Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 27 Februari 2018 : TIDAK ADA ANCAMAN DALAM PENGAKUAN DOSA - HANYA PENGAMPUNAN

Bacaan Ekaristi : Yes. 1:10,16-20; Mzm. 50:8-9,16bc-17,21,23; Mat. 23:1-12.

Pelayan sakramen tobat "bagaikan seorang ayah dari seorang anak kecil yang telah berkelakar, dan ia harus membetulkan anaknya. Dan ia tahu bahwa jika ia mendekati anak tersebut dengan tongkat di tangan, semuanya tidak akan berjalan dengan baik. Ia harus mendekati dia dengan keyakinan dan percaya diri". Demikianlah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Selasa pagi, 27 Februari 2018, di Casa Santa Marta, Vatikan. Kemudian beliau memperingatkan, "tidak ada ancaman dalam pengakuan dosa - hanya pengampunan". Beliau mengingatkan bahwa Masa Prapaskah adalah masa yang "bermanfaat untuk pertobatan", karena semakin dekat dengan Allah, karena mengubah hidup kita - dan inilah rahmat yang harus kita mohonkan dari Tuhan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 26 Februari 2018 : HENDAKLAH KAMU BERMURAH HATI AGAR KAMU BEROLEH KEMURAHAN HATI DARI TUHAN

Bacaan Ekaristi : Dan 9:4b-10; Mzm 79:8.9.11.13; Luk 6:36-38.

Dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 26 Februari 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengajak kita untuk tidak menetapkan diri sebagai hakim atas saudara dan saudari kita, namun memohon rahmat untuk senantiasa dapat mengenali diri kita sebagai orang-orang berdosa yang membutuhkan belas kasih.

"Malu akan dosa kita adalah rahmat yang harus dimohonkan kepada Allah. Karena orang-orang yang merasa malu tidak menetapkan diri mereka sebagai hakim atas orang lain dan menyadari bahwa mereka kecil dan tidak mampu. Mereka tidak merasa sombong dan tidak menghakimi saudara dan saudari mereka". Paus Fransiskus yang merayakan Misa berkonselebrasi dengan para kardinal yang tergabung dalam C9 yang membantunya dalam reformasi Kuria dan dalam pemerintahan Gereja semesta, mengulas Bacaan Injil liturgi hari itu (Luk 6:36-38) yang di dalamnya Yesus bersabda, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati. Janganlah kamu menghakimi, maka kamu pun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamu pun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI PAROKI SANTO GELASIUS I, ROMA (ITALIA) 25 Februari 2018 : APA YANG SEDANG DIKATAKAN YESUS KEPADAKU SAAT INI?

Bacaan Ekaristi : Kej. 22:1-2,9a,10-13,15-18; Mzm. 116:10,15,16-17,18-19; Rm. 8:31b-34; Mrk. 9:2-10.

Yesus menjadikan para Rasul melihat-Nya sebagaimana Ia ada di Surga : mulia, bercahaya, dan jaya. Dan Ia melakukannya untuk mempersiapkan mereka menanggung sengsara, skandal salib karena mereka tidak dapat memahami bahwa Yesus akan wafat sebagai seorang penjahat - mereka tidak dapat memahaminya. Mereka berpikir bahwa Yesus adalah Sang Pembebas, tetapi seperti para pembebas duniawi, orang-orang yang menang dalam peperangan, orang-orang yang selalu menang. <Tetapi> jalan Yesus berbeda : Yesus menang melalui kehinaan, kehinaan salib. Tetapi, ketika hal ini akan menjadi skandal bagi mereka, Yesus membuat mereka melihat apa yang akan terjadi, apa yang terjadi setelah salib, apa yang dinantikan kita semua : kemuliaan tersebut dan surga tersebut? Dan ini sangat indah! Sangatlah indah karena Yesus - dan dengarkanlah dengan baik hal ini - selalu mempersiapkan kita terhadap pencobaan, dengan cara apa pun, tetapi inilah pesannya : Ia selalu mempersiapkan kita. Ia memberi kita kekuatan untuk berjalan terus, pada saat-saat pencobaan, dan untuk mengatasinya dengan kekuatan-Nya. Yesus tidak meninggalkan kita sendirian dalam pencobaan hidup: Ia selalu mempersiapkan kita, membantu kita, sebagaimana Ia mempersiapkan [para murid] ini, dengan bayang-bayang kemuliaan-Nya. Dan kemudian mereka teringat akan momen hinaan ini. Inilah hal pertama yang diajarkan Gereja kepada kita: Yesus selalu mempersiapkan kita terhadap pencobaan dan Ia menyertai kita dalam pencobaan; Ia tidak meninggalkan kita sendirian - tidak pernah.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 Februari 2018 : JANGAN TERJERUMUS KE DALAM PUASA YANG PALSU

Bacaan Ekaristi : Yes 58:1-9a; Mzm 51:3-4.5-6a.18-19; Mat 9:14-15.

Dalam Masa Prapaskah, ada bahaya kita terjerumus ke dalam "pura-pura yang palsu". Peringatan tersebut disampaikan oleh Paus Fransiskus dalam homili pada Misa harian Jumat pagi 16 Februari 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RABU ABU DI BASILIKA SANTA SABINA, ROMA (ITALIA) 14 Februari 2018 : BERHENTI, MELIHAT DAN KEMBALI!

