Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA MALAM PASKAH 8 April 2023 : MARILAH KITA KEMBALI KE GALILEA

Bacaan Ekaristi : Kej. 1:1-2:2; Mzm. 104:1-2a,5-6,10,12,13-14,24,35c atau Mzm. 33:4-5,6-7,12-13,20,22; Kej. 22:1-18; Mzm. 16:5,8,9-10,11; Kel. 14:15 - 15:1; MT Kel. 15:1-2,3-4,5-6,17-18; Yes. 54:5-14; Mzm. 30:2,4,5-6,11,12a,13b; Yes. 55:1-11; MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6; Bar. 3:9-15,32 - 4:4; Mzm. 19:8,9,10,11; Yeh. 36:16-17a,18-28; Mzm. 42:3,5bcd; 43:3,4 (kalau ada pembaptisan MT Yes. 12:2-3,4bcd,5-6 atau Mzm. 51:12-13,14-15,18-19); Rm. 6:3-11; Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23; Mat. 28:1-10.

 

Malam berangsur sirna dan cahaya pertama fajar muncul di cakrawala saat para perempuan berangkat menuju kubur Yesus. Mereka berjalan maju, bingung dan cemas, hati mereka diliputi kesedihan atas kematian yang merenggut Orang yang mereka kasihi. Tetapi setelah tiba dan melihat kubur yang kosong, mereka berputar dan menelusuri kembali langkah mereka. Mereka meninggalkan kubur dan lari kepada murid-murid untuk memberitahukan perubahan haluan : Yesus telah bangkit dan menunggu mereka di Galilea. Dalam hidup mereka, para perempuan itu mengalami Paskah sebagai Pesah, sebuah pelintasan. Mereka beralih dari berjalan dengan sedih menuju kubur menjadi berlari kembali dengan penuh sukacita kepada para murid untuk memberitahu mereka tidak hanya bahwa Tuhan telah bangkit, tetapi juga bahwa mereka harus segera berangkat untuk mencapai suatu tujuan, Galilea. Di sana mereka akan bertemu dengan Tuhan yang bangkit; di sanalah kebangkitan akan menuntun mereka. Kelahiran kembali para murid, kebangkitan hati mereka, melintasi Galilea. Marilah kita memasuki perjalanan para murid dari kubur menuju Galilea.

 

Bacaan Injil memberitahu kita bahwa para perempuan pergi “untuk menengok kubur” (Mat 28:1). Mereka berpikir bahwa mereka akan menemukan Yesus di tempat kematian dan segalanya sudah berakhir, selamanya. Kadang-kadang kita juga mungkin berpikir bahwa sukacita perjumpaan kita dengan Yesus adalah sesuatu yang berasal dari masa lalu, sedangkan saat ini sebagian besar terdiri dari kubur yang tersegel : kubur kekecewaan, kepahitan, dan kubur ketidakpercayaan, kubur kecemasan karena berpikir bahwa “tidak ada lagi yang bisa dilakukan”, “hal-hal tidak akan pernah berubah”, “lebih baik hidup untuk hari ini”, karena “tidak ada kepastian tentang hari esok”. Jika kita menjadi mangsa dukacita, dibebani oleh kesedihan, direndahkan oleh dosa, sakit hati oleh kegagalan, atau terganggu oleh beberapa masalah, kita juga maklum dengan rasa pahit keletihan dan tidak adanya sukacita.

 

Kadang-kadang, kita mungkin merasa letih dengan rutinitas sehari-hari, letih mengambil risiko di dunia yang dingin dan keras di mana hanya orang pandai dan kuat yang tampak maju. Di lain waktu, kita mungkin merasa tidak berdaya dan putus asa di hadapan kekuatan jahat, perselisihan yang menghancurkan hubungan, sikap perhitungan dan ketidakpedulian yang tampaknya merajalela dalam masyarakat, kanker korupsi - ada begitu banyak - penyebaran ketidakadilan, angin dingin peperangan. Kemudian juga, kita mungkin berhadapan muka dengan kematian, karena kematian itu merampas kehadiran orang-orang yang kita kasihi atau karena kita menghadapinya dalam keadaan sakit atau kemerosotan yang serius. Maka mudah menyerah pada kekecewaan, segera sesudah mata air harapan mengering. Dalam situasi ini atau situasi serupa - kita masing-masing tahu jalan kita - jalan kita terhenti di depan deretan kubur, dan kita berdiri di sana, dipenuhi dengan kesedihan dan penyesalan, sendirian dan tidak berdaya, mengulangi pertanyaan, "Mengapa?" Rantai "mengapa" itu. Namun, para perempuan pada Paskah tidak berdiri membeku di depan kubur; sebaliknya, Bacaan Injil memberitahu kita, “Mereka segera pergi dari kubur itu, dengan takut dan dengan sukacita yang besar dan berlari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada murid-murid Yesus” (ayat 8). Mereka membawa berita yang akan mengubah hidup dan sejarah selamanya: Kristus telah bangkit! (ayat 6). Pada saat yang sama, mereka ingat untuk menyampaikan panggilan Tuhan kepada para murid untuk pergi ke Galilea, karena di sana mereka akan melihat Dia (bdk. ayat 7). Saudara-saudari, apa artinya pergi ke Galilea? Dua hal : di satu pihak, meninggalkan ketertutupan Ruang Atas dan pergi ke negeri bangsa-bangsa lain (bdk. Mat 4:15), keluar dari persembunyian dan membuka diri untuk perutusan, meninggalkan rasa takut dan berangkat untuk masa depan. Di sisi lain – dan ini sangat baik – kembali ke asal-usul, karena justru di Galilea segalanya dimulai. Di sana Tuhan bertemu dan pertama kali memanggil para murid. Jadi, pergi ke Galilea berarti kembali ke rahmat permulaan, mendapatkan kembali ingatan yang menghidupkan kembali harapan, "kenangan akan masa depan" yang dianugerahkan kepada kita oleh Yesus yang bangkit.

