Bacaan Ekaristi : Tit 1:1-9; Luk
17:1-6
Setiap orang
Kristiani, apapun panggilannya, harus mampu selalu mengampuni dan jangan pernah
menyebabkan skandal, karena "skandal menghancurkan iman", kata Paus Fransiskus
dalam homilinya pada Misa harian Senin pagi 10 November 2014 di Casa Santa
Marta, Vatikan.
Paus Fransiskus mengulas Injil hari itu (Luk 17:1-6) yang di dalamnya Kristus berkata kepada para Rasul : "Adalah lebih baik baginya jika sebuah batu
kilangan diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, dari pada
menyesatkan salah satu dari orang-orang yang lemah ini". Paus Fransiskus mengatakan bahwa Yesus memilih blak-blakan ketimbang sopan untuk beroleh pesan melalui para Rasul.
Paus Fransiskus
kemudian membagi homilinya ke dalam tiga kata kunci : skandal, pengampunan,
iman. "Celakalah mereka yang melakukan
skandal", kata Kristus, sementara perikop dari suratnya kepada Titus, Paulus memberikan arah yang tepat tentang bagaimana seorang imam harus mengatur hidupnya - ia tidak boleh berlaku kasar, bahkan mabuk - dalam sebuah kata "tak bercela", kebalikan dari skandal.
Paus Fransiskus melanjutkan bahwa hal ini juga berlaku untuk setiap orang Kristen. Skandal, beliau menambahkan, "adalah memaklumkan dan mengakui sebuah cara
hidup – ‘Saya seorang Kristiani' - dan kemudian hidup seperti seorang kafir, yang tidak percaya apa pun". Hal ini memberikan skandal "karena tidak ada kesaksian", sementara "iman diakukan - Paus Fransiskus menegaskan - dengan cara Anda menjalani hidup Anda".
"Ketika seorang laki-laki Kristiani atau seorang perempuan Kristiani, yang pergi ke gereja, adalah bagian dari paroki, tidak hidup dengan cara ini, mereka menyebabkan skandal. Seberapa sering kita mendengar laki-laki dan perempuan berkata: ‘Saya tidak pergi ke gereja karena lebih baik jujur di rumah dan tidak pergi ke gereja seperti laki-laki dan perempuan itu yang kemudian melakukan
hal ini, ini, ini ...’. Skandal menghancurkan, ia menghancurkan iman! Dan itulah sebabnya Yesus begitu kuat : ‘Hati-hati ! Watch out!’. Ada baiknya kita mengulangi hal
ini hari ini: 'Jagalah
dirimu'. Kita semua mampu menyebabkan skandal"!.
Sebaliknya, kata Paus Fransiskus, kita semua harus memahami bagaimana mengampuni, dan mengampuni "selamanya" sebagaimana Yesus mengajak kita untuk melakukan "sebanyak tujuh kali dalam sehari" jika mereka yang telah bersalah kepada kita memohonnya dan telah bertobat. Yesus, kata Paus Fransiskus, "melebih-lebihkan untuk
membuat kita memahami pentingnya pengampunan" karena "seorang Kristiani yang tidak bisa mengampuni menyebabkan skandal : ia bukan seorang Kristiani".
"Kita harus mengampuni, karena kita telah diampuni. Hal ini
ada dalam Doa Tuhan, Yesus mengajarkan kita tentangnya di sana. Logika manusia tidak mampu mendalami hal ini. Logika manusia membawa kita bukan untuk mengampuni, untuk membalas dendam; ia menuntun untuk membenci, perpecahan. berapa banyak keluarga telah hancur karena tidak bisa mengampuni, berapa banyak keluarga! Anak-anak terpisah dari orang tua mereka, suami dan istri yang telah tumbuh dalam bentuk yang jauh satu sama lain... Sangatlah penting memikirkan tentang hal ini: Jika saya tidak mengampuni saya tidak, tampaknya, memiliki hak untuk diampuni dan saya tidak memahami apa artinya bahwa Allah telah
mengampuni saya. Inilah kata kedua, pengampunan".
Jadi kita memahami, kata Paus Fransiskus, "mengapa ketika murid-murid mendengar hal ini, mereka berkata kepada Tuhan, 'Tambahkan iman kami'". "Tanpa iman Anda tidak bisa hidup tanpa skandal dan selalu mengampuni. Hanya cahaya iman, iman yang telah kita terima : iman seorang Bapa yang penuh belas kasihan, seorang Anak yang memberikan nyawa-Nya bagi kita, Roh yang ada di dalam batin kita dan membantu kita tumbuh, iman dalam Gereja, iman dalam umat Allah, yang dibaptis dan kudus. Dan hal ini adalah sebuah karunia, iman adalah sebuah karunia. Tak seorang pun dengan buku, pergi ke konferensi, telah dapat memiliki iman. Iman adalah karunia dari Allah yang datang kepada Anda dan iniah sebabnya mengapa para Rasul memohon kepada Yesus, "Tambahkanlah iman kami!’".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.