Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 29 April 2014 : TIGA CIRI JEMAAT KRISTIANI



Bacaan Ekaristi : Kis 4:32-37; Yoh 3:7-15

Dalam homilinya pada Misa harian pagi Selasa 29 April 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus merenungkan Bacaan Pertama hari itu dari Kisah Para Rasul (4:32-37). Dalam permenungannya, Paus menekankan bagaimana Gereja, setelah merenungkan rangkaian pelajaran pekan lalu tentang makna "dilahirkan dari atas", hari itu ditetapkan di depan mata kita ikon "jemaat Kristiani baru" : suatu "umat yang lahir baru" yang terdiri dari umat yang "saat itu belum disebut Kristen".

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KANONISASI SANTO YOHANES XXIII DAN SANTO YOHANES PAULUS II 27 April 2014


Bacaan Ekaristi : Kis 2:42-47;1Ptr 1:3-9; Yoh 20:19-31

Pokok hari Minggu ini, yang mengakhiri Oktaf Paskah dan yang ingin didedikasikan oleh Yohanes Paulus II bagi Kerahiman Ilahi, adalah luka-luka mulia dari Yesus yang bangkit.
 
Ia sudah menunjukkan luka-luka itu ketika Ia pertama kali menampakkan diri kepada para Rasul pada larut malam hari setelah Sabat itu, hari kebangkitan. Namun Tomas tidak ada di sana malam itu, dan ketika rasul-rasul lain mengatakan kepadanya bahwa mereka telah melihat Tuhan, ia menjawab bahwa jika tidak ia sendiri melihat dan menyentuh luka-luka itu, ia tidak akan percaya. Seminggu kemudian, Yesus menampakkan diri sekali lagi kepada para murid yang berkumpul di Ruang Atas, dan Tomas hadir; Yesus berpaling kepadanya dan menyuruhnya untuk menyentuh luka-luka-Nya. Kemudian orang itu, yang begitu mudah dan terbiasa menguji segala sesuatu secara pribadi, berlutut di depan Yesus dengan kata-kata: "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh 20:28).

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA SYUKUR KANONISASI SANTO JOSE DE ANCHIETA 24 April 2014


Bacaan Ekaristi : Kis 3:11-26; Luk 24:35-48

Kamis sore 24 April 2014 dirayakan Misa di Gereja Santo Ignatius Loyola, Roma, untuk bersyukur atas kanonisasi Bapa Yesuit, Santo Jose de Anchieta, SJ (1534-1597), pewarta evangelisasi dari Brazil, seorang ahli bahasa, dramawan dan pendiri kota Sao Paulo dan kota Rio de Janeiro. Dibeatifikasi oleh Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1980, Paus Fransiskus memperluas kultus liturgi bagi Gereja universal pada tanggal 3 April 2014, sebuah proses yang setara dengan kanonisasi.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 24 April 2014 : ADA ORANG-ORANG KRISTIANI SEPERTI KELELAWAR YANG LEBIH MEMILIH BAYANG-BAYANG DARIPADA TERANG TUHAN


Bacaan Ekaristi : Kis 3:11-26; Luk 24:35-48

Paus Fransiskus mengatakan ada orang-orang Kristiani yang takut akan sukacita kebangkitan Kristus dan yang malahan memilih kesedihan dan tinggal dalam bayang-bayang seperti kelelawar. Pentingnya orang-orang Kristiani bersukacita, bukan malahan bersedih atau penuh ketakutan, adalah fokus permenungan Paus Fransiskus selama homilinya pada Kamis harian Kamis pagi 24 April 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan. Mengambil permenungannya dari bacaan Injil (Luk 24:35-48) tentang Kristus yang bangkit menampakkan diri-Nya di hadapan murid-murid-Nya, Paus Fransiskus mengawali dengan mencatat bukannya malahan bersukacita atas kebangkitan-Nya, tetapi para murid dilanda oleh rasa takut.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM PASKAH 19 April 2014


Bacaan Ekaristi : Kej 1:1,26-31a; Mzm 104:1-2a,5-6,10,12,13-14,24,35c; Kej 22:1-18; Mzm 16:5,8,9-10,11; Kel 14:15-15:1; MT Kel 15:1-2,3-4,5-6,17-18; Yes 54:5-14; Mzm 30:2,4,5-6,11,12a,13b; Yes 55:1-11; MT Yes 12:2-3,4bcd,5-6; Bar 3:9-15,32; Mzm 19:8,9,10,11; Yeh 36:16-17a,18-28; Mzm 42:3,5bcd, 43:3,4; Rm 6:3-11; Mzm 118:1-2,16ab-17,22-23; Mat 28:1-10

