Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 September 2017 : PARA MALAIKAT AGUNG ADALAH TEMAN-TEMAN SEPERJALANAN KITA

Bacaan Ekaristi : Why. 12:7-12a; Mzm. 138:1-2a,2bc-3,4-5; Yoh. 1:47-51.

Dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi 29 September 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, yang bertepatan dengan Pesta Para Malaikat Agung Mikael, Gabriel dan Rafael, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita mengikutsertakan panggilan mereka dengan "bekerja sama dalam rencana penyelamatan Allah". Beliau merenungkan Doa Singkat liturgi hari itu yang di dalamnya kita memuji Tuhan di hadapan para malaikat.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 28 September 2017 : PENYESALAN ADALAH TANDA KESELAMATAN

Bacaan Ekaristi : Hag. 1:1-8; Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b; Luk. 9:7-9.

Jangan takut "berbicara kebenaran tentang kehidupan kita", dengan mengenali dosa-dosa kita dan mengakuinya kepada Tuhan. Itulah pesan homili Paus Fransiskus pada Misa harian Kamis pagi 28 September 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Bapa Suci merenungkan Bacaan Injil liturgi hari itu (Luk. 9:7-9) tentang tanggapan Herodes terhadap pewartaan Yesus. Beliau mencatat bahwa beberapa orang mengaitkan Yesus dengan Yohanes Pembaptis, Elia, atau seorang nabi. Herodes, beliau mengatakan, tidak tahu harus berpikir apa tentang Yesus, tetapi "ia merasakan" sesuatu di dalam batinnya. Ini bukan sekadar keingintahuan, kata Paus Fransiskus, tetapi "penyesalan dalam jiwa dan hatinya". Herodes berusaha menemui Yesus "untuk menenangkan dirinya".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 September 2017 : KEAKRABAN DENGAN YESUS MEMBEBASKAN KITA

Bacaan Ekaristi : Ezr. 6:7-8,12b,14-20; Mzm. 122:1-2,3-4a,4b-5; Luk. 8:19-21

"Orang-orang yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya" : inilah konsep keluarga bagi Yesus, sebuah konsep keluarga yang "lebih luas daripada konsep dunia". Itulah fokus homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi 26 September 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan. Dalam Bacaan Injil (Luk. 8:19-21), Yesus mengatakan bahwa justru mereka yang datang kepada-Nya, dan mendengarkan pewartaan-Nya, adalah "ibu-Nya", dan "saudara-saudara-Nya" : keluarga-Nya. Dan hal ini, kata Paus Fransiskus, membuat kita memikirkan konsep keakraban dengan Allah dan dengan Yesus, yang merupakan sesuatu yang lebih dari sekedar "murid" atau bahkan "sahabat"; keakraban bukanlah sikap "formal" atau "sopan", apalagi sikap "diplomatis". Maka, beliau bertanya, "Apakah arti sesungguhnya kata ini - keakraban - yang begitu sering digunakan para bapa rohani Gereja, dan telah mengajarkan kita?"

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI ULANG TAHUN KE-201 BERDIRINYA KORPS GENDARMES (KORPS KEPOLISIAN VATIKAN) DI GUA LOURDES VATIKAN 25 September 2017 : BAGI ALLAH TIDAK PERNAH ADA KATA TERLAMBAT

Dalam Bacaan Pertama, nabi Yesaya menasihati kita untuk mencari Tuhan, mengubah diri kita : "Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya" (Yes 55:6). Itulah pertobatan. Ia mengatakan kepada kita bahwa begitulah caranya : mencari Tuhan, mengubah hidup kita, bertobat. . . Dan hal ini benar. Namun, Yesus mengubah nalar dan melampauinya, dengan nalar yang tidak dapat dipahami oleh siapapun : itulah nalar kasih Allah. Memang benar, kamu harus mencari Tuhan dan melakukan semua yang kamu bisa untuk menemukan Dia, tetapi yang apa penting adalah Ia sedang mencarimu. Ia sedang mencarimu. Yang lebih penting ketimbang mencari Tuhan adalah menyadari bahwa Ia sedang mencariku.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 25 September 2017 : PENGHIBURAN ALLAH MENUNTUN KEPADA PERDAMAIAN

