Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 9 Mei 2014 : GEREJA ADALAH KUDUS MESKI DOSA-DOSA KITA


Bacaan Ekaristi : Kis 9:1-20; Yoh 6:52-59

Meskipun kita semua adalah orang-orang berdosa, kita dipanggil untuk memberi kesaksian bagi Gereja, yang adalah kudus. Ini adalah tema utama homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Jumat pagi 9 Mei 2014 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus merenungkan bacaan pertama (Kis 9:1-20) yang menceritakan pertobatan Santo Paulus di Damsyik. Meskipun menganiaya orang-orang Kristiani, Kristus memilih Paulus untuk mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Meskipun dosa-dosanya, Paus mengatakan, Santo Paulus dipanggil untuk mewartakan kekudusan Gereja.

"Tetapi bagaimana Gereja bisa menjadi kudus padahal kita semua berada di dalamnya?", tanya Paus. "Kita semua adalah orang-orang berdosa, di sini. Dan Gereja adalah kudus! Kita adalah orang-orang berdosa, tetapi Gereja adalah kudus. Gereja adalah mempelai Yesus Kristus dan Ia mengasihinya, Ia menguduskannya, Ia menguduskannya setiap hari dengan kurban Ekaristi-Nya, karena Ia sangat mengasihinya". "Dan kita adalah orang-orang berdosa, tetapi dalam sebuah Gereja yang kudus. Dan kita juga menguduskan diri kita dengan kepemilikan Gereja ini : kita adalah anak-anak Gereja dan Gereja Bunda menguduskan kita, dengan kasihnya, dengan Sakramen-sakramen Mempelainya".

Bapa Suci menjelaskan bahwa Allah memilih orang-orang berdosa untuk menunjukkan bahwa Dialah yang menguduskan. Tak seorang pun bisa menguduskan diri mereka, juga tidak ada serangkaian pelajaran atau sebuah persyaratan untuk menjalani sebuah kehidupan asketis yang ekstrim. Kekudusan”, beliau berkata, "adalah sebuah karunia dari Yesus bagi Gereja-Nya dan menunjukkan hal ini. Ia memilih orang-orang yang di dalamnya karya-Nya untuk menguduskan jelas terlihat".

Hal ini dicontohkan, beliau melanjutkan, dalam Injil-injil di mana orang-orang kudus seperti Matius, yang dianggap "seorang pengkhianat terhadap umat-Nya", Maria Magdalena, yang dibebaskan Yesus dari tujuh roh jahat, dan Zakeus, seorang pemungut cukai yang korup. Orang-orang ini dan banyak lainnya, Paus mengatakan, mengikuti aturan kekudusan : "kehinaan kita, sehingga Tuhan bisa tumbuh".

Kehinaan ini, beliau melanjutkan dengan mengatakan, mengubah hati Santo Paulus dan ia menjadi seperti seorang anak kecil : "ia patuh". Namun, Paus mencatat, Santo Paulus tidak dapat diartikan sebagai seorang pahlawan. Santo Paulus, yang dikenal karena memberitakan Injil, pada akhirnya ditangkap, dipenjarakan dan dipenggal. "Perbedaan antara para pahlawan dan orang-orang kudus adalah kesaksian, keserupaan dengan Yesus Kristus", beliau berkata.

Banyak orang kudus, terutama orang-orang kudus besar, mengakhiri hari-hari mereka dengan rendah hati. Paus mengenang hari-hari terakhir Santo Yohanes Paulus II, yang baru-baru dikanonisasi.

"Ia tidak bisa berbicara, atlet besar Allah, pejuang besar Allah berakhir dengan cara ini : dikuasai oleh penyakit, rendah hati seperti Yesus", kata Paus. "Ini adalah rute kekudusan orang-orang hebat. Itu juga merupakan rute kekudusan kita. Jika kita tidak membiarkan hati kita diubah di jalan Yesus ini - memikul salib setiap hari, salib biasa, salib sederhana - dan membiarkan Yesus tumbuh; jika kita tidak pergi di jalan ini, kita tidak akan menjadi orang-orang kudus".

Mengakhiri homilinya, Paus Fransiskus mengatakan kepada umat bahwa dalam memberikan kesaksian tentang Kristus, kita juga memberi kesaksian bagi kasih-Nya untuk kita. Meskipun kita adalah orang-orang berdosa, beliau berkata, "Gereja adalah kudus. Merupakan mempelai Yesus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.