Bacaan Ekaristi : Kis. 2:1-11; Mzm.
104:1ab,24ac,29bc,-30,31,34; Gal. 5:16-25; Yoh. 15:26-27; 16:12-15.
“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus
dari Bapa datang …” (Yoh 15:26). Dengan kata-kata ini, Yesus berjanji untuk
mengutus Roh Kudus, karunia tertinggi, karunia dari segala karunia, kepada
murid-murid-Nya. Ia mempergunakan kata yang tidak biasa dan misterius untuk
menggambarkan Roh Kudus : Parakletos. Hari ini marilah kita bercermin pada kata
ini, yang tidak mudah diterjemahkan, karena memiliki sejumlah arti. Pada
dasarnya, Parakletos berarti dua hal : Penghibur dan Pembela.
Parakletos adalah Penghibur. Kita
semua, terutama pada saat-saat sulit seperti yang sedang kita alami saat ini
akibat pandemi, mencari penghiburan. Namun, sering kali, kita hanya berpaling
pada penghiburan duniawi, penghiburan yang bersifat sementara yang dengan cepat
memudar. Hari ini, kepada kita Yesus menawarkan penghiburan surgawi, Roh Kudus,
yang adalah "Penghibur yang ulung" (Sekuensia). Apa bedanya?
Penghiburan dunia seperti pereda rasa nyeri : penghiburan dunia dapat
memberikan kelegaan sesaat, tetapi tidak menyembuhkan penyakit yang bercokol di
lubuk hati kita. Penghiburan dunia bisa menenangkan kita, tetapi pada intinya
tidak menyembuhkan kita. Penghiburan dunia bekerja di permukaan, di tingkat
indrawi, tetapi hampir tidak menyentuh hati kita. Hanya seseorang yang membuat
kita merasa dikasihi apa adanya yang dapat memberikan kedamaian di hati kita.
Roh Kudus, kasih Allah, melakukan hal itu dengan tepat. Ia turun di dalam diri kita;
sebagai Roh, Ia bertindak dalam roh kita. Ia turun "di dalam hati",
sebagai "sahabat jiwa" (Sekuensia). Ia adalah kasih Allah, yang tidak
meninggalkan kita; karena kehadiran-Nya merupakan sumber penghiburan bagi
orang-orang yang kesepian.
Saudari terkasih, saudara terkasih,
jika kamu merasakan gelapnya kesepian, jika kamu merasakan rintangan di dalam
dirimu menghalangi jalan untuk berharap, jika hatimu memiliki luka yang
bernanah, jika kamu tidak melihat jalan keluar, bukalah hatimu kepada Roh Kudus.
Santo Bonaventura memberitahu kita bahwa, “semakin besar pencobaan, Roh Kudus
membawa penghiburan yang semakin besar, tidak seperti dunia, yang menghibur dan
menyanjung kita ketika segala sesuatunya berjalan dengan baik, tetapi mencemooh
dan mengutuk kita ketika terjadi sebaliknya” (Homili dalam Oktaf Hari Raya
Kenaikan Tuhan). Itulah apa yang dilakukan dunia, terutama yang dilakukan oleh
Iblis, sang roh permusuhan. Pertama, ia menyanjung kita dan membuat kita merasa
tak terkalahkan (karena rayuan iblis memelihara kesombongan kita); lalu ia
menjatuhkan kita dan membuat kita merasa bahwa kita gagal. Ia mempermainkan
kita. Ia melakukan segalanya untuk menjatuhkan kita, sedangkan Roh Tuhan yang
bangkit ingin membangkitkan kita. Lihatlah para rasul: mereka sendirian pagi
itu, sendirian dan kebingungan, meringkuk di balik pintu-pintu yang tertutup,
hidup dalam ketakutan dan kewalahan oleh kelemahan, kegagalan dan dosa mereka,
karena mereka telah menyangkal Kristus. Tahun-tahun yang mereka habiskan
bersama Yesus tidak mengubah mereka : mereka tidak berbeda dari sebelumnya.