Bacaan Ekaristi : Ezr. 1:1-6; Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5,6; Luk. 8:16-18

Marilah kita memohon kepada Tuhan untuk membantu kita mengenali penghiburan sejati dan melestarikannya. Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi, 25 September 2017, di Casa Santa Marta, Vatikan.

Bercermin pada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Ezr 1:1-6), Paus Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan "melawat umat-Nya dan mengembalikan mereka ke Yerusalem". Kata "melawat", beliau menjelaskan, penting dalam sejarah keselamatan, karena "setiap tindakan penebusan oleh Allah adalah sebuah lawatan".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 September 2017 : UNTUK MENJANGKAU YESUS, UMAT KRISTIANI HARUS MENGAKUI BAHWA MEREKA ADALAH ORANG-ORANG BERDOSA

Bacaan Ekaristi : Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13

Jika kamu menginginkan belas kasihan, ketahuilah bahwa kamu adalah orang-orang berdosa. Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam Misa harian Kamis pagi 21 September 2017 yang bertepatan dengan Pesta Santo Matius, rasul dan pengarang Injil, di Casa Santa Marta, Vatikan.

Homili Bapa Suci mengacu pada kisah pertobatan dan panggilan pemuridan Santo Matius yang dikisahkan Bacaan Injil liturgi hari itu (Mat. 9:9-13). Bapa Suci memusatkan perhatiannya pada tiga tahap kisah tersebut : panggilan, perjamuan, dan pergunjungan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 19 September 2017 : BERBELAS KASIHAN, MENDEKATI DAN MENGEMBALIKAN

Bacaan Ekaristi : 1Tim. 3:1-13; Mzm. 101:1-2ab,2cd-3ab,5,6; Luk. 7:11-17

"Berbelas kasihan", "mendekati", "mengembalikan". Dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 19 September 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus berdoa kepada Tuhan agar Ia sudi memberi kita "rahmat" memiliki belas kasihan kepada semua orang yang sedang menderita; mendekati orang-orang ini dengan "memegang mereka" untuk mengembalikan mereka ke tempat "harga diri yang dikehendaki Allah bagi mereka".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 18 September 2017 : DOAKANLAH PARA PEMIMPINMU MESKIPUN MEREKA BERBUAT SALAH

Bacaan Ekaristi : 1Tim. 2:1-8; Mzm. 28:2,7,8-9; Luk. 7:1-10

Sebagai umat kristiani kita harus mendoakan para pemimpin kita yang terpilih, bahkan jika kita tidak sepaham dengan politik mereka. Itulah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Senin pagi 18 September 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Paus Fransiskus mengacu Bacaan Pertama liturgi hari itu (1Tim. 2:1-8), yang di dalamnya Santo Paulus meminta agar "permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur" dinaikkan "untuk raja-raja dan untuk semua pembesar". Dalam Injil hari itu, seorang pemimpin Romawi, perwira Romawi, mendoakan agar hambanya disembuhkan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 September 2017 : BUNDA MARIA BERDUKACITA

Bacaan Ekaristi : Ibr 5:7-9; Mzm 31:2-6,15-16,20; Yoh 19:25-27

Homili Paus Fransiskus selama Misa harian Jumat pagi 15 September 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan, berfokus pada sosok Bunda Maria Berdukacita yang dirayakan hari itu. Kita perlu merenungkan Bunda Yesus, kata Paus Fransiskus, kita perlu merenungkan "tanda perbantahan ini, karena Yesus adalah sang pemenang, tetapi di atas kayu Salib". Ini adalah sebuah pertentangan, beliau mengatakan, yang tidak bisa kita pahami. "Perlu iman untuk memahaminya, paling tidak mendekati (untuk memahami) misteri ini".

