Liturgical Calendar

HOMILI GIOVANNI BATTISTA KARDINAL RE, KETUA DEWAN KARDINAL, DALAM MISA REQUIEM UNTUK PAUS FRANSISKUS 26 April 2025

Bacaan Ekaristi : Kis. 10:34-43; Flp. 3:20-4:1; Yoh. 21:15-19.

 

Di Lapangan Santo Petrus yang megah ini, tempat Paus Fransiskus merayakan Ekaristi berkali-kali dan memimpin pertemuan besar selama dua belas tahun terakhir, dengan hati yang sedih kita berkumpul dalam doa di sekeliling jenazahnya. Namun, kita dikuatkan oleh kepastian iman, yang meyakinkan kita bahwa keberadaan manusiawi tidak berakhir di dalam kubur, tetapi di rumah Bapa, dalam kehidupan kebahagiaan yang tidak akan pernah berakhir.

 

Atas nama Dewan Kardinal, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kehadiran kamu semua. Dengan penuh emosi, saya menyampaikan salam hormat dan terima kasih yang tulus kepada para kepala negara, kepala pemerintahan, dan delegasi resmi yang datang dari berbagai negara untuk mengungkapkan kasih sayang, penghormatan, dan penghargaan mereka kepada mendiang Bapa Suci kita. Curahan kasih sayang yang telah kita saksikan dalam beberapa hari terakhir setelah kepergiannya dari bumi ini menuju keabadian menunjukkan kepada kita betapa mendalamnya pontifikasi Paus Fransiskus menyentuh pikiran dan hati.

 

Gambaran terakhir yang kita miliki tentang dirinya, yang akan tetap terukir dalam ingatan kita, adalah pada hari Minggu lalu, Hari Minggu Paskah, ketika Paus Fransiskus, meskipun sedang dalam masalah kesehatan yang serius, ingin memberikan kita berkatnya dari balkon Basilika Santo Petrus. Ia kemudian turun ke Lapangan ini untuk menyambut banyak orang yang berkumpul untuk Misa Paskah seraya menaiki mobil Paus beratap terbuka. Dengan doa-doa kita, kita sekarang mempercayakan jiwa Paus kita yang terkasih kepada Allah, agar Ia menganugerahinya kebahagiaan abadi dalam tatapan yang cemerlang dan mulia dari kasih-Nya yang tak terhingga. Kita tercerahkan dan dibimbing oleh Bacaan Injil, di mana suara Kristus sendiri bergema, bertanya kepada wakil para rasul, "Petrus, apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada mereka ini?" Dengan cepat dan tulus Petrus menjawab, "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau!" Yesus kemudian mempercayakan kepadanya misi besar, "Peliharalah domba-domba-Ku." Inilah tugas berkesinambungan Petrus dan para penggantinya, yaitu pelayanan kasih mengikuti jejak Kristus, Guru dan Tuhan kita, yang “datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang” (Mrk 10:45).

 

Meskipun lemah dan menderita menjelang akhir hayatnya, Paus Fransiskus memilih untuk mengikuti jalan pengurbanan diri ini hingga hari terakhir hidupnya di dunia. Ia mengikuti jejak Tuhannya, Sang Gembala yang baik, yang mengasihi domba-domba-Nya hingga rela memberikan nyawa-Nya bagi mereka. Dan ia melakukannya dengan kekuatan dan ketenangan, dekat dengan kawanan dombanya, Gereja Allah, seraya mengingat kata-kata Yesus yang dikutip oleh Rasul Paulus: “Lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis 20:35).

 

Ketika Kardinal Bergoglio terpilih dalam konklaf pada tanggal 13 Maret 2013 untuk menggantikan Paus Benediktus XVI, ia telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam kehidupan religius di Serikat Yesus dan, terutama, diperkaya oleh dua puluh satu tahun pelayanan pastoral di Keuskupan Agung Buenos Aires, pertama sebagai uskup auksiler, kemudian sebagai uskup koajutor dan, terutama, sebagai uskup agung.

