Bacaan
Ekaristi : Yes 11:1-10; Mzm 72:2.7-8.12-13.17; Luk 10:21-24.
Saudara-saudari
terkasih!
Di
penghujung hari-hari penuh gejolak ini, yang telah kita lalui bersama dengan
penuh sukacita, kita bersyukur kepada Tuhan atas banyak karunia kebaikan-Nya,
kehadiran-Nya di antara kita, Sabda-Nya yang secara berlimpah Ia tawarkan
kepada kita, dan memperkenankan kita bersama-sama dengan Dia.
Sebagaimana
baru saja kita dengar dalam Bacaan Injil, Yesus juga mengucap syukur kepada
Bapa dan, berpaling kepada-Nya, berdoa, "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa,
Tuhan langit dan bumi" (Luk 10:21).
Namun,
pujian tidak selalu menemukan tempat dalam diri kita. Terkadang, terbebani oleh
pergumulan hidup, kekhawatiran akan banyaknya masalah di sekitar kita, lumpuh
karena ketidakberdayaan dalam menghadapi kejahatan, dan tertekan oleh begitu
banyak situasi sulit, kita lebih cenderung pasrah dan meratap daripada takjub
dan bersyukur.
Rakyat
Lebanon yang
terkasih, saya mengajakmu untuk senantiasa memupuk sikap memuji dan bersyukur.
Kamu adalah penerima keindahan langka negerimu yang telah dipersemarak Tuhan.
Pada saat yang sama, kamu adalah saksi sekaligus korban bagaimana kejahatan,
dalam berbagai bentuknya, dapat mengaburkan kemegahan ini.
Dari
lapangan terbuka yang menghadap ke laut ini, saya juga dapat merenungkan
keindahan Lebanon yang dinyanyikan dalam Kitab Suci. Tuhan menanam pohon-pohon
aras-Nya yang tinggi di sini, memelihara dan menyiraminya (bdk. Mzm. 104:16).
Ia membuat pakaian pengantin perempuan dalam Kidung Agung beraroma negeri ini
(bdk. 4:11), dan di Yerusalem, kota suci yang diselubungi cahaya untuk kedatangan
Mesias, Ia mengumumkan: "Kepadamu akan dibawa kemuliaan Lebanon: pohon
sanobar, berangan, dan cemara untuk mempersemarak tempat kudus-Ku; Aku hendak
memuliakan tempat kaki-Ku berpijak" (Yes. 60:13).
Namun,
keindahan ini dibayangi oleh kemiskinan dan penderitaan, luka-luka yang telah
menandai sejarahmu. Dalam hal ini, saya baru saja mengunjungi pelabuhan untuk
berdoa di lokasi ledakan. Keindahan negaramu juga dibayangi oleh banyaknya
masalah yang menimpamu, konteks politik yang rapuh dan seringkali tidak stabil,
krisis ekonomi dramatis yang membebanimu, serta kekerasan dan konflik yang
telah membangkitkan kembali ketakutan-ketakutan lama.
Dalam
skenario seperti itu, rasa syukur mudah tergantikan oleh kekecewaan, nyanyian
pujian tak menemukan tempat dalam kesunyian hati, dan pengharapan dikeringkan
oleh ketidakpastian dan kebingungan.
Namun,
sabda Tuhan mengundang kita untuk menemukan cahaya-cahaya kecil yang bersinar
di tengah malam, baik untuk membuka diri kita kepada rasa syukur maupun memacu
kita kepada komitmen bersama demi negeri ini.
Sebagaimana
telah kita dengar, alasan Yesus mengucap syukur kepada Bapa bukan karena
karya-Nya yang luar biasa, melainkan karena Ia menyatakan kebesaran-Nya secara
khusus kepada orang kecil dan rendah hati, kepada orang yang tidak menarik
perhatian dan tampaknya tidak berarti atau sama sekali tidak berarti, serta
tidak bersuara. Kerajaan yang didatangkan Yesus untuk diresmikan ditandai, pada
kenyataannya, oleh karakteristik yang digambarkan Nabi Yesaya: ia adalah sebuah
tunas, cabang kecil yang tumbuh dari tunggul pohon (bdk. Yes 11:1). Ia adalah
tanda kecil pengharapan yang menjanjikan kelahiran kembali ketika segala
sesuatu yang lain tampaknya sedang sekarat. Sungguh, kedatangan Mesias
diumumkan dalam tunas yang kecil, karena Ia hanya dapat dikenali oleh orang
kecil, oleh orang yang dengan rendah hati tahu bagaimana mengenali rincian dan
jejak tersembunyi Allah dalam kisah yang tampaknya sirna.
