Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 10 Desember 2019 : ALLAH MENGHIBUR DAN MENGHUKUM KITA DENGAN KELEMBUTAN


Bacaan Ekaristi : Yes. 40:1-11; Mzm. 96:1-2,3,10ac,11-12,13; Mat. 18:12-14.

Tuhan membimbing umat-Nya, menghibur mereka tetapi juga memperbaiki mereka dan menghukum mereka dengan kelembutan seorang bapa, seorang gembala yang "memangku anak-anak domba”, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati". Inilah pokok homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi, 10 Desember 2019, di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau mengacu pada Bacaan Injil (Mat. 18:12-14) yang menceritakan Perumpamaan tentang Domba yang Hilang. Beliau juga bertanya bagaimana Tuhan menghibur dan memperbaiki kita.


Sedangkan Bacaan Pertama (Yes. 40:1-11) berbicara tentang penghiburan Allah bagi umat-Nya Israel sebagai sebuah "maklumat pengharapan". "Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku”, nabi Yesaya menggemakan sabda Allah yang mengatakan perhambaan Yerusalem sudah berakhir dan kesalahannya telah ditebus.

Tuhan selalu menghibur kita, kata Paus Fransiskus, asalkan kita memperkenankan diri kita dihibur. Dan Allah memperbaiki dengan penghiburan, merujuk pada perikop dari kitab nabi Yesaya, yang berbicara tentang Tuhan sebagai Gembala yang baik, yang menghimpunkan kawanan domba dengan tangan-Nya, anak-anak domba “dipangku-Nya”, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati. Memperhatikan kata "dipangku-Nya", Paus Fransiskus mengatakan bahwa kata itu merupakan sebuah ungkapan kelembutan yang dengannya Tuhan menghukum, memperbaiki dan menghibur kita. "Bisakah kamu bayangkan, berada di pangkuan Tuhan, setelah berdosa?"

Paus Fransiskus mengatakan bahwa Tuhan menghukum dengan kelembutan dan belaian. Sikap yang tidak didaktis maupun diplomatis ini merupakan sukacita yang berasal dari dalam diri-Nya ketika seorang berdosa mendekati-Nya. "Sukacita tersebut yang melembutkan-Nya", kata Paus Fransiskus.

Berbicara tentang kelembutan Allah, Paus Fransiskus mengingat Perumpamaan tentang Anak yang Hilang, yang kepulangannya dirindukan bapanya. Dan ketika ia kembali, sang bapa memotong ucapan penyesalan putranya itu dan mulai merayakannya.

Dalam Injil juga, gembala yang kembali dengan domba yang hilang dan bersukacita atas domba tersebut ketimbang 99 domba yang tidak hilang. Inilah, kata Bapa Suci, sukacita Tuhan ketika kita orang-orang berdosa mendekati-Nya dan memperkenankan diri kita diampuni. Sukacita yang berubah menjadi kelembutan dan menghibur kita.

Berkali-kali, Paus Fransiskus menunjukkan, kita mengeluh atas kesulitan-kesulitan ketika iblis ingin kita jatuh ke dalam roh kesedihan, menjadi getir oleh kehidupan atau dosa-dosa kita. Paus Fransiskus mencatat bahwa seringkali kita mengeluh dan berpikir bahwa dosa-dosa kita, keterbatasan- keterbatasan kita tidak dapat diampuni. Itulah saat kita mendengar suara Tuhan, "Aku menghiburmu, Aku berada di dekatmu", yang membanjiri kita dengan kelembutan. Sang Pencipta surga dan bumi yang penuh kuasa, Allah pahlawan, bisa dikatakan, saudara kita, yang memperkenankan diri-Nya dibawa ke kayu salib guna wafat bagi kita, kata Paus Fransiskus, mampu membelai kita dan berkata, "Janganlah menangis".

Dengan kelembutan apakah, Paus Fransiskus bertanya-tanya, Tuhan harus telah membelai janda dari Nain ketika Ia mengatakan kepadanya untuk jangan menangis ketika ia berada di depan peti mati putranya. Penghiburan Tuhan ini, beliau mengatakan, adalah rahmat pengampunan. Ketika kita berdosa dan berbuat salah, kata Paus Fransiskus, kita seharusnya memperkenankan diri kita dihibur oleh Tuhan. Mohon pengampunan, berani, membuka pintu bagi-Nya untuk membelaimu dengan kelembutan seorang bapa dan seorang saudara. "Seperti seorang gembala Ia memberi makan kawanan domba-Nya, di tangan-Nya Ia menghimpun domba-domba tersebut, membawa mereka dalam pangkuan-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati, demikianlah Tuhan menghibur kita", kata Paus Fransiskus.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.