Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 27 April 2018 : SURGA ADALAH PERJUMPAAN LANGSUNG DENGAN YESUS

Bacaan Ekaristi : Kis. 13:26-33; Mzm. 2:6-7,8-9,10-11; Yoh. 14:1-6.

Dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 27 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus merenungkan perjalanan umat kristiani di dunia menuju surga. Paus Fransiskus mengatakan bahwa surga adalah tempat sukacita abadi dalam perjumpaan langsung dengan Yesus, bukan hanya tempat yang membosankan seperti yang dibayangkan beberapa orang. Beliau mendasarkan homili Bacaan Pertama yang diambil dari Kisah Para Rasul (13:26-33), yang memuat khotbah Paulus di rumah ibadat di Antiokhia di Pisidia.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 April 2018 : TANPA KASIH GEREJA TIDAK DAPAT BERGERAK ATAU BERTUMBUH

Bacaan Ekaristi : Kis. 13:13-25; Mzm. 89:2-3,21-22,25,27; Yoh. 13:16-20.

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 26 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan bahwa seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Beliau mengacu pada Bacaan Injil liturgi hari itu (Yoh 13:16-20), yang mengandung kata-kata Yesus tersebut setelah pembasuhan kaki pada Perjamuan Terakhir. Yesus mewariskan kita teladan pelayanan dan kasih dalam Perjamuan Terakhir.

Bapa Suci mengatakan kata-kata tersebut mengandung tiga kebenaran dasariah bagi Gereja : Yesus mengajarkan kita kasih melalui Ekaristi, Ia mengajarkan kita pelayanan dalam pembasuhan kaki para murid, dan mengatakan tidak ada hamba yang lebih besar dari tuannya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 April 2018 : GEREJA MENEMUKAN KESEIMBANGANNYA KETIKA IA BERGERAK

Bacaan Ekaristi : Kis. 11:19-26; Mzm. 87:1-3,4-5,6-7; Yoh. 10:22-30.

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 24 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus merenungkan Bacaan-bacaan liturgi hari itu dan peran sentral Roh Kudus dalam kehidupan para murid. Paus Fransiskus, berbicara tentang ketertutupan pikiran para ahli Taurat dalam Injil Yohanes (10:22-30), menjelaskan bagaimana kepatuhan mereka terhadap hukum menjadi kaku. Karena mereka berpusat pada diri mereka. Mereka tetap tidak tersentuh berhadapan karya-karya yang diselesaikan Roh Kudus. Paus Fransiskus menyoroti ketidakmampuan mereka untuk "melihat tanda-tanda zaman" sebagai semacam penjara.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA TAHBISAN IMAM DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 22 April 2018

"Salurkanlah Sabda Allah, yang telah kalian sendiri terima dengan sukacita, baca dan renungkanlah dengan tekun Sabda Allah agar mempercayai apa yang telah kalian baca, mengajarkan apa yang telah kalian pelajari dalam iman, menjalani apa yang telah kalian ajarkan". Itulah kata-kata Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa penahbisan 16 diakon menjadi imam, Minggu 22 April 2018, di Basilika Santo Petrus, Vatikan. "Pikirkanlah dosa-dosamu, kesengsaraanmu, yang diampuni Yesus. Bermurah hatilah ... Aku ingin bertanya pada kalian, tolong: janganlah bosan untuk berbelas kasih", Paus Fransiskus mengimbau.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PERINGATAN 25 TAHUN WAFATNYA USKUP DON TONINO BELLO DI MOLFETTA, PUGLIA (ITALIA) 20 April 2018 : ROTI DAN SABDA, DUA UNSUR UTAMA KEHIDUPAN KRISTIANI

Bacaan Ekaristi : Kis. 9:1-20; Mzm. 117:1,2; Yoh. 6:52-59.

Bacaan-bacaan yang kita dengar menyajikan dua unsur utama kehidupan kristiani : Roti dan Sabda.

Roti. Roti adalah makanan penting untuk hidup dan Yesus dalam Injil menawarkan diri-Nya kepada kita sebagai Roti hidup, seolah-olah memberi tahu kita: "Kamu tidak dapat hidup tanpa Aku". Dan Ia menggunakan ungkapan yang kuat : “makan daging Putra Manusia dan minum darah-Nya” (bdk. Yoh 6:53). Apa artinya? Bagi hidup kita, masuk ke dalam hubungan pribadi yang hayati dengan-Nya adalah penting. Daging dan darah. Ekaristi adalah ini : bukan ritus yang indah, tetapi persekutuan yang paling intim, paling nyata, dan paling mengejutkan yang dapat dibayangkan bersama Allah : persekutuan kasih yang begitu nyata sehingga persekutuan tersebut membutuhkan bentuk makan. Kehidupan kristiani dimulai setiap kali dari sini, dari meja ini, di mana Allah memuaskan kita dengan kasih. Tanpa Dia, Roti hidup, setiap upaya dalam Gereja sia-sia, seperti diingatkan Don Tonino Bello : “Karya-karya amal tidaklah cukup, jika tidak ada karya amal. Jika tidak ada kasih yang daripadanya karya-karya bertolak, jika tidak ada sumbernya, jika tidak ada titik awal yakni Ekaristi kurang, pelaksanaan pastoral hanyalah pengadukan berbagai hal”.[1]