Maria memahami dan menjalani seluruh hidupnya dengan hati yang tertusuk. "Ia mengikuti Yesus dan mendengarkan komentar orang banyak terhadap Yesus, terkadang bernada positif, terkadang bernada negatif. Tetapi ia selalu berada tepat di belakang Putranya. Itulah sebabnya kita menyebutnya murid pertama". Keprihatinan Marialah, lanjut Paus Fransiskus, yang menimbulkan "tanda perbantahan" ini di dalam hatinya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA SALIB SUCI 14 September 2017 : SALIB KRISTUS ADALAH MISTERI KASIH

Bacaan Ekaristi : Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-37,38; Flp. 2:6-11; Yoh. 3:13-17

Paus Fransiskus kembali merayakan misa harian pagi di Casa Santa Marta, Vatikan, pada hari Kamis 14 September 2017 setelah liburan musim panas. Dalam Misa yang bertepatan dengan Pesta Salib Suci tersebut, Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada misteri kasih, yaitu Salib Kristus dan memperingatkan terhadap dua godaan rohani yang terkait dengannya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI WILAYAH PELABUHAN CARTAGENA (KOLOMBIA) 10 September 2017 : MARTABAT DAN HAK ASASI MANUSIA


Bacaan Ekaristi : Yeh. 33:7-9; Mzm. 95:1-2,6-7,8-9; Rm. 13:8-10; Mat. 18:15-20

Di kota ini, yang telah disebut "heroik" karena kegigihannya dalam mempertahankan kebebasan dua ratus tahun yang lalu, saya merayakan Misa penutup kunjungan saya ke Kolombia. Selama tiga puluh dua tahun terakhir Cartagena de Indias juga merupakan kantor pusat di Kolombia untuk Hak Asasi Manusia. Karena di sini orang-orang menyimpan dalam hati kenyataan bahwa, "berkat tim misioner yang dibentuk oleh para imam Yesuit Petrus Claver y Corberó dan Alonso de Sandoval serta Bruder Yesuit Nicolás González, yang didampingi oleh banyak warga kota Cartagena de Indias pada abad ketujuh belas, keinginan terlahir untuk meringankan situasi orang-orang yang tertindas pada masa itu, terutama para budak, mereka yang memohon perlakuan dan kebebasan yang adil" (Kongres Kolombia 1985, hukum 95, pasal 1).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI BANDARA ENRIQUE OLAYA HERRERA, MEDELLIN (KOLOMBIA) 9 September 2017 : KEHIDUPAN KRISTIANI SEBAGAI PEMURIDAN

Bacaan Ekaristi : 1Kor. 4:6b-15; Mzm. 145:17-18,19-20,21; Luk. 6:1-5.