Bacaan Ekaristi : Yl 2:12-18; Mzm 51:3-4.5-6a.12-13.14.17; 2Kor 5:20-6:2; Mat 6:1-6.16-18

Masa Prapaskah adalah saat yang tepat untuk memperbaiki hubungan yang tidak selaras dalam kehidupan kristiani kita dan untuk menerima pewartaan Paskah Tuhan yang sungguh baru, dipenuhi harapan dan sukacita. Gereja dalam kearifan keibuannya mengundang kita untuk memberikan perhatian khusus terhadap segala sesuatu yang bisa meredam atau bahkan perlahan-lahan memperlemah hati kita yang sedang percaya.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 12 Februari 2018 : UJIAN TERHADAP IMAN MENGHASILKAN KETEKUNAN

Bacaan Ekaristi : Yak. 1:1-11; Mzm. 119:67,68,71,72, 75,76; Mrk. 8:11-13.

"Ujian terhadap imanmu menghasilkan ketekunan" : Paus Fransiskus mendasarkan homilinya selama Misa harian Senin pagi 12 Februari 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, dari Bacaan Pertama liturgi hari itu, yang diambil dari Surat Santo Yakobus (1:1-11).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 Februari 2018 : BAHAYA KELEMAHAN HATI

Bacaan Ekaristi : 1Raj 11:4-13; Mzm 106:3-4.35-36.37.40; Mrk 7:24-30

Berjaga-jagalah setiap hari supaya kalian tidak sampai jauh dari Tuhan. Itulah undangan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus berbicara tentang resiko, yang terhadapnya kita semua tak terlindungi, melemahnya hati.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Februari 2018 : AJARILAH UMAT UNTUK MENYEMBAH ALLAH DALAM KEHENINGAN

Bacaan Ekaristi : 1Raj 8:1-7.9-13; Mzm 132:6-7.8-10; Mrk 6:53-56.

Dalam Misa harian Senin pagi 5 Februari 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus mengawali homilinya dengan merenungkan Bacaan Pertama liturgi hari itu (1Raj 8:1-7.9-13). Perikop tersebut menceritakan bagaimana semua suku Israel datang kepada Raja Salomo di Yerusalem, untuk mengangkut Tabut Perjanjian Tuhan ke Bait Allah. Paus Fransiskus mencatat bagaimana mereka sedang melakukan perjalanan yang menanjak, membawa bersama mereka dua loh batu yang telah diberikan Tuhan kepada Musa di Gunung Horeb.

Bapa Suci selanjutnya merenungkan perjalanan kita sebagai umat kristiani, yang, beliau katakan, merupakan pendakian, perjalanan yang tidak selalu mudah. Orang-orang Israel, melakukan perjalanan yang menanjak ini, sedang mengangkut Tabut Perjanjian ke tempat peristirahatannya, dan mereka memiliki sebuah kenangan, "kenangan akan keterpilihan". Sebagai tambahan, Paus Fransiskus mengatakan, Tabut Perjanjian dilucuti tanpa hiasan apapun. Tabut Perjanjian dilucuti hingga dua loh batu yang berisi hukum : "Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA PESTA YESUS DIPERSEMBAHKAN DI KENISAH (HARI HIDUP BAKTI SEDUNIA KE-22) DI BASILIKA SANTO PETRUS, VATIKAN, 2 Februari 2018

Bacaan Ekaristi : Mal 3:1-4; Mzm 24:7.8.9.10; Ibr 2:14-18; Luk 2:22-40

Empat puluh hari setelah Natal, kita merayakan Tuhan yang memasuki Bait Allah dan berjumpa umat-Nya. Di Gereja Timur, pesta ini disebut "Pesta Perjumpaan" : pesta tersebut adalah perjumpaan antara Allah, yang menjadi seorang anak untuk membawa kebaruan ke dunia kita, dan umat manusia yang penuh pengharapan, yang diwakili oleh laki-laki dan perempuan berusia lanjut di Bait Allah.

Di Bait Allah, ada juga perjumpaan antara dua pasutri : Maria dan Yosef yang masih muda, serta Simeon dan Hana yang sudah berusia lanjut. Pasutri berusia lanjut menerima dari pasutri muda, sementara pasutri muda menggugah pasutri berusia lanjut. Di dalam Bait Allah, Maria dan Yosef menemukan akar bangsa mereka. Hal ini penting karena janji Allah tidak terpenuhi hanya pada pribadi-pribadi, sekali untuk selamanya, tetapi di dalam sebuah jemaat dan sepanjang sejarah. Di sana juga, Maria dan Yosef menemukan akar iman mereka, karena iman bukanlah sesuatu yang dipelajari dari sebuah buku, tetapi seni hidup bersama Allah yang dipelajari dari pengalaman orang-orang yang telah mendahului kita. Dua orang muda, dalam pertemuan dengan dua orang lanjut usia, dengan demikian menemukan diri mereka. Dan kedua orang lanjut usia tersebut, menjelang akhir hidup mereka, menerima Yesus, makna kehidupan mereka. Peristiwa ini menggenapi nubuat Yoel : "Orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi, teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan" (2:28). Dalam perjumpaan ini, pasutri muda melihat perutusan mereka dan pasutri berusia lanjut mewujudkan impian mereka. Semua karena Yesus berada di pusat perjumpaan.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 1 Februari 2018 : TIGA KENYATAAN KEMATIAN

Bacaan Ekaristi : 1Raj 2:1-4.10-12; 1Taw 29:10.11ab.11d-12a.12bcd; Mrk 6:7-13

Memikirkan kematian menyelamatkan kita dari khayalan menjadi "penguasa waktu". Itulah kata-kata yang disampaikan Paus Fransiskus dalam homilinya pada Misa harian Kamis pagi 1 Februari 2018 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus merenungkan tiga kenyataan yang berkenaan dengan kematian : "Kematian adalah sebuah fakta; kematian adalah sebuah warisan; kematian adalah sebuah kenangan".