Kemudian, mereka menerima Roh Kudus dan segalanya berubah : masalah dan
kegagalan tetap ada, namun mereka tidak lagi takut pada masalah dan kegagalan,
atau siapa pun yang akan memusuhi mereka. Mereka merasakan penghiburan di dalam
diri mereka dan mereka ingin berkelimpahan dengan penghiburan Allah.
Sebelumnya, mereka takut; sekarang satu-satunya ketakutan mereka adalah tidak
bersaksi tentang kasih yang telah mereka terima. Yesus telah menubuatkan hal
ini : “Ia [Roh Kudus] akan bersaksi tentang Aku. Tetapi kamu juga harus
bersaksi” (Yoh 15:26-27).
Marilah kita melangkah lagi. Kita
juga dipanggil untuk bersaksi di dalam Roh Kudus, untuk menjadi parakletos,
penghibur. Roh Kudus meminta kita untuk mewujudkan penghiburan yang dibawa-Nya.
Bagaimana kita bisa melakukan hal ini? Bukan dengan berpidato yang bagus,
tetapi dengan mendekati sesama. Bukan dengan kata-kata hambar, tetapi dengan
doa dan kedekatan. Marilah kita ingat bahwa kedekatan, kasih sayang, dan
kelembutan adalah “merek dagang” Allah, selalu. Parakletos memberitahu Gereja
bahwa hari ini adalah masa penghiburan. Masa untuk memberitakan Injil dengan
sukacita ketimbang memerangi paganisme. Masa untuk membawa sukacita Tuhan yang
bangkit, bukannya meratapi drama sekularisasi. Masa untuk mencurahkan kasih
kepada dunia, bukannya merangkul keduniawian. Bahkan masa untuk bersaksi
tentang belas kasihan, bukannya menanamkan aturan dan regulasi. Masa
Parakletos! Masa kebebasan hati, dalam Parakletos.
Parakletos juga merupakan Pembela.
Pada zaman Yesus, para pembela tidak melakukan apa yang mereka lakukan hari ini
: bukannya berbicara di tempat terdakwa, mereka hanya berdiri di samping si
terdakwa dan menyarankan alasan yang dapat dipergunakannya untuk membela diri.
Itulah yang dilakukan Parakletos, karena Ia adalah "Roh Kebenaran"
(ayat 26). Ia tidak menggantikan kita, tetapi melindungi kita dari tipu daya
kejahatan dengan mengilhami pikiran dan perasaan. Ia melakukannya secara
diam-diam, tanpa memaksa kita : Ia mengusulkan tetapi tidak memaksa. Roh tipu
daya, si jahat, melakukan sebaliknya : ia mencoba memaksa kita; ia ingin
membuat kita berpikir bahwa kita harus selalu menyerah pada daya pikat dan
bisikan kejahatan. Marilah kita mencoba menerima tiga saran yang menjadi ciri
khas Parakletos, Sang Pembela kita. Ketiga saran tersebut adalah penangkal
dasariah terhadap tiga godaan yang dewasa ini begitu meluas.
Saran pertama yang ditawarkan oleh
Roh Kudus adalah, “Hiduplah di masa sekarang”. Masa sekarang, bukan masa lalu
atau masa depan. Parakletos menegaskan keutamaan hari ini, menentang godaan
untuk membiarkan diri kita dilumpuhkan oleh dendam atau kenangan masa lalu,
atau oleh ketidakpastian atau ketakutan akan masa depan. Roh Kudus mengingatkan
kita akan rahmat saat ini. Tidak ada masa yang lebih baik bagi kita : sekarang,
di sini dan sekarang, adalah satu-satunya masa untuk berbuat baik, menjadikan
hidup kita sebagai karunia. Marilah kita hidup di masa sekarang!
