Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI STADION FRANSO HARIRI, ERBIL, IRAK 7 Maret 2021


Bacaan Ekaristi : Kel. 20:1-17; Mzm. 19:8,9,10,11; 1Kor. 1:22-25; Yoh. 2:13-25.

 

Santo Paulus telah memberitahu kita bahwa "Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah" (1Kor 1:22-25). Yesus mengungkapkan kekuatan dan hikmat itu terutama dengan menawarkan pengampunan dan menunjukkan belas kasihan. Ia memilih untuk melakukannya bukan dengan menunjukkan kekuatan atau dengan berbicara kepada kita dari tempat tinggi, dalam ceramah yang panjang lebar dan terpelajar. Ia melakukannya dengan menyerahkan hidup-Nya di kayu salib. Ia mengungkapkan hikmat dan kekuatan-Nya dengan menunjukkan kepada kita, sampai kesudahan, kesetiaan kasih Bapa; kesetiaan Allah perjanjian, yang membawa umat-Nya keluar dari perbudakan dan memimpin mereka dalam perjalanan kebebasan (bdk. Kel 20:1-2).

 

Betapa mudahnya untuk jatuh ke dalam perangkap pemikiran bahwa kita harus menunjukkan kepada orang lain bahwa kita kuat atau berhikmat, ke dalam perangkap membuat gambaran palsu tentang Allah yang dapat memberi kita keamanan (bdk. Kel 20:4-5). Namun sesungguhnya kita semua membutuhkan kekuatan dan hikmat Allah yang diungkapkan oleh Yesus di kayu salib. Di Kalvari, Ia mempersembahkan kepada Bapa bilur-bilur-Nya yang hanya olehnya kita disembuhkan (bdk. 1 Ptr 2:24). Di sini, di Irak, berapa banyak saudara dan saudari, sahabat-sahabat dan sesama wargamu yang menanggung bilur-bilur peperangan dan kekerasan, bilur-bilur yang kasat mata maupun tidak! Godaannya adalah bereaksi terhadap hal ini dan pengalaman menyakitkan lainnya dengan kekuatan manusia, hikmat manusia. Sebaliknya, Yesus menunjukkan kepada kita jalan Allah, jalan yang Ia ambil, jalan panggilan kita untuk mengikuti-Nya.

 

Dalam Bacaan Injil yang baru saja kita dengar (Yoh 2:13-25), kita melihat bagaimana Yesus mengusir keluar dari Bait Suci di Yerusalem para penukar uang serta seluruh pedagang dan pembeli. Mengapa Yesus melakukan sesuatu yang sangat tegas dan provokatif ini? Ia melakukannya karena Bapa mengutus-Nya untuk membersihkan Bait Allah : tidak hanya Bait batu, tetapi terutama bait hati kita. Yesus tidak bisa mentolerir rumah Bapa-Nya menjadi pasar (bdk. Yoh 2:16); Ia juga tidak ingin hati kita menjadi tempat kebisingan, kekacauan dan kebingungan. Hati kita harus dibersihkan, ditertibkan dan dimurnikan. Dari apa? Kepalsuan yang menodainya, dari sikap bermuka dua yang munafik. Kita semua memiliki hal ini. Keduanya adalah penyakit yang merusak hati, mengotori hidup kita dan membuatnya tidak tulus. Kita perlu dibersihkan dari keamanan yang memperdaya yang akan mempertukarkan iman kita kepada Allah dengan hal-hal yang sepintas lalu, dengan keuntungan yang bersifat sementara. Kita butuh godaan kekuasaan dan uang yang merusak disapu dari hati kita dan Gereja. Untuk membersihkan hati kita, kita perlu mengotori tangan kita, merasa bertanggung jawab, dan tidak hanya memandangi saudara dan saudari kita yang sedang menderita. Bagaimana kita memurnikan hati kita? Dengan usaha kita sendiri, kita tidak bisa; kita membutuhkan Yesus. Ia memiliki kuasa untuk menaklukkan kejahatan kita, menyembuhkan penyakit kita, membangun kembali bait hati kita.