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 19 April 2018 : PENGINJILAN ADALAH KARYA ROH KUDUS

Bacaan Ekaristi : Kis 8:26-40; Mzm 66:8-9.16-17.20; Yoh 6:44-51

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 19 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengingatkan kita bahwa setiap orang kristiani memiliki kewajiban dan perutusan yang harus dicapai, yakni penginjilan. Beliau menggunakan kisah kegiatan penginjilan Filipus dalam Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 8:26-40) untuk menjelaskan penginjilan tersebut dengan mempergunakan tiga kata kunci : “Bangunlah”, “dekatliah”, dan “mulailah dengan keadaan yang sebenarnya".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 April 2018 : GEREJA MEMBUTUHKAN PARA NABI

Bacaan : Kis 7:51-8:1a; Mzm 31:3c-4.6ab.7b.8a.17.21ab; Yoh 6:30-35

Dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi 17 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 7:51-8:1a) yang menceritakan Stefanus menuding orang-orang, tua-tua dan para ahli Taurat sebagai orang-orang yang keras kepala yang selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyang mereka, mereka menganiaya para nabi.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 April 2018 : MENGIKUTI YESUS KARENA IMAN, BUKAN DEMI KEPENTINGAN DIRI SENDIRI

Bacaan Ekaristi : Kis 6:8-15; Mzm 119:23-24.26-27.29-30; Yoh 6:22-29

Dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 16 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan ada dua cara untuk mengikuti Yesus : demi kepentingan diri sendiri dalam mukjizat-mukjizat-Nya atau melalui iman dalam sabda-Nya. Paus Fransiskus memperingatkan agar tidak mengikuti Yesus demi kepentingan pribadi dalam mukjizat-mukjizat-Nya ketimbang melalui iman dalam sabda-Nya. Beliau juga mengundang kita untuk menyegarkan ingatan kita akan hal-hal luar biasa yang telah dilakukan Allah dalam kehidupan kita, agar menanggapinya dengan kasih.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI PAROKI SANTO PAULUS DARI SALIB, CORVIALE (ROMA) 15 April 2018 : IMAN AKAN KEBANGKITAN MEMBUAT HATI BERTUMBUH MUDA

Bacaan Ekaristi : Kis. 3:13-15,17-19; Mzm. 4:2,4,7,9; 1Yoh. 2:1-5a; Luk. 24:35-48

Para murid mengetahui bahwa Yesus telah bangkit karena Maria Magdalena telah mengatakannya pagi itu; kemudian Petrus melihat-Nya; kemudian para murid yang telah kembali dari Emaus menceritakan tentang perjumpaan mereka dengan Yesus yang bangkit. Mereka mengetahuinya : Ia bangkit dan hidup. Tetapi kebenaran itu belum masuk ke hati. Kebenaran itu, ya, mereka mengetahuinya, tetapi mereka ragu. Mungkin mereka lebih suka menyimpan kebenaran itu dalam pikiran mereka. Menyimpan kebenaran dalam pikiran tidak terlalu berbahaya ketimbang menyimpannya di dalam hati. Tidak terlalu berbahaya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 13 April 2018 : YESUS MEMBERIKAN KEBEBASAN SEJATI

Bacaan Ekaristi : Kis. 5:34-42; Mzm. 27:1,4,13-14; Yoh. 6:1-15.

Dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi 13 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengatakan kebebasan yang kita dengar selama Masa Paskah ini adalah kebebasan putra dan putri Allah. Yesus memberi kita kebebasan ini “melalui tindakan penebusan-Nya” di kayu salib.

Kebebasan sejati berarti memiliki keterbukaan berpikir jernih guna memberi ruang bagi Allah dalam kehidupan kita dan mengikuti Yesus. Untuk itu, Paus Fransiskus merenungkan tiga contoh kebebasan - Gamaliel, Rasul Petrus dan Yohanes, serta Yesus.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 April 2018 : SUKACITA PASKAH MENDATANGKAN KETAATAN, KESAKSIAN DAN KENYATAAN

Bacaan Ekaristi : Kis 5:27-33; Mzm 34:2.9.17-18.19-20; Yoh 3:31-36.

Dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 12 April 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menunjukkan tiga ciri khas para rasul : ketaatan, kesaksian dan kenyataan. Sukacita Paskah mendatangkan ketiga ciri khas tersebut.