Roh Kudus juga memberitahu kita, “Pandanglah
seluruhnya”. Keseluruhan, bukan sebagian. Roh Kudus tidak membentuk individu
yang terasing, tetapi membentuk kita menjadi Gereja dalam berbagai karisma
kita, menjadi satu kesatuan yang tidak pernah seragam. Parakletos menegaskan
keutamaan keseluruhan. Di sanalah, secara keseluruhan, dalam komunitas, Roh
Kudus lebih memilih untuk bekerja dan membawa kebaruan. Marilah kita melihat
para rasul. Mereka semua sangat berbeda. Misalnya, Matius, seorang pemungut
cukai yang bekerja sama dengan orang Romawi, dan Simon yang disebut orang
Zelot, yang tidak sealiran dengan mereka, termasuk di antara mereka. Mereka
memiliki gagasan politik yang berbeda, daya lihat dunia yang berbeda. Namun
begitu mereka menerima Roh Kudus, mereka belajar untuk memberikan keutamaan bukan
pada sudut pandang manusiawi tetapi pada “keseluruhan” yang merupakan rencana
Allah. Hari ini, jika kita mendengarkan Roh Kudus, kita tidak akan peduli
dengan kaum konservatif maupun kaum progresif, kaum tradisionalis maupun kaum
pembaharu, sayap kanan maupun sayap kiri. Ketika itu menjadi kriteria kita,
maka Gereja telah melupakan Roh Kudus. Parakletos mendorong kita menuju
persatuan, kerukunan, keselarasan keanekaragaman. Ia membuat kita melihat diri
kita sendiri sebagai bagian dari tubuh yang sama, saling bersaudara. Marilah
kita melihat keseluruhan! Musuh menginginkan keanekaragaman menjadi oposisi dan
karenanya ia menjadikannya sebagai ideologi. Katakan tidak untuk ideologi, ya
untuk keseluruhan.
Saran ketiga dari Roh Kudus adalah,
"Utamakan Allah”. Ini adalah langkah menentukan dalam kehidupan rohani,
yang bukan merupakan penjumlahan pahala dan pencapaian kita, tetapi keterbukaan
yang rendah hati kepada Allah. Roh Kudus menegaskan keutamaan rahmat. Hanya
dengan mengosongkan diri, kita menyisakan ruang untuk Tuhan; hanya dengan
memberikan diri kepada-Nya, kita menemukan diri kita; hanya dengan menjadi
miskin dalam roh, kita menjadi kaya akan Roh Kudus. Ini juga berlaku untuk
Gereja. Kita tidak menyelamatkan siapa pun, bahkan diri kita sendiri, dengan
upaya kita. Jika kita memprioritaskan rancangan kita, tatanan kita, rencana
kita untuk reformasi, kita hanya akan mementingkan efektivitas, efisiensi, kita
hanya akan berpikir secara mendatar dan, akibatnya, kita tidak akan membuahkan
hasil. Sebuah "-isme" adalah sebuah ideologi yang memecah-belah dan
memisahkan. Gereja manusiawi, tetapi bukan hanya sebuah organisasi manusiawi,
Gereja adalah bait Roh Kudus. Yesus membawa api Roh ke bumi dan Gereja
direformasi dengan urapan rahmat, kecuma-cumaan pengurapan rahmat, kuasa doa,
sukacita perutusan dan keindahan kemiskinan yang mengenyahkan amarah. Marilah
kita mengutamakan Allah!
Roh Kudus, Roh Parakletos, penghibur
hati kita. Jadikanlah kami misionaris penghiburan-Mu, parakletos belas kasihan-Mu
di hadapan dunia. Pembela kami, penasihat jiwa yang manis, jadikanlah kami
saksi-saksi "hari ini" Allah, para nabi persatuan Gereja dan umat
manusia, dan para rasul yang berlandaskan rahmat-Mu, yang menciptakan dan
memperbarui segala sesuatu. Amin.
______
(Peter Suriadi - Bogor, 23 Mei 2021)
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.