Bacaan Ekaristi : Kel. 20:1-17; Mzm. 19:8,9,10,11; 1Kor. 1:22-25; Yoh. 2:13-25.
Santo Paulus telah memberitahu kita
bahwa "Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah" (1Kor
1:22-25). Yesus mengungkapkan kekuatan dan hikmat itu terutama dengan
menawarkan pengampunan dan menunjukkan belas kasihan. Ia memilih untuk
melakukannya bukan dengan menunjukkan kekuatan atau dengan berbicara kepada
kita dari tempat tinggi, dalam ceramah yang panjang lebar dan terpelajar. Ia
melakukannya dengan menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Ia mengungkapkan
hikmat dan kekuatan-Nya dengan menunjukkan kepada kita, sampai kesudahan,
kesetiaan kasih Bapa; kesetiaan Allah perjanjian, yang membawa umat-Nya keluar
dari perbudakan dan memimpin mereka dalam perjalanan kebebasan (bdk. Kel
20:1-2).
Betapa mudahnya untuk jatuh ke dalam
perangkap pemikiran bahwa kita harus menunjukkan kepada orang lain bahwa kita
kuat atau berhikmat, ke dalam perangkap membuat gambaran palsu tentang Allah
yang dapat memberi kita keamanan (bdk. Kel 20:4-5). Namun sesungguhnya kita
semua membutuhkan kekuatan dan hikmat Allah yang diungkapkan oleh Yesus di kayu
salib. Di Kalvari, Ia mempersembahkan kepada Bapa bilur-bilur-Nya yang hanya
olehnya kita disembuhkan (bdk. 1 Ptr 2:24). Di sini, di Irak, berapa banyak
saudara dan saudari, sahabat-sahabat dan sesama wargamu yang menanggung
bilur-bilur peperangan dan kekerasan, bilur-bilur yang kasat mata maupun tidak!
Godaannya adalah bereaksi terhadap hal ini dan pengalaman menyakitkan lainnya
dengan kekuatan manusia, hikmat manusia. Sebaliknya, Yesus menunjukkan kepada
kita jalan Allah, jalan yang Ia ambil, jalan panggilan kita untuk
mengikuti-Nya.
Dalam Bacaan Injil yang baru saja
kita dengar (Yoh 2:13-25), kita melihat bagaimana Yesus mengusir keluar dari
Bait Suci di Yerusalem para penukar uang serta seluruh pedagang dan pembeli.
Mengapa Yesus melakukan sesuatu yang sangat tegas dan provokatif ini? Ia melakukannya
karena Bapa mengutus-Nya untuk membersihkan Bait Allah : tidak hanya Bait batu,
tetapi terutama bait hati kita. Yesus tidak bisa mentolerir rumah Bapa-Nya
menjadi pasar (bdk. Yoh 2:16); Ia juga tidak ingin hati kita menjadi tempat
kebisingan, kekacauan dan kebingungan. Hati kita harus dibersihkan, ditertibkan
dan dimurnikan. Dari apa? Kepalsuan yang menodainya, dari sikap bermuka dua
yang munafik. Kita semua memiliki hal ini. Keduanya adalah penyakit yang
merusak hati, mengotori hidup kita dan membuatnya tidak tulus. Kita perlu
dibersihkan dari keamanan yang memperdaya yang akan mempertukarkan iman kita
kepada Allah dengan hal-hal yang sepintas lalu, dengan keuntungan yang bersifat
sementara. Kita butuh godaan kekuasaan dan uang yang merusak disapu dari hati
kita dan Gereja. Untuk membersihkan hati kita, kita perlu mengotori tangan
kita, merasa bertanggung jawab, dan tidak hanya memandangi saudara dan saudari
kita yang sedang menderita. Bagaimana kita memurnikan hati kita? Dengan usaha
kita sendiri, kita tidak bisa; kita membutuhkan Yesus. Ia memiliki kuasa untuk
menaklukkan kejahatan kita, menyembuhkan penyakit kita, membangun kembali bait
hati kita.