Ini
juga merupakan indikasi bagi kita, agar kita memiliki mata yang mampu mengenali
betapa kecilnya tunas yang muncul dan tumbuh bahkan di tengah masa yang
menyakitkan. Bahkan di sini dan saat ini, kita dapat melihat cahaya-cahaya
kecil yang bersinar di malam hari, tunas-tunas kecil yang bersemi, dan
benih-benih kecil yang ditanam di taman yang gersang di era sejarah ini. Saya
memikirkan imanmu yang tulus dan murni, yang berakar dalam keluargamu dan
dipupuk oleh sekolah-sekolah kristiani. Saya memikirkan karya paroki, tarekat,
dan gerakan yang terus-menerus untuk menjawab pertanyaan dan kebutuhan umat.
Saya memikirkan banyak imam dan pelaku hidup bakti yang mengabdikan diri untuk
bermisi di tengah berbagai kesulitan, dan umat awam yang mengabdikan diri pada
karya amal dan penyebaran Injil dalam masyarakat. Atas cahaya-cahaya ini yang
berusaha menerangi kegelapan malam, dan atas tunas-tunas kecil dan tak kasat
mata ini yang tetap membuka pengharapan untuk masa depan, hari ini kita bersama
Yesus mengatakan, "Kami bersyukur kepada-Mu, Bapa!" Kami bersyukur
kepada-Mu karena Engkau menyertai kami dan jangan biarkan kami goyah.
Pada
saat yang sama, rasa syukur ini tidak boleh hanya menjadi penghiburan
introspektif dan ilusi. Rasa syukur harus menuntun kita pada transformasi hati,
pertobatan hidup, dan kesadaran bahwa Allah telah menciptakan kita justru untuk
hidup dalam terang iman, janji pengharapan, dan sukacita kasih. Oleh karena
itu, kita semua dipanggil untuk menumbuhkan tunas-tunas ini, tidak berkecil
hati, tidak menyerah pada nalar kekerasan dan penyembahan berhala uang, dan
tidak menyerah dalam menghadapi kejahatan yang menyebar.
Setiap
orang harus melakukan bagiannya, dan kita harus menyatukan upaya agar negeri
ini dapat kembali ke kejayaannya. Melucuti hati kita adalah satu-satunya cara
untuk melakukannya. Marilah kita tanggalkan perisai perpecahan etnis dan
politik kita, buka pengakuan agama kita untuk saling bertemu, dan bangkitkan
kembali dalam hati kita impian Lebanon yang bersatu. Lebanon di mana perdamaian
dan keadilan berkuasa, di mana semua orang saling mengakui sebagai saudara dan
saudari, dan, akhirnya, di mana sabda Nabi Yesaya dapat digenapi:
"Serigala akan tinggal bersama domba, dan macan tutul akan berbaring di
samping anak kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan bersama-sama"
(Yes 11:6).
Inilah
impian yang dipercayakan kepadamu; inilah yang diserahkan Allah sumber damai ke
dalam tanganmu. Lebanon, bangkitlah! Jadilah rumah keadilan dan persaudaraan!
Jadilah tanda perdamaian yang profetik bagi seluruh kawasan Levant!
Saudara-saudari,
saya juga ingin mengulang sabda Yesus: "Aku bersyukur kepadai-Mu,
Bapa." Aku bersyukur kepada Tuhan karena hari-hari ini telah ambil bagian
denganmu. Seraya menyimpan penderitaan dan pengharapanmu dalam hati saya, saya
berdoa agar negeri Levant ini senantiasa diterangi oleh iman kepada Yesus
Kristus, matahari keadilan. Saya juga berdoa agar melalui rahmat Kristus,
Lebanon akan bertekun dalam pengharapan yang tak pernah mengecewakan.
_____
(Peter Suriadi - Bogor, 2 Desember 2025)


Print this page
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.