Bacaan Ekaristi : Yeh 34:11-12,15-17;
1Kor 15:20-26,28; Mat 25:31-46
Berikut adalah homili Paus Fransiskus dalam
Misa Kanonisasi Beato Giovanni Antonio Farina; Beato Kuriakose Elias
Chavara dari Keluarga Kudus; Beato Ludovico da Casoria; Beata Nicola da
Longobardi; Beata Eufrasia Eluvathingal dari Hati Kudus dan Beato Amato Ronconi
yang dirayakan di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada hari Minggu 23 November
2014 yang bertepatan dengan Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta
Alam.
********
Liturgi hari ini mengajak kita untuk mengarahkan pandangan kita pada Kristus, Raja Semesta Alam. Doa Pembukaan yang
indah mengingatkan kita
bahwa kerajaan-Nya adalah "kerajaan kebenaran dan kehidupan, kerajaan kekudusan dan rahmat, kerajaan keadilan, kasih
dan damai sejahtera".
Bacaan-bacaan
yang telah kita dengarkan menunjukkan kepada
kita bagaimana Yesus mendirikan kerajaan-Nya; bagaimana Ia melaksanakannya dalam sejarah; dan apa yang sekarang Ia minta dari kita.
Pertama, bagaimana Yesus melaksanakan kerajaan-Nya: Ia melakukannya melalui kedekatan dan kelembutan-Nya terhadap kita. Ia adalah Gembala, yang tentangnya Nabi Yehezkiel berbicara dalam Bacaan Pertama (bdk. 34: 11-12,15-17). Ayat-ayat ini terjalin dengan kata-kata kerja yang menunjukkan
kepedulian dan kasih yang dimiliki Gembala untuk domba-dombanya: mencari, memperhatikan, mengumpulkan tercerai, menuntun ke padang rumput, membawa berbaring, mencari domba yang hilang, menuntun kembali yang tersesat, membalut yang terluka, menyembuhkan yang sakit, menggembalakan, ke padang rumput. Semua ini tergenapi
dalam Yesus Kristus: Ia benar-benar "Gembala Agung
segala domba dan pemelihara jiwa kita" (bdk. Ibr 13:20; 1 Ptr 2:25).
Kita yang dipanggil untuk menjadi para gembala dalam Gereja tidak dapat menyimpang dari teladan ini, jika kita tidak ingin menjadi orang-orang sewaan. Dalam hal ini umat Allah memiliki perasaan tepat untuk mengenali gembala-gembala yang baik dan dalam membedakan mereka dari orang-orang sewaan.
Setelah kemenangan-Nya, yaitu setelah kebangkitan-Nya, bagaimana Yesus telah mengembangkan kerajaan-Nya? Rasul Paulus, dalam Surat Pertama kepada jemaat di
Korintus, mengatakan: "Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja
sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya" (15:25). Bapa, sedikit demi sedikit, menaklukkan semuanya kepada Putra dan, pada saat yang sama, Putra menaklukkan semuanya kepada Bapa. Yesus bukanlah Raja menurut cara-cara duniawi : bagi-Nya, memegang
pemerintahan bukanlah memerintah, tetapi menaati Bapa, menyerahkan diri-Nya kepada Bapa, sehingga rencana kasih dan keselamatan-Nya dapat dibawa hingga penggenapan. Dengan cara ini ada kepenuhan timbal
balik antara Bapa dan Putra. Masa Kristus memegang pemerintahan adalah masa
panjang menaklukkan segala sesuatu kepada Putra dan menyerahkan segala sesuatu kepada Bapa. "Musuh yang terakhir, yang
dibinasakan ialah maut" (1 Kor 15:26). Dan pada akhirnya, ketika segala sesuatu akan berada di bawah kedaulatan Yesus, dan segala sesuatu, termasuk Yesus sendiri, akan ditaklukkan kepada Bapa, Allah akan menjadi semua di dalam semua (bdk. 1 Kor 15:28).
