Bacaan
Ekaristi : 1Sam. 1:9-20; 1Sam. 2:1,4-5,6-7,8abcd; Mrk. 1:21b-28.
Paus
Fransiskus berbicara tentang kerugian yang dilakukan oleh umat kristiani yang
"tidak memiliki kesesuaian" dan para gembala yang
"skizofrenia" yang tidak memberikan kesaksian. Hal tersebut dengan
demikian menjauhkan diri dari cara Tuhan dalam melakukan sesuatu, dari
"kuasa"-Nya yang otentik. Beliau menyampaikan pokok penting tersebut
dalam homilinya pada Misa harian Jumat pagi, 14 Januari 2020, di Casa Santa
Marta, Vatikan.
Paus
Fransiskus mendasarkan homilinya pada Bacaan Injil hari itu (Mrk. 1:21b-28).
Beliau mencatat bahwa "Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa".
Ketika Yesus berkhotbah di rumah ibadat, penginjil Markus berfokus pada reaksi
orang-orang terhadap tindakan-Nya yang "berkuasa", tidak seperti para
ahli Taurat. Dengan demikian Paus Fransiskus menjelaskan perbedaan antara
"memiliki kuasa" atau "kuasa batiniah" Yesus dan kuasa para
ahli Taurat yang menjalankannya tetapi "tanpa memilikinya". Meskipun
ahli dalam mengajarkan hukum dan didengarkan oleh orang-orang, mereka tidak
dapat dipercaya.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa kuasa Tuhan adalah salah satu dari
"ketuhanan" yang dengannya Ia bergerak, mengajar, menyembuhkan dan
mendengarkan orang-orang. Ketuhanan yang berasal dari batin ini, menunjukkan
kesesuaian antara ajaran-Nya dan tindakan-Nya. Paus Fransiskus mengatakan
kemantapan inilah, kesaksian inilah yang memberikan kuasa kepada seseorang.
Karenanya, kuasa terlihat dalam keteguhan dan kesaksian.
Sebaliknya,
Paus Fransiskus menunjukkan, para ahli Taurat tidak memiliki kesesuaian, itulah
sebabnya Yesus menegur orang-orang yang "tidak melakukan apa yang mereka
katakan". Yesus juga tidak melewatkan kesempatan untuk mencela para ahli
Taurat karena "dengan sikap ini", kata Paus Fransiskus, mereka telah
jatuh ke dalam "skizofrenia pastoral", mengatakan satu hal dan
melakukan sesuatu yang lain. Kadang-kadang, dalam Injil, Yesus memojokkan
mereka, tidak memberi mereka jawaban apapun atau hanya menggambarkan mereka.
Paus
Fransiskus mengatakan bahwa kata yang digunakan Yesus untuk menggambarkan
ketidaksesuaian dan skizofrenia ini adalah "kemunafikan". Beberapa
kali, dalam Bab 23 Injil Matius, Yesus menyebut para ahli Taurat dan
orang-orang Farisi sebagai “orang-orang munafik”. Paus Fransiskus mengatakan
bahwa “kemunafikan adalah cara bertindak orang-orang yang memiliki tanggung
jawab terhadap orang-orang, semacam tanggung jawab pastoral, tetapi tidak ada
kesesuaian”. Mereka bukan tuhan dan tidak memiliki kuasa, tetapi umat Allah
lemah lembut dan mentolerir banyak gembala yang munafik dan skizofrenia yang
tidak memiliki kesesuaian, yang mengatakan satu hal tetapi tidak melakukannya.
Paus
Fransiskus menjelaskan bahwa umat Allah yang sangat toleran dapat mengenali
kuasa rahmat. Hal ini, beliau mengatakan, ditunjukkan dalam Bacaan Pertama
(1Sam. 1:9-20) di mana imam tua, Eli "telah kehilangan semua kuasa, dengan
hanya rahmat pengurapan yang tersisa". Dengan rahmat itu, ia memberkati
dan melakukan mukjizat bagi Hana yang, putus asa karena kesedihan, berdoa untuk
menjadi seorang ibu. Berkaca pada kisah ini, Paus Fransiskus mengatakan bahwa
umat Allah dapat membedakan dengan baik antara kuasa seseorang dan rahmat
pengurapan. Mereka dapat membayangkan hati Kristus. "Inilah", kata
Bapa Suci, "kebijaksanaan umat kita, yang berkali-kali mentolerir banyak
gembala yang tidak memiliki kesesuaian seperti para ahli Taurat dan bahkan umat
Kristiani yang pergi ke Misa setiap hari Minggu dan kemudian hidup seperti
orang-orang kafir." Orang dapat dengan mudah mengenali skandal dan
perilaku ketidaksesuaian. Umat Kristiani yang tidak memiliki kesesuaian yang
tidak memberikan kesaksian dan para gembala yang tidak memiliki kesesuaian dan
skizofrenia yang tidak memberikan kesaksian, melakukan banyak kerugian, kata
Paus Fransiskus.
Beliau
dengan demikian mendoakan agar semua orang yang dibaptis dapat memiliki
"kuasa" yang "tidak berupa memerintah dan membuat diri kita
didengar, tetapi memiliki kesesuaian, bersaksi dan karena alasan ini, menjadi sejawat
di jalan Tuhan".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.