Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 November 2018 : BAHAYA KEKAFIRAN KEHIDUPAN KRISTIANI

Bacaan Ekaristi : Why. 18:1-2,21-23;19:1-3,9a; Mzm. 100:2,3,4,5; Luk. 21:20-28.

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 29 November 2018, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus membayangkan akhir dunia dan mengatakan kehidupan Kristiani tidak dapat diperdamaikan dengan mentalitas duniawi. Beliau mengacu pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Why 18:1-2,21-23;19:1-3,9a) yang menggambarkan kehancuran Babel, lambang keduniawian, dan Bacaan Injil (Luk 21:20-28) yang di dalamnya Yesus menceritakan tentang kehancuran kota suci Yerusalem.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 27 November 2018 : INGIN BAGAIMANAKAH KITA MENAMPILKAN DIRI KETIKA MENGHADAP TUHAN?

Bacaan Ekaristi : Why. 14:14-20; Mzm. 96:10,11-12,13; Luk. 21:5-11.

Dalam Misa harian Selasa pagi 27 November 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menyampaikan homilinya dengan mengacu pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Why 14:14-20). Melakukan pemeriksaan batin adalah bijaksana, beliau mengatakan, mengingat kenyataan bahwa suatu hari kita akan menghadap Tuhan. Kita seharusnya bertanya ingin bagaimanakah kita menampilkan diri ketika kita bertemu Dia, beliau mengatakan. Hal itu akan membantu kita berkembang sehingga pertemuan itu akan menjadi saat yang "penuh sukacita".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 November 2018 : KONSUMERISME ADALAH SETERU KEMURAHAN HATI

Bacaan Ekaristi : Why. 14:1-3,4b-5; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 21:1-4.

Dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 26 November 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengundang umat Kristiani untuk bermurah hati terhadap orang-orang miskin. Beliau mengatakan bahwa sikap amal membuka hati dan membantu kita menjadi semakin baik hati seraya memperingatkan bahwa musuh kemurahan hati adalah konsumerisme, di mana kita membeli lebih banyak daripada yang kita butuhkan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI ORANG MISKIN SEDUNIA DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 18 November 2018 : HARTA YANG SESUNGGUHNYA ADALAH ALLAH DAN SESAMA KITA

Marilah kita melihat tiga hal yang dilakukan Yesus dalam Injil hari ini.

Pertama : ketika hari masih siang, Ia “pergi”. Ia meninggalkan orang banyak di puncak keberhasilan-Nya, dielu-elukan karena Ia menggandakan roti. Meskipun para murid ingin bersenang-senang di dalam kemuliaan, Ia memerintahkan mereka mendahului-Nya dan kemudian menyuruh orang banyak pulang (bdk. Mat 14:22-23). Dicari oleh orang-orang, Ia pergi seorang diri; saat degup jantung-Nya sedang mereda, Ia naik ke atas bukit untuk berdoa. Kemudian, ketika hari sudah malam, Ia turun dan pergi ke para murid, berjalan di atas air yang terombang-ambingkan gelombang. Dalam semua ini, Yesus melawan arus : pertama, Ia meninggalkan keberhasilan, dan kemudian ketentraman. Ia mengajarkan kita keberanian untuk meninggalkan : meninggalkan keberhasilan yang menggembungkan hati dan ketentraman yang mematikan jiwa.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 November 2018 : KEMARTIRAN TIDAK MENJADI BERITA

Bacaan Ekaristi : Flm. 1:7-20; Mzm. 146:7,8-9a,9bc-10; Luk. 17:20-25.

Gereja tumbuh “dalam kesederhanaan, dalam keheningan, dalam pujian, dalam kurban Ekaristi, dalam komunitas persaudaraan, di mana semua orang dikasihi”, dan tak seorangpun diterlantarkan. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 15 November 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Membahas Bacaan Injil hari itu (Luk 17:20-25), Paus Fransiskus mengatakan bahwa Kerajaan Allah “tidak mengagumkan”, dan bahwa kerajaan tersebut tumbuh dalam keheningan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 November 2018 : USKUP, SEORANG HAMBA YANG RENDAH HATI DAN LEMBUT LEMBUT, BUKAN SEORANG PENGUASA

Bacaan Ekaristi : Tit. 1:1-9; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 17:1-6.

Seorang hamba yang rendah hati dan lemah lembut, bukan seorang penguasa. Inilah seharusnya seorang uskup. Paus Fransiskus menyampaikan hal tersebut tersebut dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 12 November 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Dengan mengacu pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Tit 1:1-9), Paus Fransiskus menguraikan secara terperinci sosok seorang uskup, untuk menertibkan dalam Gereja.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 9 November 2018 : BERHALA UANG DALAM GEREJA

Bacaan Ekaristi : Yeh. 47:1-2,8-9,12; Mzm. 46:2-3,5-6,8-9; 1Kor. 3:9b-11,16-17; Yoh. 2:13-22.

Dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 9 November 2018, bertepatan dengan Pesta Pemberkatan Basilika Lateran, Paus Fransiskus mendesak agar gereja-gereja dihormati sebagai “rumah Allah” dan tidak berubah rupa menjadi pasar atau tempat umum yang dikuasai oleh “keduniawian”. Gereja-gereja beresiko mengubah rupa diri mereka menjadi pasar dengan berbagai sakramen yang diobral secara cuma-cuma.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 November 2018 : MEMBERI KESAKSIAN, MENGGERUTU, MENGAJUKAN PERTANYAAN

Bacaan Ekaristi : Flp. 3:3-8a; Mzm. 105:2-3,4-5,6-7: Luk. 15:1-10.