 

Keputusan untuk memakai nama Fransiskus segera tampak menunjukkan rencana dan gaya pastoral yang ingin ia jadikan dasar pontifikasinya, dengan mengambil inspirasi dari semangat Santo Fransiskus dari Asisi.

 

Ia mempertahankan perangai dan bentuk kepemimpinan pastoralnya, dan melalui kepribadiannya yang tegas, segera meninggalkan jejaknya pada tata kelola Gereja. Ia menjalin kontak langsung dengan individu dan masyarakat, ingin dekat dengan semua orang, dengan perhatian yang nyata kepada mereka yang sedang dalam kesulitan, memberikan dirinya tanpa batas, terutama kepada mereka yang terpinggirkan, yang paling kecil di antara kita. Ia adalah seorang Paus di antara orang-orang, dengan hati yang terbuka terhadap semua orang. Ia juga seorang Paus yang memperhatikan tanda-tanda zaman dan apa yang sedang dibangkitkan Roh Kudus dalam Gereja.

 

Dengan kosakata dan bahasanya yang khas, kaya akan gambaran dan metafora, ia selalu berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah zaman kita dengan kebijaksanaan Injil. Ia melakukannya dengan memberikan tanggapan yang dibimbing oleh terang iman dan mendorong kita untuk hidup sebagai umat kristiani di tengah tantangan dan pertentangan dalam beberapa tahun terakhir, yang ia gambarkan sebagai "perubahan zaman." Ia memiliki spontanitas yang luar biasa dan cara yang informal dalam menyapa setiap orang, bahkan mereka yang jauh dari Gereja.

 

Kaya akan kehangatan manusiawi dan sangat peka terhadap tantangan masa kini, Paus Fransiskus benar-benar turut merasakan kecemasan, penderitaan, dan harapan di era globalisasi ini. Ia memberikan dirinya dengan menghibur dan menyemangati kita dengan pesan yang mampu menyentuh hati orang-orang secara langsung dan segera.

 

Karismanya yang ramah dan mau mendengarkan, dipadukan dengan sikap yang sesuai dengan kepekaan zaman sekarang, menyentuh hati dan berusaha membangkitkan kembali kepekaan moral dan spiritual. Evangelisasi merupakan prinsip utama pontifikasinya. Dengan visi misi yang jelas, ia menyebarkan sukacita Injil, yang merupakan judul dari seruan apostoliknya yang pertama, Evangelii Gaudium. Sukacita itulah yang memenuhi hati semua orang yang mempercayakan diri kepada Allah dengan keyakinan dan harapan.

 

Benang merah misinya juga adalah keyakinan bahwa Gereja adalah rumah bagi semua orang, rumah yang pintunya selalu terbuka. Ia sering menggunakan gambaran Gereja sebagai "rumah sakit lapangan" setelah pertempuran yang menyebabkan banyak orang terluka; Gereja yang bertekad untuk menangani masalah-masalah manusiawi dan kecemasan besar yang mencabik-cabik dunia masa kini; Gereja yang mampu membungkuk kepada setiap orang, terlepas dari keyakinan atau kondisi mereka, dan menyembuhkan luka-luka mereka.

 

Sikap dan dorongannya untuk membantu para pengungsi dan orang-orang terlantar tidak terhitung banyaknya. Kegigihannya untuk bekerja bagi orang miskin terus berlanjut. Penting untuk dicatat bahwa perjalanan pertama Paus Fransiskus adalah ke Lampedusa, sebuah pulau yang melambangkan tragedi migrasi, yang menyebabkan ribuan orang tenggelam di laut. Hal yang sama juga terjadi dalam perjalanannya ke Lesbos, bersama dengan Patriark Ekumenis dan Uskup Agung Athena, serta perayaan Misa di perbatasan antara Meksiko dan Amerika Serikat selama perjalanannya ke Meksiko.