Paus Fransiskus mengatakan 50 hari Paskah sebelum Pentakosta adalah “masa sukacita” bagi para Rasul karena kebangkitan Kristus. Sukacita mereka adalah sukacita sejati, beliau mengatakan, tetapi sukacita tersebut mengandung sedikit keraguan dan ketakutan. Hanya setelah Pentakosta dan turunnya Roh Kudus, Paus Fransiskus mengatakan sukacita para Rasul bersifat berani, karena mereka sekarang memahami makna misteri Paskah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA PASKAH 1 April 2018

Bacaan Ekaristi : Kis. 10:34a,37-43; Mzm. 118:1-2,16ab-17, 22-23; Kol. 3:1-4; Yoh. 20:1-9.

Setelah mendengarkan sabda Allah dari perikop Injil ini (Yoh 20:1-9), ada tiga hal yang ingin saya katakan.

Pertama: pengumuman. Ada sebuah pengumuman : Tuhan telah bangkit; pengumuman yang berjalan dari mulut ke mulut sejak hari-hari awal kekristenan : pengumuman itu adalah sapaan : Tuhan telah bangkit. Dan para perempuan yang pergi untuk mengurapi tubuh Tuhan bertemu dengan sebuah kejutan. Kejutan .... pengumuman Allah selalu membawa kejutan karena Allah kita adalah Allah dari kejutan-kejutan. Sudah seperti ini sejak awal sejarah keselamatan; sungguh, sejak bapa kita Abraham. Allah mengejutkan kalian : "Pergilah, pergilah, tinggalkan negerimu dan pergilah". Dan satu kejutan selalu mengikuti kejutan lainnya. Allah tidak dapat membuat pengumuman tanpa mengejutkan kita. Dan kejutan tersebut adalah apa yang menggerakkan hati kalian, apa yang menjamah kalian di tempat yang sesungguhnya tidak kalian harapkan. Menggunakan bahasa kaum muda : kejutan adalah sebuah pukulan rendah; kalian tidak mengharapkannya. Dan Ia berjalan dan menggerakkan kalian. Pertama: pengumuman yang mengejutkan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KONSELEBRASI BERSAMA 500 MISIONARIS KERAHIMAN DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 10 April 2018

Bacaan Ekaristi : Kis 4:32-37; Mzm 93:1ab.1c-2.5; Yoh 3:7-15

Kita telah mendengar dalam Kisah Para Rasul : “Dengan kuasa yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus” (Kis. 4:33).

Segala sesuatunya dimulai dari kebangkitan Yesus : dari situlah muncul kesaksian para Rasul dan, melalui hal ini, iman dan kehidupan baru dari para anggota jemaat dihasilkan, dengan gaya injilinya yang gamblang.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PASKAH II (HARI MINGGU KERAHIMAN ILAHI) 8 April 2018 : MENGALAMI KASIH ALLAH SEARTI DENGAN MEMBIARKAN DIRI KITA DIAMPUNI OLEH-NYA

Bacaan Ekaristi : Kis. 4:32-35; Mzm. 118:2-4,16ab-18, 22-24; 1Yoh. 5:1-6; Yoh. 20:19-31.

Dalam Injil hari ini, kita mendengar, berulang kali, kata “melihat”. Para murid bersukacita ketika mereka melihat Tuhan (Yoh. 20:20). Mereka memberitahu Tomas : “Kami telah melihat Tuhan” (ayat 25). Tetapi Injil tidak menjelaskan bagaimana mereka melihat-Nya; Injil tidak melukiskan Yesus yang bangkit. Injil hanya menyebutkan satu rincian : "Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka" (ayat 20). Seolah-olah Injil ingin memberitahu kita bahwa itulah bagaimana para murid mengenali Yesus : melalui luka-luka-Nya. Hal yang sama terjadi pada Tomas. Ia juga ingin melihat “bekas paku pada tangan-Nya” (ayat 25), dan setelah melihat, ia percaya (ayat 27).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM PASKAH DI BASILIKA SANTO PETRUS (VATIKAN) 31 Maret 2018

Bacaan Ekaristi : Kej. 1:1-2:2; Kej. 22:1-18; Kel. 14:15-15:1; Yes. 54:5-18; Yes. 55:1-11; Bar. 3:9-15,32-4:4; Yeh. 36:16-17a,18-28; Rm. 6:3-11; Mrk. 16:1-8.

Kita mengawali perayaan ini di luar, menceburkan diri ke dalam kegelapan malam dan kedinginan. Kita merasakan keheningan yang menindas pada wafat Tuhan, keheningan yang kita masing-masing dapat kenali, keheningan yang menyelusup ke kedalaman hati setiap murid, yang berdiri tanpa kata di depan salib.