Injil tentang kebangkitan Yesus Kristus dimulai dengan perjalanan para wanita ke kubur saat fajar pada hari sesudah sabat. Mereka pergi ke kubur untuk menghormati tubuh Tuhan, tetapi mereka mendapatinya terbuka dan kosong. Seorang malaikat perkasa mengatakan kepada mereka : "Janganlah kamu takut!" (Mat 28:5) dan memerintahkan mereka untuk pergi dan memberitahu para murid : "Ia telah bangkit dari antara orang mati. Ia mendahului kamu ke Galilea" (ayat 7). Para wanita segera berangkat dan dalam perjalanan Yesus sendiri bertemu mereka dan berkata : "Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudara-Ku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku" (ayat 10). Setelah kematian Sang Guru, para murid telah tercerai-berai; iman mereka telah benar-benar terguncang, segala sesuatu tampak berakhir, semua kepastian mereka telah hancur dan harapan mereka telah mati. Tetapi sekarang berita para wanita itu, sepertinya tidak masuk akal, datang kepada mereka seperti sebuah sinar terang dalam kegelapan. Kabar tersebar : Yesus telah bangkit seperti dikatakan-Nya. Dan kemudian ada perintah-Nya untuk pergi ke Galilea; para wanita telah mendengarnya dua kali, pertama dari malaikat dan kemudian dari Yesus sendiri : "Supaya mereka pergi ke Galilea; di sanalah mereka akan melihat Aku". Galilea adalah tempat di mana mereka pertama kali dipanggil, di mana segala sesuatunya dimulai! Kembalilah ke sana, kembalilah ke tempat di mana mereka awalnya dipanggil. Yesus telah berjalan di sepanjang tepi danau ketika para nelayan sedang menebarkan jala mereka. Ia telah memanggil mereka, dan mereka meninggalkan segalanya dan mengikut Yesus (bdk. Mat 4:18-22). Kembali ke Galilea berarti membaca ulang segalanya atas dasar salib dan kemenangannya. Membaca ulang segalanya - khotbah Yesus, mukjizat-mukjizat-Nya, komunitas baru, luapan perasaan dan pembelotan-pembelotan, bahkan pengkhianatan – membaca ulang segalanya mulai dari akhir, yang merupakan sebuah awal baru, dari tindakan tertinggi kasih ini. Bagi kita masing-masing, juga ada sebuah "Galilea" pada asal perjalanan kita bersama Yesus. "Pergilah ke Galilea" berarti sesuatu yang indah, itu berarti menemukan kembali pembaptisan kita sebagai sebuah mata air yang hidup, menarik energi baru dari sumber-sumber iman kita dan pengalaman Kristiani kita. Kembali ke Galilea terutama berarti kembali kepada terang yang menyala berkobar-kobar itu yang dengannya kasih karunia Allah menyentuh saya di awal perjalanan tersebut. Dari nyala api itu saya dapat menyalakan sebuah api untuk hari ini dan setiap hari, dan membawa bara dan terang bagi para saudara dan saudari saya. Nyala api mengobarkan suatu sukacita yang rendah hati, suatu sukacita yang menyedihkan dan menyusahkan tidak bisa menawarkan hati, suatu sukacita yang baik, yang lembut. Dalam kehidupan setiap orang Kristiani, setelah pembaptisan ada juga sebuah “Galilea” yang lebih eksistensial : pengalaman seseorang berjumpa dengan Yesus Kristus yang memanggil saya untuk mengikuti-Nya dan mengambil bagian dalam perutusan-Nya. Dalam pengertian ini, kembali ke Galilea berarti mengumpulkan dalam hati saya memori hidup panggilan itu, ketika Yesus melewati jalan saya, menatap saya dengan belas kasih dan meminta saya untuk mengikuti-Nya. Ini berarti menghidupkan kembali memori saat itu ketika mata-Nya bertemu mata saya, momen ketika Ia membuat saya menyadari bahwa Ia mengasihi saya. Hari ini, malam ini, kita masing-masing dapat bertanya : Apakah Galilea saya? Di manakah Galilea saya? Apakah saya mengingatnya? Apakah saya telah melupakannya? Apakah saya telah keluar dari jalan-jalan besar dan jalan-jalan kecil yang membuat saya melupakannya? Tuhan, tolonglah saya : beritahu saya apa Galilea saya; bagi Engkau ketahuilah bahwa saya ingin kembali ke sana untuk bertemu Engkau dan membiarkan diri saya dipeluk oleh belas kasih-Mu. Injil Paskah sangat jelas : kita perlu kembali ke sana, melihat Yesus bangkit, dan menjadi saksi-saksi kebangkitan-Nya. Ini bukan kembali ke masa lalu; ini bukan semacam nostalgia. Ini adalah kembali ke kasih pertama kita, untuk menerima api yang telah telah dinyalakan Yesus dalam dunia dan membawa api itu bagi semua orang, hingga ke ujung-ujung bumi. "Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain" (Mat 4:15; Yes 8:23)! Cakrawala Tuhan yang bangkit, cakrawala Gereja; keinginan perjumpaan yang kuat .... Mari kita berada di jalan kita!