 

Untuk menunjukkan hal ini, dan sebagai tanda kuasa-Nya, Yesus melanjutkan dengan berkata : “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali" (ayat 19). Yesus Kristus, Ia sendiri, dapat membersihkan kita dari perbuatan jahat. Yesus, yang wafat dan bangkit! Yesus, Tuhan! Saudara dan saudari yang terkasih, Tuhan tidak membiarkan kita mati dalam dosa-dosa kita. Bahkan ketika kita berpaling daripada-Nya, Ia tidak pernah meninggalkan kita pada perangkat kita sendiri. Ia mencari kita, mengejar kita, memanggil kita untuk bertobat dan menyucikan diri kita dari dosa-dosa kita. “Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan Allah, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup” (Yeh 33:11). Tuhan ingin kita diselamatkan dan menjadi bait kasih-Nya yang hidup, dalam persaudaraan, dalam pelayanan, dalam belas kasihan.

 

Yesus tidak hanya membersihkan kita dari dosa-dosa kita, tetapi memberi kita bagian dalam kuasa dan hikmat-Nya. Ia membebaskan kita dari pemahaman yang sempit dan memecah belah tentang keluarga, iman dan komunitas yang memecah belah, menentang dan mengucilkan, sehingga kita dapat membangun Gereja dan masyarakat yang terbuka bagi semua orang dan peduli terhadap saudara-saudari kita yang paling membutuhkan. Pada saat yang sama, Ia memperkuat kita agar dapat menahan godaan untuk membalas dendam, yang hanya menjerumuskan kita ke dalam pilinan pembalasan tanpa akhir. Dalam kuasa Roh Kudus, Ia mengutus kita, bukan sebagai para penyebar agama, tetapi sebagai murid-murid misioner, pria dan wanita yang dipanggil untuk bersaksi tentang kuasa Injil yang mengubah hidup. Tuhan yang bangkit menjadikan kita sarana belas kasihan dan damai Allah, pengrajin tatanan sosial baru yang sabar dan pemberani. Dengan cara ini, oleh kuasa Kristus dan Roh Kudus, kata-kata nubuat Rasul Paulus kepada jemaat Korintus digenapi : “Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia” (1 Kor 1:25). Komunitas Kristiani yang terdiri dari orang-orang sederhana dan kecil menjadi tanda datangnya kerajaan-Nya, kerajaan kasih, keadilan dan perdamaian.

 

“Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh 2:19). Yesus sedang berbicara tentang bait tubuh-Nya, dan tentang Gereja juga. Tuhan berjanji kepada kita bahwa, dengan kuasa kebangkitan-Nya, Ia dapat membangkitkan kita, dan komunitas kita, dari reruntuhan yang ditinggalkan oleh ketidakadilan, perpecahan dan kebencian. Itulah janji yang kita rayakan dalam Ekaristi ini. Dengan mata iman, kita mengenali kehadiran Tuhan yang tersalib dan bangkit di tengah-tengah kita. Dan kita belajar untuk menerima hikmat-Nya yang membebaskan, beristirahat dalam bilur-bilur-Nya, serta menemukan kesembuhan dan kekuatan untuk melayani kedatangan kerajaan-Nya di dunia kita. Oleh bilur-bilur-Nya, kita telah disembuhkan (bdk. 1 Ptr 2:24). Dalam bilur-bilur itu, saudara dan saudari yang terkasih, kita menemukan balsem cinta kasih-Nya. Karena Ia, seperti orang Samaria yang baik hati, ingin mengurapi setiap bilur, menyembuhkan setiap ingatan yang menyakitkan dan mengilhami masa depan perdamaian dan persaudaraan di negeri ini.

