misionaris terbesar dalam sejarah Gereja, membantu kita menjadikan "sinode" ini, "perjalanan bersama" ini. Kata-katanya kepada Timotius tampaknya ditujukan kepada kita, sebagai para gembala dalam pelayanan Umat Allah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA TAHBISAN EPISKOPAL MGR MICHAEL CZERNY, SJ, MGR PAOLO BORGIA, MGR ANTOINE CAMILLEN DAN MGR PAOLO RUDELLI DI BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN, 4 Oktober 2019


Bacaan Ekaristi : Yer 1:4-9; Mat 5:13-16

Saudara-saudara dan putra-putra,

Marilah kita sedikit merenungkan apa tanggung jawab gerejawi yang luhur dari saudara-saudara kita yang telah ditahbiskan ini. Tuhan kita Yesus Kristus yang diutus oleh Bapa untuk menebus manusia, pada gilirannya, mengutus Dua Belas Rasul ke dunia sehingga, penuh dengan kuasa Roh Kudus, mereka seharusnya mewartakan Injil kepada segala bangsa, mengumpulkan segala bangsa di bawah satu gembala, untuk menguduskan mereka dan menuntun mereka kepada keselamatan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA BERSAMA KORPS KEPOLISIAN VATIKAN DI LOURDES GROTTO, TAMAN VATIKAN 28 September 2019


Bacaan Ekaristi : Am. 6:1a,4-7; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; 1Tim. 6:11-16; Luk. 16:19-31.

Bacaan Injil yang pertama, perikop Injil ini, mungkin dapat membuat kita keliru dengan pesan pengajaran Yesus yang mendukung derma, mendukung keadilan, yaitu, pengajaran Yesus yang semacam moral. Tetapi itu sesuatu yang lain. tepatnya Yesus ingin memasuki jalan manusia seumur hidup, dan karena Injil ini Ia berbicara tentang dua kehidupan : kehidupan seorang kaya dan kehidupan seorang miskin, jalan kehidupan masing-masing. Injil ini membuat kita melihat takdir - bukan takdir magis, bukan - takdir yang dapat dibuat oleh manusia untuk dirinya sendiri, karena kita membuat takdir kita, kita melakukan perjalanan di jalan kita dan seringkali kita membuat jalan kita sendiri. Terkadang Tuhan campur tangan, Tuhan memberi rahmat, tetapi kita bertanggung jawab atas perjalanan kita. Tuhan memberi kita rahmat secara cuma-cuma, Ia membantu kita untuk selalu pergi ke hadirat-Nya, tetapi perjalanan kita, perjalanan kita, adalah tanggung jawab kita. Saya ingin memasukkan sedikit ke dalam pesan ini.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 3 Oktober 2019 : SABDA ALLAH MEMENUHI DIRI KITA DENGAN SUKACITA DAN SUKACITA INILAH KEKUATAN KITA


Bacaan Ekaristi : Neh. 8:1-4a,5-6,7b-12; Mzm. 19:8,9,10,11; Luk. 10:1-12.

Kita harus membuka hati untuk berjumpa dengan Sabda Allah sehingga diri kita dipenuhi dengan sukacita, dan inilah kekuatan kita. Hal ini disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 3 Oktober 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus juga menekankan bahwa kita tidak dapat memahami pesta hari Minggu tanpa Sabda Allah.