Memberi kesaksian, menggerutu, mengacukan pertanyaan. Inilah tiga kata yang ditekankan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 8 November 2018 di Casa Santa Marta pada hari Kamis. Beliau merenungkan Bacaan Injil hari itu (Luk 15:1-10), yang dimulai dengan kesaksian yang diberikan oleh Yesus : para pemungut cukai dan orang-orang berdosa mendekati Dia dan mendengarkan Dia; serta Ia makan bersama mereka.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 6 November 2018 : YESUS MEMBERI KESEMPATAN KEDUA UNTUK MENGHADIRI PERJAMUAN SURGAWI

Bacaan Ekaristi : Flp. 2:5-11; Mzm. 22:26b-27,28-30a,31-32; Luk. 14:15-24.

Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus memberi kita kesempatan kedua untuk menghadiri perjamuan surgawi - tetapi Ia juga adil. Dengan mengacu pada Bacaan Injil hari itu (Luk 14:15-24), Bapa Suci menyampaikan hal tersebut dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 6 November 2018, di Casa Santa Marta, Vatikan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 September 2018 : HATI-HATI TERHADAP AMBISI DIRI DAN KESOMBONGAN

Bacaan Ekaristi : Flp. 2:1-4; Mzm. 131:1,2,3; Luk. 14:12-14.

Paus Fransiskus memperingatkan bahwa "persaingan dan puji-pujian yang sia-sia" memiliki kekuatan untuk menghancurkan berbagai landasan jemaat dengan menebar perpecahan dan pertikaian. Hal tersebut disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 5 November 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA ARWAH UNTUK PARA KARDINAL DAN PARA USKUP YANG WAFAT DALAM SATU TAHUN TERAKHIR 3 November 2018 : HIDUP ORANG KRISTIANI ADALAH BEPERGIAN UNTUK BERTEMU SANG MEMPELAI LAKI-LAKI

Dalam perumpamaan Injil hari ini, kita mendengar bahwa para pengiring mempelai, seluruhnya sepuluh gadis, "pergi menyongsong mempelai laki-laki" (Mat 25:1). Bagi kita semua, hidup adalah panggilan terus-menerus untuk bepergian : dari rahim ibu kita, dari rumah tempat kita dilahirkan, dari bayi hingga remaja, dari remaja hingga dewasa, semua jalan menuju kepergian kita dari dunia ini. Juga bagi para pelayan Injil, hidup berada dalam gerakan yang terus-menerus, ketika kita bepergian dari rumah keluarga kita menuju ke mana pun Gereja mengutus kita, dari satu macam pelayanan menuju pelayanan lainnya. Kita selalu bergerak sampai kita melakukan perjalanan terakhir kita.

Injil menunjukkan kepada kita makna bepergian yang terus menerus ini yaitu hidup : hidup adalah bepergian untuk bertemu Sang Mempelai Laki-laki. Inilah untuk apa hidup dimaksudkan untuk dijalani : panggilan yang bergema di tengah malam, menurut Injil, dan yang akan kita dengar pada saat kematian kita : “Mempelai datang! Songsonglah dia!" (ayat 6). Perjumpaan dengan Yesus, Sang Mempelai Laki-laki yang “telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya” (Ef 5:25), memberi makna dan arah bagi kehidupan kita. Tidak lebih dari itu. Perjumpaan dengan Yesus adalah kesudahan yang menerangi segala sesuatu yang mendahuluinya. Sama seperti pembenihan dinilai oleh panen, demikian juga perjalanan hidup dibentuk oleh tujuan utamanya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PENGENANGAN ARWAH SEMUA ORANG BERIMAN DI PEMAKAMAN ANAK LAURENTINO (ROMA) 2 November 2018 : PENGENANGAN, HARAPAN DAN TERANG ADALAH TIGA MATRA KEHIDUPAN

Liturgi hari ini bersifat sesuai kenyataan, liturgi hari ini berwujud. Liturgi hari ini adalah bagian dari tiga matra kehidupan, matra yang bahkan dipahami anak-anak : masa lalu, masa depan, masa sekarang.

Hari ini adalah hari pengenangan masa lalu, hari untuk mengingat orang-orang yang berjalan sebelum kita, yang juga menyertai kita, memberi kita kehidupan. Ingatlah, ingatlah. Pengenangan adalah apa yang menguatkan suatu umat karena ia berakar dalam sebuah perjalanan, berakar dalam sejarah, berakar pada suatu umat. Pengenangan membuat kita memahami bahwa kita tidak sendirian, kita adalah suatu umat yang memiliki sejarah, yang telah berlalu, yang memiliki kehidupan. Pengenangan banyak orang yang telah ikut serta dalam sebuah perjalanan bersama kita, dan saya berada di sini [menunjukkan makam di sekitar]. Mengingat tidaklah mudah. Kita, sering kali, kita bergumul untuk kembali memikirkan apa yang terjadi dalam hidupku, dalam keluargaku, dalam umatku ... Tetapi hari ini adalah hari pengenangan, pengenangan yang membawa kita ke akar : ke akarku, ke akar umatku.