KHOTBAH PASTOR RANIERO CANTALAMESSA DALAM PERAYAAN HARI JUMAT AGUNG 18 April 2014 YANG DIPIMPIN PAUS FRANSISKUS : KISAH YUDAS SEHARUSNYA MENGGERAKKAN KITA MENYERAH PADA KRISTUS


Paus Fransiskus memimpin Perayaan Sengsara Tuhan Kita di Basilika Santo Petrus, Vatikan pada Jumat sore 18 April 2014. Perayaan Sengsara Tuhan Kita, juga dikenal sebagai Jumat Agung, adalah liturgi yang mengingatkan penyaliban dan kematian Yesus. Pastor Raniero Cantalamessa, pengkhotbah rumah tangga kepausan, menyampaikan khotbahnya dalam perayaan tersebut. Berikut adalah khotbah lengkap Pastor Raniero Cantalamessa dalam perayaan tersebut.
****************

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KAMIS PUTIH 17 April 2014


Bacaan Ekaristi : Kel 12:1-8,11-14; 1Kor 11:23-26; Yoh 13:1-15

Paus Fransiskus menyampaikan homili tanpa teks selama perayaan Misa Kamis Putih, Peringatan Perjamuan Tuhan, 17 April 2014, yang diadakan di S. Maria della Provvidenza, sebuah pusat rehabilitasi dan perawatan jangka panjang di pinggiran kota Roma. Berikut ini adalah homili lengkap Paus Fransiskus yang merenungkan tindakan pelayanan Tuhan yang penuh kasih, suatu tindakan yang kemudian diteladani Paus sendiri dalam Misa, berlutut untuk membasuh kaki dua belas pasien pusat rehabilitasi dan perawatan tersebut. 
*********

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KRISMA 17 April 2014 : DIURAPI DENGAN MINYAK KEGEMBIRAAN


Bacaan Ekaristi : Yes 61:1-3a,6a,8b-9; Why 1:5-8; Luk 4:16-21

Saudaraku para imam yang terkasih,
Pada "hari ini" yang kekal dari Kamis Putih, ketika Kristus menunjukkan kasih-Nya bagi kita hingga akhir (bdk. Yoh 13:1), kita mengingat hari bahagia lembaga imami, serta hari tahbisan imamat kita sendiri. Tuhan mengurapi kita dalam Kristus dengan minyak kegembiraan, dan pengurapan ini mengajak kita untuk menerima dan menghargai karunia agung ini : kegembiraan, sukacita menjadi seorang imam. Sukacita imami adalah harta tak ternilai, tidak hanya bagi imam sendiri tetapi bagi seluruh umat beriman Allah: umat beriman itu yang darinya ia dipanggil untuk diurapi dan yang mana ia, pada gilirannya, diutus untuk mengurapi.

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MINGGU PALMA 13 April 2014


Bacaan Ekaristi : Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Mat 26:14-27:66

Minggu ini dimulai dengan prosesi meriah ranting-ranting pohon zaitun : seluruh umat menyambut Yesus. Anak-anak, orang-orang muda bernyanyi, mereka memuji Yesus.
 
Tapi minggu ini kemudian bergerak maju ke dalam misteri kematian Yesus dan misteri kebangkitan-Nya. Kita telah mendengar Sengsara Tuhan. Kita akan ada baiknya mengajukan cukup satu pertanyaan : Siapakah aku? Siapakah aku di hadapan Tuhanku? Siapakah aku di hadapan Yesus yang memasuki Yerusalem? Apakah aku mampu mengungkapkan sukacitaku, mampu memuji Dia? Atau apakah saya menjauhkan diri dari-Nya? Siapakah aku di hadapan Yesus yang menderita?

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 11 April 2014 : SETAN ADA DI ABAD 21 DAN BAGAIMANA KITA DAPAT MELAWANNYA


Bacaan Ekaristi : Yer 20:10-13; Yoh 10:31-42

Paus Fransiskus mengatakan setan ada di abad kita sekarang dan kita harus belajar dari Injil bagaimana melawan godaan-godaannya. Inilah pesan inti homili beliau pada Misa harian Jumat pagi 11 April 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus mengatakan kehidupan setiap orang Kristiani adalah pertempuran terus-menerus melawan kejahatan seperti Yesus selama hidup-Nya harus berjuang melawan setan dan banyak godaannya. Dan beliau memperingatkan bahwa siapa pun yang ingin mengikuti Yesus harus menyadari kenyataan ini.