 

Gereja di Irak, dengan rahmat Allah, telah melakukan banyak hal untuk mewartakan hikmat salib yang luar biasa ini dengan menyebarkan belas kasihan dan pengampunan Kristus, terutama kepada mereka yang paling membutuhkan. Bahkan di tengah kemiskinan dan kesulitan yang luar biasa, banyak dari kamu telah dengan murah hati menawarkan bantuan dan kesetiakawanan yang nyata kepada orang miskin dan orang yang sedang menderita. Itulah salah satu alasan yang membuat saya datang sebagai peziarah di tengah-tengahmu, bersyukur dan meneguhkanmu dalam iman dan kesaksianmu. Hari ini, saya dapat melihat secara langsung bahwa Gereja di Irak hidup, Kristus hidup dan bekerja dalam hal ini, umat-Nya yang kudus dan setia.

 

Saudara dan saudari yang terkasih, saya mempercayakanmu, keluargamu dan komunitasmu, kepada perlindungan keibuan Perawan Maria, yang dipersatukan dengan Putranya dalam penderitaan dan wafat-Nya, dan ambil bagian dalam sukacita kebangkitan-Nya. Semoga ia menjadi pengantara kita dan menuntun kita kepada Kristus, kekuatan dan hikmat Allah.

 

[Sambutan Bapa Suci pada akhir Misa]

 

Dengan penuh kasih sayang saya menyapa Yang Mulia Mar Gewargis III, Patriark Katolik Gereja Timur Asiria, yang tinggal di kota ini dan menghormati kita dengan kehadiran-Nya. Terima kasih, Saudaraku! Bersama beliau, saya merangkul umat Kristiani dari berbagai denominasi: begitu banyak dari mereka telah menumpahkan darah di negeri ini! Namun para martir kita bersinar bersama-sama seperti bintang-bintang di langit yang sama! Dari sana mereka memanggil kita untuk berjalan bersama, tanpa ragu, menuju kesatuan yang utuh.

 

Di akhir perayaan ini, saya berterima kasih kepada Uskup Agung Bashar Matti Warda serta Uskup Nizar Semaan dan saudara saya yang lainnya, para uskup, yang telah bekerja sangat keras demi perjalanan ini. Saya berterima kasih kepada Anda semua yang telah mempersiapkan dan menyertai kunjungan saya dengan doa dan menyambut saya dengan sangat hangat. Dengan secara khusus, saya menyapa rakyat Kurdi yang tercinta. Saya sangat berterima kasih kepada pemerintah dan otoritas sipil atas kontribusi mereka yang sangat diperlukan, dan saya berterima kasih kepada semua orang yang dengan berbagai cara bekerjasama dalam mengatur seluruh perjalanan di Irak, otoritas Irak - semuanya - dan banyak sukarelawan. Terima kasih saya untuk Anda semua!

 

Dalam waktu saya di antara Anda, saya telah mendengar suara kesedihan dan kehilangan, tetapi juga suara harapan dan penghiburan. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh penjangkauan amal yang tak kenal lelah yang dimungkinkan oleh lembaga-lembaga keagamaan dari setiap pengakuan, Gereja lokal Anda, dan berbagai organisasi amal yang membantu orang-orang di negara ini dalam pekerjaan pembangunan kembali dan kelahiran kembali secara sosial. Secara khusus, saya berterima kasih kepada anggota ROACO dan agensi yang mereka wakili.

 

Sekarang waktunya sudah dekat untuk kepulangan saya ke Roma. Namun Irak akan selalu bersama saya, dalam hati saya. Saya meminta Anda semua, saudara dan saudari terkasih, untuk bekerjasama dalam persatuan demi masa depan perdamaian dan kemakmuran yang tidak meninggalkan siapa pun dan tidak mendiskriminasi siapa pun. Saya meyakinkan Anda tentang doa-doa saya untuk negara tercinta ini. Dengan cara tertentu, saya berdoa agar para anggota berbagai komunitas keagamaan, bersama dengan semua orang yang berkehendak baik, dapat bekerjasama untuk menjalin ikatan persaudaraan dan kesetiakawanan dalam pelayanan kebaikan dan perdamaian.

 

Salam, salam, salam! Sukrán [Terima kasih]! Semoga Tuhan memberkati semuanya! Semoga Tuhan memberkati Irak! Allah ma’akum! [Tuhan besertamu!]

________


(Peter Suriadi - Bogor, 7 Maret 2021)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.