 

Dari 47 perjalanan apostoliknya yang menguras tenaga, perjalanan ke Irak pada tahun 2021, yang menantang segala risiko, akan tetap sangat berkesan. Perjalanan apostolik yang sulit itu menjadi obat mujarab bagi luka menganga rakyat Irak, yang telah sangat menderita akibat tindakan ISIS yang tidak manusiawi. Perjalanan itu juga merupakan perjalanan penting untuk dialog antaragama, dimensi penting lain dari karya pastoralnya. Dengan perjalanan apostoliknya tahun 2024 ke empat negara di Asia-Oseania, Paus mencapai "pinggiran paling pinggiran dunia."

 

Paus Fransiskus selalu menempatkan Injil belas kasih di pusat perhatian, berulang kali menekankan bahwa Allah tidak pernah lelah mengampuni kita. Ia selalu mengampuni, apa pun situasinya bagi orang yang memohon pengampunan dan kembali ke jalan yang benar. Ia mencanangkan Yubileum Luar Biasa Kerahiman untuk menyoroti bahwa belas kasih adalah "inti Injil."

 

Belas kasih dan sukacita Injil adalah dua kata kunci bagi Paus Fransiskus. Berbeda dengan apa yang disebutnya sebagai "budaya membuang," ia berbicara tentang budaya perjumpaan dan kesetiakawanan. Tema persaudaraan mengalir sepanjang masa pontifikasinya dengan nada-nada yang menggetarkan. Dalam ensikliknya Fratelli Tutti, ia ingin menghidupkan kembali aspirasi persaudaraan di seluruh dunia, karena kita semua adalah anak-anak dari satu Bapa yang ada di surga. Dengan tegas ia sering mengingatkan kita bahwa kita semua adalah bagian dari satu keluarga manusiawi.

 

Pada tahun 2019, selama perjalanannya ke Uni Emirat Arab, Paus Fransiskus menandatangani Dokumen tentang Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama, yang mengingatkan kita akan kebapaan bersama Allah. Dalam Ensiklik Laudato Si’, ia berbicara kepada orang-orang di seluruh dunia dan menarik perhatian kita pada tugas dan tanggung jawab bersama untuk rumah kita bersama, dengan menyatakan, “Tidak seorang pun diselamatkan sendirian.”

 

Menghadapi perang yang berkecamuk dalam beberapa tahun terakhir, dengan kengerian yang tidak manusiawi dan kematian serta kehancuran yang tak terhitung jumlahnya, Paus Fransiskus terus-menerus menyerukan perdamaian dan menyerukan akal sehat serta negosiasi yang jujur ​​untuk menemukan solusi yang memungkinkan. Perang, katanya, mengakibatkan kematian orang-orang dan kehancuran rumah, rumah sakit, dan sekolah. Perang selalu membuat dunia lebih buruk daripada sebelumnya: selalu merupakan kekalahan yang menyakitkan dan tragis bagi semua orang.

 

“Bangunlah jembatan, bukan tembok” adalah seruan yang diulang-ulangnya berkali-kali, dan pelayanan imannya sebagai penerus Rasul Petrus selalu dikaitkan dengan pelayanan kepada umat manusia dalam segala lingkupnya.

 

Bersatu secara spiritual dengan segenap umat kristiani, kita hadir dalam jumlah besar untuk mendoakan Paus Fransiskus, agar Allah sudi menyambutnya ke dalam kasih-Nya yang tak terbatas. Paus Fransiskus biasa mengakhiri pidato dan pertemuannya dengan mengatakan, "Jangan lupa untuk mendoakan saya."

 

Paus Fransiskus yang terkasih, kami sekarang memohon kepadamu untuk mendoakan kami. Semoga engkau memberkati Gereja, memberkati Roma, dan memberkati seluruh dunia dari surga seperti yang kamu lakukan hari Minggu lalu dari balkon Basilika ini dalam pelukan terakhir dengan segenap umat Allah, seraya merangkul umat manusia yang mencari kebenaran dengan hati yang tulus dan memegang tinggi obor pengharapan.

_____

(Peter Suriadi - Bogor, 26 April 2025)

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.