Bacaan Ekaristi : 2Mak. 12:43-46; Mzm. 143:1-2,5-6,7ab,8ab.10; 1Kor. 15:20-24a.25-28; Yoh. 6:37-40.
Saudara-saudari
terkasih,
Kita
berkumpul di sini untuk merayakan Pengenangan Arwah Semua Orang beriman. Kita
melakukannya terutama bagi mereka yang dimakamkan di tempat ini, dan dengan
kasih sayang yang khusus bagi orang-orang yang kita kasihi. Meskipun mereka
meninggalkan kita di hari wafatnya, kita tetap membawa mereka di dalam hati
kita, dan kenangan mereka selalu hidup dalam kehidupan kita sehari-hari.
Seringkali, sesuatu mengingatkan kita pada mereka, dan kita mengenang
pengalaman yang pernah kita bagikan dengan mereka. Banyak tempat, bahkan aroma
rumah kita, berbicara kepada kita tentang orang-orang yang kita kasihi dan
telah mendahului kita, dengan jelas menyimpan kenangan mereka bagi kita.
Namun,
hari ini kita berkumpul bukan hanya untuk mengenang mereka yang telah
meninggalkan dunia ini. Iman Kristiani kita, yang didasarkan pada misteri Paskah
Kristus, membantu kita menghayati kenangan kita lebih dari sekadar kenangan
masa lalu, tetapi juga, dan terutama, sebagai pengharapan untuk masa depan.
Bukan tentang melihat ke belakang, melainkan menatap ke depan, menuju tujuan
perjalanan kita, menuju pelabuhan yang aman yang telah dijanjikan Allah kepada
kita, menuju pesta abadi yang menanti kita. Di sana, di sekitar Tuhan yang
bangkit dan orang-orang yang kita kasihi, kita berharap menikmati sukacita
perjamuan abadi. Sebagaimana baru saja kita dengar dari Nabi Yesaya:
"TUHAN semesta alam akan menyediakan di gunung ini bagi segala bangsa
suatu perjamuan dengan masakan yang berlemak… Ia akan menelan maut untuk
seterusnya" (25:6,8).
Pengharapan
untuk masa depan ini menghidupkan kembali kenangan dan doa kita hari ini. Ini
bukan khayalan untuk meredakan rasa sakit perpisahan kita dari orang-orang
terkasih, juga bukan sekadar optimisme manusia. Sebaliknya, pengharapan yang
didasarkan pada kebangkitan Yesus yang telah menaklukkan maut dan membuka jalan
menuju kepenuhan hidup bagi kita. Sebagaimana yang saya katakan dalam katekese
baru-baru ini, Tuhan adalah "tujuan perjalanan kita. Tanpa kasih-Nya,
perjalanan hidup akan menjadi pengembaraan tanpa tujuan, sebuah kesalahan
tragis dengan tujuan yang terlewat... Yesus yang bangkit menjamin kedatangan
kita, menuntun kita pulang, tempat kita dinantikan, dikasihi, dan
diselamatkan" (Audiensi Umum, 15 Oktober 2025).
Tujuan
akhir ini, perjamuan, di mana kita akan dikumpulkan Tuhan, akan menjadi
perjumpaan kasih. Karena demi kasih, Allah menciptakan kita, melalui kasih
Putra-Nya, Ia menyelamatkan kita dari maut, dan dalam sukacita kasih yang sama,
Ia menghendaki kita hidup selamanya bersama Dia dan bersama orang-orang yang
kita kasihi. Karena alasan ini, setiap kali kita berdiam dalam kasih dan
menunjukkan kasih kepada sesama, terutama yang paling lemah dan paling
membutuhkan, kita dapat melangkah menuju tujuan kita, dan bahkan sekarang
mengantisipasinya melalui ikatan yang tak terpatahkan dengan mereka yang telah
mendahului kita. Lebih lanjut, Yesus menyemangati kita dengan kata-kata ini: “…
sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi
Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu menjengukku; ketika
Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Mat. 25:35-36).
Kasih
menaklukkan maut. Dalam kasih, Allah akan mengumpulkan kita bersama orang-orang
terkasih kita. Dan, jika kita bersama-sama melakukan perjalanan amal kasih,
maka kehidupan kita pun akan menjadi doa yang naik kepada Allah, menyatukan
kita dengan mereka yang telah tiada, mendekatkan kita kepada mereka seraya kita
menanti untuk bertemu mereka lagi dalam sukacita kehidupan kekal.
Saudara-saudari
terkasih, meskipun dukacita kita bagi mereka yang telah tiada masih terukir
dalam hati kita, marilah kita mempercayakan diri kita kepada pengharapan yang
tidak mengecewakan (bdk. Rm. 5:5). Marilah kita mengarahkan pandangan kita
kepada Kristus yang bangkit dan memikirkan orang-orang terkasih kita yang telah
tiada, yang diliputi oleh cahaya-Nya. Marilah kita membiarkan janji Tuhan
tentang kehidupan kekal bergema dalam hati kita. Ia akan menghancurkan maut
selamanya. Sungguh, Ia telah menaklukkannya, membukakan bagi kita jalan menuju
kehidupan kekal dengan melewati lembah maut dalam misteri Paskah-Nya. Dengan
demikian, bersatu dengan-Nya, kita juga dapat masuk dan melewati lembah maut.
Tuhan
menanti kita, dan ketika kita akhirnya bertemu dengan Dia di akhir perjalanan
hidup kita di dunia, kita akan bersukacita bersama Dia dan bersama orang-orang
terkasih yang telah mendahului kita. Semoga janji ini menopang kita,
mengeringkan air mata kita, dan mengangkat pandangan kita ke atas menuju
pengharapan akan masa depan yang tak pernah pudar.
_____
(Peter Suriadi -
Bogor, 2 November 2025)

Print this page
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.