Bacaan Ekaristi : Rm 1:1-7; Luk 17:11-19)
Selama homilinya pada Misa Senin pagi 14 Oktober
2013 di Casa Santa Marta, Paus
Fransiskus memperingatkan terhadap kemunafikan memikirkan seseorang diselamatkan oleh perbuatan-perbuatan saleh. Sikap "kesalehan sempurna" ini
mengandung resiko bagi seseorang untuk satu untuk mencari keselamatan diri mereka sendiri, bukan peduli pada orang miskin. Bapa Suci menunjuk kemunafikan ini sebagai "sindrom Yunus", menunjuk pada tanda Yunus yang
dibicarakan Yesus dalam
Injil hari itu (Luk 11:29-32).
Injil Lukas, yang menceritakan peringatan Kristus kepada "angkatan yang
jahat", sebuah istilah yang dikatakan-Nya sangat kuat. "Ini, bagaimanapun, tidak menunjuk kepada orang-orang yang mengikuti-Nya dengan begitu banyak kasih", Paus menjelaskan, "tetapi kepada para pujangga hukum yang mencobai Dia dan membuat Dia jatuh dalam perangkap mereka."
Mengatakan bahwa ketika Kristus mengatakan bahwa satu-satunya tanda yang akan diberikan kepada mereka akan menjadi tanda dari Yunus, Paus Fransiskus mengatakan bahwa di sana juga ada "sindrom Yunus", artinya, kecenderungan untuk membenarkan diri sendiri dengan doktrin sementara orang-orang berdosa berjuang bagi
diri mereka
sendiri. Bapa Suci mengacu pada reaksi awal Yunus untuk berkhotbah di Niniwe, yakni melarikan diri.
"’Sindrom Yunus' tidak memiliki semangat untuk menobatkan orang, sindrom itu adalah mencari kesucian - jika Anda mengizinkan saya mengatakan - sebuah kesucian 'yang mati', semua indah, semua dibuat dengan baik, tetapi kekurangan semangat untuk pergi dan memberitakan Tuhan", kata Bapa Suci.
"Namun di hadapan angkatan yang sakit
‘sindrom Yunus’ ini, Tuhan menjanjikan tanda Yunus. Versi lainnya, yaitu dari
Injil Matius, mengatakan: Yunus berada dalam ikan paus selama tiga malam dan tiga hari, mengacu kepada Yesus di dalam kubur - kematian dan kebangkitan-Nya - dan itulah tanda yang
dijanjikan Yesus, melawan kemunafikan, melawan sikap keagamaan yang sempurna ini, melawan sikap kelompok orang-orang Farisi ini."
Bapa Suci mencatat Injil lain sebagai contoh dari dua sikap yang ditemukan dalam perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Cerita, yang berbicara tentang seorang Farisi yang memuji Allah karena tidak seperti pemungut cukai (pemungut pajak) yang malah berdoa bagi belas kasih Tuhan.
"Ini adalah tanda bahwa Yesus menjanjikan pengampunan-Nya melalui kematian dan kebangkitan-Nya : merupakan belas kasih-Nya, ‘merupakan
belas kasih yang saya inginkan dan bukan persembahan’”,
kata
Paus. Tanda Yunus yang sesungguhnya ini, beliau selanjutnya mengatakan, adalah kepercayaan penuh dalam keselamatan seseorang melalui darah Kristus. Meskipun ada banyak orang Kristiani percaya bahwa mereka diselamatkan hanya melalui karya-karya mereka, bukan apakah membawa keselamatan. Perbuatan-perbuatan baik, beliau berkata, "adalah konsekuensi, tanggapan terhadap cinta kasih yang menyelamatkan kita
itu."
Mengakhiri homilinya, Paus Fransiskus mengatakan kepada umat
yang hadir bahwa tanda Yunus adalah panggilan bagi semua orang Kristiani untuk mengikuti Tuhan dengan kerendahan hati dan kelemahlembutan meskipun dosa-dosa kita. "Merupakan
sebuah panggilan maupun
sebuah pilihan", beliau berkata.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.