Injil mengajarkan apa yang dibutuhkan kerajaan
Yesus dari kita: ia mengingatkan kita bahwa kedekatan dan kelembutan adalah aturan hidup bagi kita juga, dan atas dasar ini kita akan dihakimi. Ini adalah perumpamaan agung penghakiman terakhir dalam Matius 25. Raja berkata : "Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku,
terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab
ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku
minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika
Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku" (25:34-36). Orang-orang benar akan bertanya kepadanya:bilamanakah kami melakukan semua ini? Dan ia akan menjawab mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina
ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Mat 25:40).
Titik awal keselamatan bukanlah pengakuan kedaulatan Kristus, melainkan meniru karya-karya
belas kasih Yesus yang melaluinya Ia melaksanakan kerajaan-Nya. Orang yang mengerjakan karya-karya ini menunjukkan bahwa ia telah menyambut kedaulatan Kristus, karena ia telah membuka hatinya untuk amal Allah. Di senja kala kehidupan kita akan dihakimi berdasarkan kasih, kedekatan dan kelembutan
kita kepada saudara dan saudari kita. Atas hal ini akan tergantung masuknya kita ke dalam, atau pengecualian dari, Kerajaan Allah : kepemilikan kita
di satu sisi atau di sisi yang lain. Melalui kemenangan-Nya, Yesus telah membuka bagi kita kerajaan-Nya. Tetapi bagi kita untuk masuk ke dalamnya, dimulai dengan kehidupan kita sekarang, dengan menjadi dekat dengan cara-cara nyata bagi saudara dan saudari kita yang meminta roti, pakaian, penerimaan, kesetiakawanan. Jika kita benar-benar mengasihi mereka, kita akan bersedia untuk berbagi dengan mereka apa yang paling berharga bagi kita, Yesus sendiri dan Injil-Nya.
Hari ini Gereja menempatkan di hadapan kita teladan orang-orang kudus baru ini. Masing-masing dengan caranya sendiri melayani kerajaan Allah, di mana mereka menjadi para ahli waris, tepatnya melalui karya-karya pengabdian yang murah
hati kepada Allah dan saudara dan saudari mereka. Mereka menanggapi dengan daya cipta yang luar biasa terhadap perintah mengasihi Allah dan sesama. Mereka mengabdikan diri
mereka, tanpa rintangan, melayani orang-orang berkekurangan dan membantu fakir miskin, orang-orang sakit, orang-orang tua dan para peziarah. Keberpihakan mereka bagi yang
terkecil dan termiskin adalah permenungan dan ukuran kasih
tanpa syarat mereka akan Allah. Bahkan, mereka mencari dan menemukan kasih dalam hubungan pribadi
dan kuat dengan Allah, yang darinya memancar ke luar kasih sejati bagi sesamanya. Pada saat
penghakiman, oleh karena itu, mereka mendengar undangan lembut ini : "Mari, hai kamu yang
diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak
dunia dijadikan" (Mat 25:34).
Melalui ritual kanonisasi, kita telah mengakui sekali lagi misteri Kerajaan Allah dan kita telah menghormati Kristus Raja, Gembala yang penuh kasih bagi domba-domba-Nya. Semoga santo/santa baru
kita, melalui kesaksian dan perantaraan mereka, meningkatkan dalam diri kita sukacita berjalan di jalan Injil dan tekad kita untuk merangkul Injil sebagai pedoman kehidupan kita. Mari kita mengikuti jejak
mereka, meniru iman dan kasih mereka, sehingga harapan kita juga dapat dikenakan keabadian. Semoga kita tidak membiarkan diri kita terganggu oleh kepentingan-kepentingan duniawi dan sepintas lalu lainnya. Dan semoga Maria, Bunda kita dan Ratu semua orang kudus, membimbing kita dalam perjalanan menuju kerajaan surga. Amin.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.