 

Maka, inilah yang dilaksanakan Paskah Tuhan : Paskah Tuhan memotivasi kita untuk bergerak maju, meninggalkan rasa kekalahan kita, menggulingkan batu kubur di mana kita sering memenjarakan harapan kita, dan dengan percaya diri melihat masa depan, karena Kristus telah bangkit dan telah mengubah haluan sejarah. Tetapi, untuk melakukan hal ini, Paskah Tuhan membawa kita kembali ke masa lalu kita; Paskah Tuhan membawa kita kembali ke Galilea, tempat kisah cinta kita dengan Yesus dimulai, tempat panggilan pertama kita. Dengan kata lain, Paskah Tuhan meminta kita untuk menghidupkan kembali saat tersebut, situasi tersebut, pengalaman di mana kita bertemu Tuhan, mengalami kasih-Nya, dan menerima cara baru yang bersinar untuk melihat diri kita, dunia di sekitar kita, dan misteri kehidupan itu sendiri. Untuk bangkit kembali, memulai kembali, memulai perjalanan, kita selalu perlu kembali ke Galilea, yaitu, berjalan pulang, bukan kepada Yesus yang abstrak atau ideal, tetapi kepada ingatan perjumpaan pertama kita dengan-Nya yang hidup, nyata, dan gamblang. Ya, saudara-saudari, untuk maju kita perlu mundur, mengingat; untuk memiliki harapan, kita perlu menghidupkan kembali ingatan kita. Inilah yang diminta untuk kita lakukan : mengingat dan berjalan maju! Jika kamu memulihkan cinta pertama itu, keajaiban dan sukacita perjumpaanmu dengan Allah, kamu akan terus maju. Jadi ingatlah, dan teruslah bergerak maju. Ingatlah, dan teruslah bergerak maju.

 

Ingatlah Galileamu dan berjalanlah ke sana, karena itu adalah "tempat" di mana kamu mengenal Yesus secara pribadi, di mana Ia tidak lagi sekadar sosok lain masa lalu yang jauh, tetapi pribadi yang hidup : bukan Allah yang jauh tetapi Allah yang ada di sampingmu, yang melebihi siapapun mengenal dan mengasihimu. Saudara-saudariku, ingatlah Galilea, Galileamu, dan panggilanmu. Ingat Sabda Allah yang pada saat yang tepat berbicara langsung kepadamu. Ingatlah pengalaman Roh yang penuh kuasa itu; sukacita pengampunan yang besar yang dialami setelah pengakuan kita itu; saat doa yang intens dan tak terlupakan itu; cahaya yang menyala di dalam dirimu dan mengubah hidupmu; perjumpaan itu, peziarahan itu. ... Kita masing-masing mengetahui tempat kebangkitan batin kita, permulaan dan landasan itu, tempat di mana segala sesuatunya berubah. Kita tidak bisa meninggalkan hal ini di masa lalu; Tuhan yang bangkit mengundang kita kembali ke sana untuk merayakan Paskah. Ingatlah Galileamu, ingatlah.

Hari ini, hidupkanlah kembali ingatan itu. Kembali ke perjumpaan pertama itu. Pikirkanlah kembali seperti apa, serta reka ulanglah konteks, waktu, dan tempat. Ingatlah perasaan dan sensasi; lihatlah warnanya dan nikmatilah rasanya. Karena, kamu tahu, saat kamu melupakan cinta pertama itu ketika kamu gagal mengingat perjumpaan pertama itu, debu mulai mengendap di hatimu. Saat itulah kamu mengalami kesedihan dan, seperti para murid, kamu melihat masa depan kosong, seperti kubur dengan batu yang menutup seluruh harapan. Tetapi hari ini, saudara-saudari, daya Paskah memanggilmu untuk menyingkirkan setiap batu kekecewaan dan ketidakpercayaan. Tuhan adalah pakar dalam menggulingkan batu dosa dan ketakutan. Ia ingin menerangi ingatanmu yang kudus, ingatanmu yang paling indah, dan membuatmu menghidupkan kembali perjumpaan pertamamu dengan-Nya. Ingatlah dan teruslah bergerak maju. Kembalilah kepada-Nya dan temukanlah kembali rahmat kebangkitan Tuhan di dalam dirimu. Kembalilah ke Galilea, kembalilah ke Galileamu.

 

Saudara-saudari terkasih, marilah kita mengikuti Yesus ke Galilea, berjumpa dengan-Nya, dan menyembah-Nya di sana, tempat Ia menunggu kita masing-masing. Marilah kita menghidupkan kembali keindahan saat itu ketika kita menyadari bahwa Ia hidup dan kita menjadikannya Tuhan atas hidup kita. Marilah kita kembali ke Galilea, ke Galilea cinta pertama. Marilah kita masing-masing kembali ke Galilea kita, ke tempat pertama kali kita berjumpa dengan-Nya. Marilah kita bangkit untuk hidup baru!

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 9 April 2023)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.