Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 28 Februari 2017 : ORANG-ORANG KRISTIANI YANG SEJATI MEMILIKI WAJAH YANG CERIA DAN MATA YANG PENUH SUKACITA

Bacaan Ekaristi : Sir. 35:1-12; Mzm. 50:5-6,7-8,14,23; Mrk. 10:28-31.

Saat kita akan memasuki Masa Prapaskah, Paus Fransiskus mengajak umat beriman untuk merenungkan hubungan antara Allah dan uang. Bapa Suci menyampaikannya dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi 28 Februari 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan.

Kita tidak bisa melayani dua tuan sehingga kita harus memilih antara Allah dan uang. Berbicara tentang pesan bacaan-bacaan Injil pada hari-hari menjelang permulaan Masa Prapaskah ini, Paus Fransiskus mengatakan bahwa kita dipanggil untuk merenungkan hubungan antara Allah dan uang. Dalam bacaan hari Senin, beliau mengatakan, seorang muda kaya ingin mengikuti Tuhan, namun kekayaannya menyebabkannya mengikuti uang sebagai gantinya.

Kata-kata Yesus dalam cerita ini mengkhawatir para murid, karena Ia mengatakan kepada mereka lebih mudah bagi seekor unta untuk melewati lobang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Surga. Dalam bacaan hari ini (Mrk 10:28-31), Paus Fransiskus mengatakan, kita melihat Petrus bertanya kepada Tuhan apa yang akan terjadi terhadap mereka ketika mereka telah memberikan segalanya untuk mengikuti-Nya. "Ini hampir seolah-olah Petrus sedang menyampaikan tagihan kepada Yesus", seru Paus Fransiskus.

Petrus tidak tahu harus mengatakan apa : orang muda tersebut telah menjalani jalannya, tetapi bagaimana dengan kita? Paus Fransiskus mengatakan jawaban Yesus jelas : Aku memberitahu kamu tidak ada seorang pun yang telah memberikan segalanya dan belum menerima segalanya. Kamu akan menerima segalanya, dengan ukuran yang melimpah itu yang dengannya Allah memberikan karunia-karunia-Nya.

Paus Fransiskus mengulangi kata-kata Injil : "Sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal".

Tuhan tidak mampu memberikan kurang ketimbang segalanya, Paus Fransiskus mengatakan : ketika Ia memberi kita sesuatu, Ia memberikan segenap diri-Nya.

Namun ada sebuah kata dalam bacaan ini, beliau melanjutkan, yang memberi kita alasan untuk merenung : sekarang pada masa ini juga kita akan menerima kembali seratus kali lipat rumah dan saudara laki-laki sekalipun disertai berbagai penganiayaan. Paus Fransiskus mengatakan ini berarti memasuki cara berpikir yang berbeda, cara berperilaku yang berbeda. Yesus memberikan segalanya dari diri-Nya, karena kepenuhan Allah adalah kepenuhan yang mengosongkan di kayu Salib.

Inilah karunia Allah, Paus Fransiskus menegaskan, kepenuhan yang mengosongkan. Ini juga cara mewujud orang kristiani, mengusahakan dan menerima kepenuhan yang mengosongkan dan mengikuti di jalan itu, yang tidaklah mudah, beliau menekankan. "Bagaimana kita mengenali bahwa kita sedang mengikuti jalan memberikan segalanya ini agar menerima segalanya?", beliau bertanya. Kata-kata Bacaan Pertama hari ini (Sir 35:1-12) memberitahu kita untuk "memberi penghormatan kepada Tuhan, dan tidak menyayangkan pemberian-pemberian sukarelamu. Dengan sumbangsih masing-masing tunjukkanlah raut wajah yang ceria, dan bayarlah persepuluhanmu dalam semangat sukacita". Berikanlah kepada Yang Mahatinggi sebagaimana yang telah Ia berikan kepadamu, dengan murah hati, menurut saranamu.

Wajah yang ceria dan mata yang penuh sukacita, Paus Fransiskus mengatakan, inilah tanda-tanda bahwa kita sedang mengikuti jalan ini seluruhnya atau tidak sama sekali, jalan kepenuhan yang mengosongkan. Wajah orang muda kaya itu tertunduk dan ia menjadi sangat sedih, karena ia tidak mampu menerima dan menyambut kepenuhan yang mengosongkan ini, tetapi para kudus dan Petrus mampu menerimanya. Di tengah seluruh pencobaan dan kesulitan mereka, mereka memiliki wajah yang ceria dan hati yang penuh sukacita.

Paus Fransiskus mengakhiri homilinya dengan mengingat orang kudus berkebangsaan Cili, Santo Alberto Hurtado, yang bekerja bersama-sama orang-orang miskin di tengah-tengah kesulitan, penganiayaan dan penderitaan seperti itu, namun ia mengatakan 'Aku bahagia, Tuhan, aku bahagia'. Semoga ia mengajarkan kita untuk mengikuti jalan yang sulit ini seluruhnya atau tidak sama sekali, jalan kepenuhan Kristus yang mengosongkan dan dapat mengatakan setiap saat 'aku bahagia, Tuhan, aku bahagia'.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.