Untuk menunjukkan hal ini, dan
sebagai tanda kuasa-Nya, Yesus melanjutkan dengan berkata : “Rombak Bait Allah
ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" (ayat 19). Yesus
Kristus, Ia sendiri, dapat membersihkan kita dari perbuatan jahat. Yesus, yang
wafat dan bangkit! Yesus, Tuhan! Saudara dan saudari yang terkasih, Tuhan tidak
membiarkan kita mati dalam dosa-dosa kita. Bahkan ketika kita berpaling
daripada-Nya, Ia tidak pernah meninggalkan kita pada perangkat kita sendiri. Ia
mencari kita, mengejar kita, memanggil kita untuk bertobat dan menyucikan diri
kita dari dosa-dosa kita. “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah,
Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada
pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup” (Yeh 33:11). Tuhan
ingin kita diselamatkan dan menjadi bait kasih-Nya yang hidup, dalam
persaudaraan, dalam pelayanan, dalam belas kasihan.
Yesus tidak hanya membersihkan kita
dari dosa-dosa kita, tetapi memberi kita bagian dalam kuasa dan hikmat-Nya. Ia
membebaskan kita dari pemahaman yang sempit dan memecah belah tentang keluarga,
iman dan komunitas yang memecah belah, menentang dan mengucilkan, sehingga kita
dapat membangun Gereja dan masyarakat yang terbuka bagi semua orang dan peduli
terhadap saudara-saudari kita yang paling membutuhkan. Pada saat yang sama, Ia
memperkuat kita agar dapat menahan godaan untuk membalas dendam, yang hanya
menjerumuskan kita ke dalam pilinan pembalasan tanpa akhir. Dalam kuasa Roh
Kudus, Ia mengutus kita, bukan sebagai para penyebar agama, tetapi sebagai
murid-murid misioner, pria dan wanita yang dipanggil untuk bersaksi tentang
kuasa Injil yang mengubah hidup. Tuhan yang bangkit menjadikan kita sarana
belas kasihan dan damai Allah, pengrajin tatanan sosial baru yang sabar dan
pemberani. Dengan cara ini, oleh kuasa Kristus dan Roh Kudus, kata-kata nubuat
Rasul Paulus kepada jemaat Korintus digenapi : “Sebab yang bodoh dari Allah
lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat
dari pada manusia” (1 Kor 1:25). Komunitas Kristiani yang terdiri dari
orang-orang sederhana dan kecil menjadi tanda datangnya kerajaan-Nya, kerajaan
kasih, keadilan dan perdamaian.
“Rombak Bait Allah ini, dan dalam
tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh 2:19). Yesus sedang berbicara
tentang bait tubuh-Nya, dan tentang Gereja juga. Tuhan berjanji kepada kita
bahwa, dengan kuasa kebangkitan-Nya, Ia dapat membangkitkan kita, dan komunitas
kita, dari reruntuhan yang ditinggalkan oleh ketidakadilan, perpecahan dan
kebencian. Itulah janji yang kita rayakan dalam Ekaristi ini. Dengan mata iman,
kita mengenali kehadiran Tuhan yang tersalib dan bangkit di tengah-tengah kita.
Dan kita belajar untuk menerima hikmat-Nya yang membebaskan, beristirahat dalam
bilur-bilur-Nya, serta menemukan kesembuhan dan kekuatan untuk melayani
kedatangan kerajaan-Nya di dunia kita. Oleh bilur-bilur-Nya, kita telah
disembuhkan (bdk. 1 Ptr 2:24). Dalam bilur-bilur itu, saudara dan saudari yang
terkasih, kita menemukan balsem cinta kasih-Nya. Karena Ia, seperti orang
Samaria yang baik hati, ingin mengurapi setiap bilur, menyembuhkan setiap
ingatan yang menyakitkan dan mengilhami masa depan perdamaian dan persaudaraan
di negeri ini.
Gereja di Irak, dengan rahmat Allah,
telah melakukan banyak hal untuk mewartakan hikmat salib yang luar biasa ini
dengan menyebarkan belas kasihan dan pengampunan Kristus, terutama kepada
mereka yang paling membutuhkan. Bahkan di tengah kemiskinan dan kesulitan yang
luar biasa, banyak dari kamu telah dengan murah hati menawarkan bantuan dan
kesetiakawanan yang nyata kepada orang miskin dan orang yang sedang menderita.