Saudara dan saudari yang terkasih,

Dalam Misa pada hari Kamis (7 September 2017) di Bogotá, kita mendengar Yesus memanggil murid-murid-Nya yang pertama; bagian dari Injil Lukas yang dibuka dengan perikop ini, diakhiri dengan panggilan Kelompok Dua Belas. Apa yang sedang diingatkan para penginjil kepada kita di antara dua peristiwa ini? Bahwa perjalanan mengikuti Yesus ini melibatkan sebuah karya besar pemurnian dalam diri para pengikut-Nya yang pertama. Beberapa perintah, larangan dan mandat membuat mereka merasa aman; melaksanakan praktek dan ritus tertentu membebaskan mereka dari pertanyaan yang tidak nyaman : "Allah menginginkan kami melakukan apa?" Tuhan Yesus mengatakan kepada mereka bahwa pelaksanaan praktek dan ritus tersebut termasuk mengikuti-Nya, dan bahwa perjalanan ini akan membuat mereka berjumpa dengan orang-orang kusta, orang-orang lumpuh dan orang-orang berdosa. Kenyataan-kenyataan ini menuntut lebih dari sekedar rumusan, norma yang tak terpungkiri. Para murid mempelajari bahwa mengikuti Yesus mengandaikan prioritas-prioritas lain, pertimbangan-pertimbangan lain guna melayani Allah. Bagi Tuhan, juga bagi jemaat perdana, sangatlah penting bagi kita yang menyebut diri murid-murid tidak melekat pada sebuah gaya tertentu atau terhadap praktek-praktek tertentu yang menyebabkan kita menjadi semakin seperti orang-orang Farisi ketimbang seperti Yesus. Kebebasan Yesus berbeda dengan tidak adanya kebebasan yang terlihat dakam diri para ahli Taurat masa itu, yang dilumpuhkan oleh penafsiran dan praktek hukum yang ketat. Yesus tidak hidup berdasarkan ketaatan yang "benar-benar" dangkal; Ia membawa hukum menuju penggenapannya. Inilah yang Ia inginkan terhadap kita, mengikuti-Nya sedemikian rupa untuk mengetahui apa yang penting, diperbaharui, dan terlibat. Inilah tiga sikap yang harus membentuk kehidupan kita sebagai para murid.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA KELAHIRAN SANTA PERAWAN MARIA DAN BEATIFIKASI JESUS EMILIO JARAMILLO MONSALVE DAN PEDRO MARIA RAMIREZ RAMOS DI VILLAVICENCIO (KOLOMBIA) 8 September 2017

Bacaan Ekaristi : Mi. 5:1-4a; Mzm. 13:6ab,6cd; Mat. 1:1-16,18-23.

"Kelahiranmu, ya Bunda Perawan Allah, adalah fajar baru yang mewartakan sukacita bagi seluruh dunia, karena daripadamulah telah lahir sang mentari keadilan, Kristus Allah kita" (bdk Antifon untuk Kudus). Pesta kelahiran Santa Perawan Maria menyinarkan cahayanya atas kita, sama seperti cahaya fajar menyinari dataran Kolombia yang luas, pemandangan yang indah ini pintu gerbangnya adalah Villavicencio, dan juga menyinarkan cahayanya di atas maraknya keragaman masyarakat adatnya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI TAMAN SIMON BOLIVAR, BOGOTA (KOLOMBIA) 7 September 2017 : BERTOLAKLAH KE TEMPAT DALAM AGAR DAPAT MENJADI PENGRAJIN PERDAMAIAN DAN PENGGAGAS KEHIDUPAN

Bacaan Ekaristi : Kol. 1:9-14; Mzm. 98:2-3ab,3cd-4,5-6; Luk. 5:1-11.

Penulis Injil mengatakan kepada kita bahwa panggilan murid-murid pertama terjadi di sepanjang pantai Danau Genesaret, di mana orang-orang berkumpul untuk mendengar suara yang mampu membimbing mereka dan menerangi mereka; Danau Genesaret juga merupakan tempat para nelayan biasa menghabiskan hari-hari mereka yang melelahkan, di mana mereka mencari rezeki untuk menjalani kehidupan yang bermartabat dan bahagia, kehidupan yang tidak berkekurangan kebutuhan dasariah. Inilah satu-satunya saat dalam seluruh Injil Lukas Yesus berkhotbah di dekat Danau Galilea. Di danau yang terbentang pengharapan mereka akan sebuah hasil tangkapan yang berlimpah berubah menjadi frustrasi dengan apa yang tampaknya merupakan usaha yang sia-sia dan tak berarti. Menurut sebuah penafsiran kristiani kuno, danau juga mewakili luasnya tempat semua orang hidup; oleh karena gemuruh dan kegelapannya, danau membangkitkan segala sesuatu yang mengancam keberadaan manusia dan memiliki kekuatan untuk menghancurkannya.