Liturgical Calendar

PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 28 Juni 2013 : MISTERI KESABARAN ALLAH

Tuhan meminta kita untuk bersabar, bagaimanapun juga Ia selalu sabar dengan kita. Selain itu tidak ada "kumpulan protokoler" untuk bagaimana Allah campur tangan dalam hidup kita; kadang-kadang segera, kadang-kadang kita hanya harus memiliki sedikit kesabaran. Inilah pelajaran yang ditarik oleh Paus Fransiskus dari bacaan harian (Kej 17:1,9-10,15-22; Mat 8:1-4) pada Misa Jumat pagi 28 Juni 2013 di Casa Santa Marta.

Tuhan perlahan-lahan memasuki kehidupan Abraham, yang berusia 99 tahun ketika Ia menjanjikan seorang anak laki-laki. Sebaliknya Ia segera memasuki kehidupan si kusta, Yesus mendengarkan doanya, menjamahnya dan melakukan sebuah mukjizat. Paus Fransiskus melanjutkan untuk berbicara tentang bagaimana Tuhan memilih untuk terlibat "dalam kehidupan kita, dalam kehidupan umat-Nya". Kehidupan Abraham dan si kusta. "Ketika Tuhan campur tangan - kata Paus - Ia tidak selalu melakukannya dengan cara yang sama. Tidak ada 'kumpulan protokoler' dari tindakan Allah dalam kehidupan kita", "tidak ada". Segera sesudahnya, beliau menambahkan, "Ia campur tangan dengan salah satu cara, di lain waktu dengan cara yang berbeda" tetapi Ia selalu campur tangan. Ada "selalu - beliau berkata - perjumpaan antara kita dengan Tuhan ini".

"Tuhan selalu memilih cara-Nya untuk masuk ke dalam kehidupan kita. Seringkali Ia melakukannya perlahan-lahan, sedemikian banyak sehingga, kita berada dalam bahaya kehilangan 'kesabaran' kita, sedikit. Tetapi Tuhan, kapan? 'Dan kita berdoa, kita berdoa. . dan Ia tidak ikut campur dalam kehidupan kita. Lain waktu, ketika kita berpikir tentang apa yang telah Tuhan janjikan kepada kita, yakni suatu hal besar, kita tidak mempercayainya, kita sedikit skeptis, seperti Abraham - dan kita tersenyum kecil pada diri kita sendiri ... Inilah apa yang dikatakan dalam Bacaan Pertama, Abraham menyembunyikan wajahnya dan tersenyum ... Sedikit 'skeptisisme': Apa? Aku? Aku berumur hampir seratus tahun, aku akan memiliki seorang anak laki-laki dan istriku telah berumur 90 tahun akan memiliki seorang anak laki-laki?'.

Sarah sama skeptisnya, Paus mengingatkan, di dekat pohon-pohon tarbantin di Mamre, ketika tiga malaikat mengatakan hal yang sama kepada Abraham. "Seberapa sering, ketika Tuhan tidak melakukan campur tangan, tidak menunjukkan suatu mukjizat, tidak melakukan apa yang kita inginkan Ia lakukan, kita menjadi tidak sabar atau skeptis?".

"Tetapi Ia tidak, Ia tidak bisa untuk skeptis. Tuhan mengikuti waktu-Nya. Tetapi bahkan Ia, dalam hubungan dengan kita ini, memiliki banyak kesabaran. Bukan hanya mengharuskan kita memiliki kesabaran: Ia memiliki! Ia menunggu kita! Dan Ia menunggu kita sampai akhir kehidupan! Berpikirlah tentang penyamun yang baik, tepat di akhir, menjelang ajal, ia mengakui Allah. Tuhan berjalan bersama kita, tetapi sering tidak mengungkapkan diri-Nya, seperti dalam kasus para murid di Emaus. Tuhan terlibat dalam kehidupan kita - itu sudah pasti! - tetapi sering kali kita tidak memahami. Ini menuntut kesabaran kita. Tetapi Tuhan yang berjalan bersama kita, Ia juga memiliki banyak kesabaran bersama kita".

Paus mengalihkan pikirannya pada "misteri kesabaran Allah, yang dalam berjalan, berjalan pada kecepatan kita". Terkadang dalam kehidupan, beliau mencatat, "hal-hal menjadi begitu gelap, ada begitu banyak kegelapan, sehingga kita ingin - jika kita berada dalam kesulitan - untuk turun dari salib". Inilah, beliau berkata, "saat yang tepat: malam yang paling gelap, ketika fajar hampir merekah. Dan ketika kita turun dari Salib, kita selalu melakukannya hanya lima menit sebelum tibanya pembebasan kita, tepat pada saat ketika ketidaksabaran kita paling besar".

"Yesus di kayu Salib, mendengar mereka menantang-Nya: 'Turunlah, turunlah! Ayo!'.Kesabaran sampai akhir, karena Ia memiliki kesabaran dengan kita. Ia selalu masuk, Ia terlibat dengan kita, tetapi Ia melakukannya dengan cara-Nya sendiri dan ketika Ia berpikir itulah yang terbaik. Ia memberitahu kita apa yang Ia katakan kepada Abraham: Berjalanlah di hadapan-Ku dan tak bercela, menjadi tak bercacat, inilah kata yang tepat. Berjalan di hadapan-Ku dan berusaha menjadi tak bercacat. Inilah perjalanan bersama Tuhan dan Ia campur tangan, tetapi kita harus menunggu, menunggu saatnya, berjalan selalu dalam hadirat-Nya dan berusaha menjadi tak bercacat. Kita memohon rahmat ini dari Tuhan, untuk selalu berjalan di hadirat-Nya, berusaha menjadi tak bercacat.

Sumber : Radio Vatikan

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.