Itulah salah satu alasan yang membuat saya datang sebagai peziarah di
tengah-tengahmu, bersyukur dan meneguhkanmu dalam iman dan kesaksianmu. Hari
ini, saya dapat melihat secara langsung bahwa Gereja di Irak hidup, Kristus
hidup dan bekerja dalam hal ini, umat-Nya yang kudus dan setia.
Saudara dan saudari yang terkasih,
saya mempercayakanmu, keluargamu dan komunitasmu, kepada perlindungan keibuan
Perawan Maria, yang dipersatukan dengan Putranya dalam penderitaan dan
wafat-Nya, dan ambil bagian dalam sukacita kebangkitan-Nya. Semoga ia menjadi
pengantara kita dan menuntun kita kepada Kristus, kekuatan dan hikmat Allah.
[Sambutan Bapa Suci pada akhir Misa]
Dengan penuh kasih sayang saya
menyapa Yang Mulia Mar Gewargis III, Patriark Katolik Gereja Timur Asiria, yang
tinggal di kota ini dan menghormati kita dengan kehadiran-Nya. Terima kasih,
Saudaraku! Bersama beliau, saya merangkul umat Kristiani dari berbagai
denominasi: begitu banyak dari mereka telah menumpahkan darah di negeri ini!
Namun para martir kita bersinar bersama-sama seperti bintang-bintang di langit
yang sama! Dari sana mereka memanggil kita untuk berjalan bersama, tanpa ragu,
menuju kesatuan yang utuh.
Di akhir perayaan ini, saya berterima
kasih kepada Uskup Agung Bashar Matti Warda serta Uskup Nizar Semaan dan
saudara saya yang lainnya, para uskup, yang telah bekerja sangat keras demi
perjalanan ini. Saya berterima kasih kepada Anda semua yang telah mempersiapkan
dan menyertai kunjungan saya dengan doa dan menyambut saya dengan sangat
hangat. Dengan secara khusus, saya menyapa rakyat Kurdi yang tercinta. Saya
sangat berterima kasih kepada pemerintah dan otoritas sipil atas kontribusi
mereka yang sangat diperlukan, dan saya berterima kasih kepada semua orang yang
dengan berbagai cara bekerjasama dalam mengatur seluruh perjalanan di Irak,
otoritas Irak - semuanya - dan banyak sukarelawan. Terima kasih saya untuk Anda
semua!
Dalam waktu saya di antara Anda, saya
telah mendengar suara kesedihan dan kehilangan, tetapi juga suara harapan dan
penghiburan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penjangkauan amal yang tak
kenal lelah yang dimungkinkan oleh lembaga-lembaga keagamaan dari setiap
pengakuan, Gereja lokal Anda, dan berbagai organisasi amal yang membantu
orang-orang di negara ini dalam pekerjaan pembangunan kembali dan kelahiran
kembali secara sosial. Secara khusus, saya berterima kasih kepada anggota ROACO
dan agensi yang mereka wakili.
Sekarang waktunya sudah dekat untuk
kepulangan saya ke Roma. Namun Irak akan selalu bersama saya, dalam hati saya.
Saya meminta Anda semua, saudara dan saudari terkasih, untuk bekerjasama dalam
persatuan demi masa depan perdamaian dan kemakmuran yang tidak meninggalkan
siapa pun dan tidak mendiskriminasi siapa pun. Saya meyakinkan Anda tentang
doa-doa saya untuk negara tercinta ini. Dengan cara tertentu, saya berdoa agar
para anggota berbagai komunitas keagamaan, bersama dengan semua orang yang
berkehendak baik, dapat bekerjasama untuk menjalin ikatan persaudaraan dan
kesetiakawanan dalam pelayanan kebaikan dan perdamaian.
Salam, salam, salam! Sukrán [Terima
kasih]! Semoga Tuhan memberkati semuanya! Semoga Tuhan memberkati Irak! Allah
ma’akum! [Tuhan besertamu!]
________
(Peter Suriadi - Bogor, 7 Maret 2021)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.