Kemunafikan mungkin mengatakan semua hal yang benar, tetapi untuk
alasan yang salah. Seorang Kristiani seharusnya tidak menggunakan
"bahasa yang santun secara sosial", yang rentan terhadap kemunafikan,
tetapi berbicara kebenaran Injil dengan keterusterangan seorang anak
kecil. Tidak ada kebenaran tanpa kasih; kasih adalah kebenaran yang
pertama. Inilah pelajaran yang ditarik oleh Paus Fransiskus pada Misa Selasa pagi 4 Juni 2013 di Casa Santa Marta.
Dari koruptor menuju bahasa pilihan mereka: kemunafikan. Paus
Fransiskus melanjutkan rangkaian pemikirannya dari homili Senin tersebut
dalam permenungannya tentang perikop yang diceritakan dalam Injil hari
ini (Mrk 12:13-17): Persembahan kepada Kaisar, serta pertanyaan licik
orang-orang Farisi dan orang-orang Herodian kepada Kristus tentang
legitimasi persembahan itu.
Paus Fransiskus mencatat bahwa niat
yang dengannya mereka mendekati Yesus adalah untuk membuat-Nya "jatuh
ke dalam perangkap". Pertanyaan mereka apakah diperbolehkan atau tidak
membayar pajak kepada Kaisar dibuat "dengan kata-kata halus, dengan
kata-kata indah, dengan kata-kata sangat manis". Mereka mencoba untuk
menunjukkan diri mereka teman-teman-Nya. "Tetapi itu semua palsu. Paus
Fransiskus mengatakan ini adalah karena, "mereka tidak mengasihi
kebenaran" tetapi hanya diri mereka sendiri, "dan sehingga mereka
mencoba untuk menipu, untuk melibatkan orang lain dalam penipuan mereka,
kebohongan mereka. Mereka memiliki hati berbohong, mereka tidak bisa
mengatakan kebenaran": "Kemunafikan adalah bahasa koruptur belaka. Dan
ketika Yesus berbicara kepada murid-murid-Nya, Ia berkata: 'Biarkan
bahasa Anda menjadi, ya, ya! tidak, tidak'. Kemunafikan bukanlah bahasa
kebenaran, karena kebenaran tidak pernah diberikan sendirian. Tidak
pernah! Kebenaran selalu diberikan dengan kasih! Tidak ada kebenaran
tanpa kasih. Kasih adalah kebenaran yang pertama. Jika tidak ada kasih,
maka tidak ada kebenaran. Mereka ingin sungguh diperbudak untuk
kepentingan mereka. Ada macam-macam kasih, yakni : kasih diri sendiri,
kasih untuk diri sendiri. Penyembahan narsis itu yang membawa mereka
untuk mengkhianati orang lain, yang membawa mereka untuk menyalahgunakan
kepercayaan".
Paus Fransiskus melanjutkan, apa yang tampak
seperti "bahasa yang meyakinkan", malahan mengarah pada "kekeliruan,
berbohong". Kemudian dengan sedikit ironi, beliau mencatat bahwa mereka
yang sekarang mendekati Yesus dan "tampak begitu ramah dalam bahasa
mereka, adalah orang yang sama yang akan pergi untuk menjemput-Nya pada
Kamis malam di Taman Zaitun, dan akan membawa-Nya kepada Pilatus pada
Jumat". Sebaliknya, Yesus justru meminta perlawanan orang-orang yang
mengikuti-Nya, bahasa "ya adalah ya, tidak adalah tidak", "bahasa
kebenaran dan kasih".
"Dan kelemahlembutan yang Yesus inginkan
kita miliki, tidak memiliki apapun, tidak memiliki apapun dari sanjungan
ini, cara manis yang berpenyakit ini sedang terjadi. Tidak apa-apa!
Kelemahlembutan adalah sederhana, kelemahlembutan adalah seperti yang
berasal dari seorang anak kecil. Dan anak kecil tidak munafik, karena
tidak dibuat-buat. Ketika Yesus berkata kepada kita: 'Biarkan cara
bicara Anda menjadi 'Ya adalah ya! Tidak adalah tidak' dengan 'jiwa
seorang anak kecil', beliau memaksudkan dengan tepat sesuatu yang
sebaliknya terhadap cara bicara ini [kemunafikan]".
Pemikiran
terakhir Paus memperhatikan "kelemahan batin tertentu", yang dirangsang
oleh "kesombongan", yang berarti "kita ingin orang-orang untuk
mengatakan hal-hal baik tentang kita". "Para koruptor mengetahui hal ini
dengan baik" dan "sedang berusaha untuk melemahkan kita dengan bahasa
ini".
"Mari kita berpikir dengan teliti hari ini: Apa bahasa
kita? Apakah kita berbicara dalam kebenaran, dengan kasih, atau kita
berbicara dengan bahasa sosial untuk menjadi bersikap sopan, bahkan
mengatakan hal-hal baik, yang kita tidak rasakan? Biarkan bahasa kita
menjadi saudara dan saudari evangelisasi! Kemudian kemunafikan ini yang
mulai dengan rayuan, sanjungan dan semua itu, akhirnya, melalui
saksi-saksi palsu, dengan sangat menuduh orang-orang yang telah mereka
sanjung. Mari kita memohon Tuhan hari ini sehingga bahasa kita menjadi
bahasa yang sederhana, bahasa seorang anak kecil, bahasa anak-anak
Allah, bahasa kebenaran dalam kasih".
Pada Misa tersebut Paus
Fransiskus berkonselebrasi dengan Patriark Gereja Katolik Armenia,
Nerses Bedros XIX Tarmouni, Mgr. Vianney Fernando, Uskup Kandy di Sri
Lanka, dan Mgr. Jean Luis Brugues, Kepala Perpustakaan Vatikan, yang
disertai oleh sekelompok karyawan.
Sumber: Radio Vatikan
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.