Satu-satunya cara yang sesungguhnya untuk menerima karunia keselamatan
dalam Kristus adalah dengan ketulusan untuk mengenali diri sendiri
sebagai orang yang lemah dan berdosa, dan untuk menghindari segala
bentuk pembenaran diri. Ini adalah fokus pernyataan Paus Fransiskus pada Misa Jumat pagi 14 Juni 2013 di kapel kediaman Domus Sanctae Marthae di Vatikan.
Menyadari tentang bejana tanah liat yang lemah, namun penjaga harta
agung yang diberikan kepadanya dalam cara yang sama sekali cuma-cuma:
ini adalah pengikut Kristus di hadapan Tuhan. Paus Fransiskus mengambil
titik permenungan dari bacaan hari ini, khususnya dari Surat Kedua Santo
Paulus kepada jemaat di Korintus (2Kor 4:7-15), yang menjelaskan bahwa
"kekuatan yang luar biasa" dari iman adalah karya Allah, yang telah
dicurahkan ke dalam orang-orang berdosa, ke dalam "bejana yang terbuat
dari tanah", pada kenyataannya. Namun demikian, Paus Fransiskus
menjelaskan, justru dari hubungan "antara rahmat dan kuasa Yesus
Kristus" dan diri kita sendiri, orang-orang berdosa yang malang seperti
kita, maka timbullah "dialog keselamatan". Selain itu, dialog ini harus
menghindari segala "pembenaran diri", dan berada di antara Allah dan
"diri kita seadanya": "Paulus telah berbicara berkali-kali - seperti
sebuah refren, bukan? - tentang dosa-dosanya. 'Tetapi aku mengatakan
kepada kamu hal ini: Aku telah menjadi penganiaya Gereja, aku
mengejar-ngejar ...' itu selalu datang kembali kepada ingatannya akan
dosa. Ia merasa berdosa - tetapi bahkan kemudian ia tidak mengatakan:
'Dulu aku adalah orang berdosa, tetapi sekarang aku kudus', bukan.
Bahkan sekarang, duri Setan dalam dagingku. Ia menunjukkan kepada kita
kelemahannya sendiri, dosanya sendiri. Ia adalah orang berdosa yang
menerima Yesus Kristus, yang berdialog dengan Yesus Kristus".
Karena itu kuncinya, kata Paus Fransiskus, adalah kerendahan hati.
Paulus sendiri membuktikannya. Ia secara terbuka mengakui "rekam jejak
pelayanannya", yaitu semua yang telah dilakukannya sebagai Rasul Yesus,
tetapi ia tidak menyembunyikan atau menutup-nutupi apa yang disebut Paus
"buku pegangannya", yaitu dosa-dosanya: "Inilah teladan kerendahan hati
bagi kita para imam - bagi kita para imam, juga. Jika kita hanya bangga
pada [catatan pelayanan] kita dan tidak lebih, kita [akan] menjadi
salah. Kita tidak dapat memberitakan Yesus Kristus Sang Juru Selamat
karena kita tidak merasakan Dia [sekarang dan di tempat kerja] dalam
hati. Kita harus menjadi rendah hati, tetapi dengan kerendahan hati yang
nyata, [dari kepala sampai kaki]: 'aku adalah orang berdosa karena hal
ini, karena hal ini, karena hal ini', seperti yang dilakukan Paulus:
'aku telah menganiaya Gereja', - seperti yang ia lakukan, [mengenali
diri kita sendiri] sungguh orang-orang berdosa: bukan orang-orang
berdosa dengan [jenis] kerendahan hati itu, yang tampaknya lebih dari
suatu wajah terpampang, bukan? Oh bukan, kerendahan hati yang kuat".
"Kerendahan hati imam, kerendahan hati seorang Kristiani adalah
berwujud", kata Paus Fransiskus, yang, oleh karena itu, jika seorang
Kristiani gagal, "untuk membuat pengakuan ini bagi dirinya sendiri dan
bagi Gereja, maka ada sesuatu yang salah", dan hal pertama yang gagal
mungkin merupakan kemampuan kita "memahami keindahan keselamatan yang
dibawa Yesus kepada kita".
"Saudara-saudara, kita memiliki
harta: yakni Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Salib Yesus Kristus, harta
yang kita banggakan ini - tetapi kita memilikinya dalam bejana tanah
liat. Marilah kita memperagakan juga 'buku pegangan' kita tentang
dosa-dosa kita. Demikianlah dialog Kristen dan Katolik: berwujud, karena
keselamatan Yesus Kristus adalah berwujud. Yesus Kristus tidak
menyelamatkan kita dengan suatu gagasan, program intelektual, tidak. Ia
menyelamatkan dengan daging-Nya, dengan keberwujudan daging. Ia
direndahkan, menjadi manusia, menjadi daging sampai akhir. Inilah
karunia yang hanya dapat kita mengerti, hanya dapatkan, dalam bejana
yang terbuat dari tanah".
Demikian juga perempuan Samaria yang
bertemu Yesus dan setelah berbicara kepada-Nya mengatakan kepada
orang-orang sebangsanya pertama-tama tentang dosanya dan kemudian
tentang telah bertemu Tuhan, berperilaku dalam cara yang mirip dengan
Paulus. "Saya percaya," kata Paus Fransiskus, "bahwa perempuan ini
berada di surga, pasti", karena, seperti pernah dikatakan oleh
[Alessandro] Manzoni [seorang penulis Italia], 'Aku tidak pernah
menemukan bahwa Tuhan memulai suatu mukjizat tanpa menyelesaikannya
dengan baik' dan mukjizat yang Ia mulai ini secara pasti berakhir dengan
baik di surga". Paus mengakhiri dengan berkata, mari kita memohon
padanya, "untuk membantu kita menjadi bejana tanah liat dalam rangka
melaksanakan dan memahami misteri agung Yesus Kristus".
Dalam
Misa tersebut Paus Fransiskus berkonselebrasi dengan Prefek Kongregasi
untuk Klerus, Mauro Kardinal Piacenza, yang didampingi oleh para imam
dan staf Dikasteri tersebut.
Sumber : Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.