Bacaan Ekaristi : Why 7:2-4,9-14;1Yoh
3:1-3; Mat 5:1-12a
Ketika dalam Bacaan Pertama (Why
7:2-4,9-14) kita mendengar suara dari Malaikat ini yang berteriak keras kepada empat malaikat yang diberi kekuasaan untuk merusakkan bumi dan laut, "Janganlah merusakkan bumi atau
laut atau pohon-pohon" (Why 7:3), ini membawa ke pikiran sebuah frasa yang bukan di sini tetapi dalam hati setiap orang : manusia mampu melakukan hal ini lebih baik daripada engkau. Kami mampu menghancurkan bumi jauh lebih baik daripada para
malaikat. Dan ini adalah persis
apa yang sedang kita lakukan, ini adalah apa yang kita
lakukan: kita merusakkan ciptaan, kita menghancurkan kehidupan-kehidupan, kita menghancurkan budaya-budaya, kita menghancurkan nilai-nilai,
kita merusak harapan.
Betapa kita sangat membutuhkan kekuatan
Tuhan untuk memeteraikan kita dengan kasih-Nya
dan kuasa-Nya untuk menghentikan balapan pengrusakan yang gila ini!
Menghancurkan apa yang telah Ia berikan kepada kita, hal-hal yang paling indah yang telah Ia
lakukan bagi kita, bagi kita untuk
diteruskan, untuk dipelihara, untuk menghasilkan buah ... Ketika
saya memandang gambar-gambar dalam sakristi 71 tahun yang lalu [menggambarkan pengeboman Perang Dunia II di
daerah San Lorenzo di mana pemakaman
terletak], saya berpikir, 'Ini sangat genting, begitu menyakitkan. Ini bukan apa-apa
dibandingkan dengan apa yang terjadi hari ini. Manusia mengambil
kepemilikan segala sesuatu, meyakini bahwa ia adalah tuhan, meyakini bahwa ia adalah raja. Dan peperangan-peperangan, peperangan-peperangan yang terus berkecamuk, tidak benar-benar membantu untuk menabur benih
kehidupan tetapi menghancurkan. Merupakan sebuah industri penghancuran. Juga merupakan sebuah sistem kehidupan, yang ketika hal-hal tidak dapat diatur mereka dibuang: kita membuang anak-anak,
kita membuang orang-orang
tua, orang-orang
muda yang dibuang tanpa sebuah pekerjaan ... Penghancuran ini yaitu hasil dari budaya limbah. Kita membuang orang-orang. Ini adalah gambaran yang datang ke pikiran saya ketika
saya mendengarkan Bacaan Pertama".
Gambaran kedua, dalam
Bacaan yang
sama : "Suatu
kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala
bangsa dan suku dan kaum dan bahasa (7:9) ... Bangsa-bangsa, orang-orang ... Sedang
mulai menjadi dingin : orang-orang miskin ini, yang harus meninggalkan kehidupan-kehidupan mereka, rumah-rumah mereka, orang-orang mereka, desa-desa mereka, di padang gurun ... dan
mereka tinggal di tenda-tenda, mereka merasa kedinginan, tanpa obat-obatan,
lapar ... karena
"manusia tuhan" telah memegang kendali atas ciptaan, atas semua yang baik yang telah Allah lakukan bagi kita. Tetapi siapa yang membayar untuk pesta ini? Mereka membayar. Orang-orang muda, orang-orang miskin, mereka yang dibuang. Dan ini bukan sejarah kuno : ini sedang terjadi hari
ini. ‘Tetapi Bapa, itu
jauh ...’ - Itu di sini juga! Di mana-mana. Itu sedang terjadi hari ini. Saya akan mengatakan lebih banyak : kelihatan bahwa orang-orang ini, anak-anak ini yang lapar, sakit, tampak
tidak diperhitungkan!.. , itu seolah-olah
mereka makhluk yang berbeda, seolah-olah mereka bukan manusia. Dan suatu kumpulan besar
orang banyak ini berada di hadapan Allah dan memohon, ‘Sudilah, keselamatan! Sudilah, kedamaian! Sudilah roti! Sudilah pekerjaan! Sudilah, anak-anak dan para kakek-nenek! Sudilah, orang-orang muda dengan martabat untuk dapat bekerja!'".
Di antara orang-orang ini adalah juga mereka yang dianiaya karena iman mereka, mereka "yang berjubah putih" dalam kutipan pendek Kitab Wahyu : "'Mereka ini adalah orang-orang yang
keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan
membuatnya putih di dalam darah Anak Domba’". "Dan hari ini, tanpa pernyataan berlebih, hari ini pada Hari Raya Semua Orang Kudus saya menginginkan kita memikirkan semua ini,
orang-orang kudus yang tidak dikenal. Orang-orang berdosa seperti kita, yang
lebih buruk dari kita, dihancurkan. Mengenai kumpulan besar orang banyak ini yang berada dalam kesusahan besar : sebagian
besar dunia berada dalam kesusahan. Dan Tuhan menguduskan orang-orang ini, orang-orang berdosa seperti kita, tetapi Ia menguduskan orang-orang ini dalam kesusahan".
Akhirnya, ada gambaran ketiga, "Allah. Yang pertama, kehancuran,
yang kedua, para korban, yang ketiga, Allah. Allah : ‘Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah’, kita dengar dalam Bacaan Kedua (1Yoh 3:1-3), apa yang belum akan terungkap bagi kita. Kita
tahu bahwa ketika ia terungkap kita akan menjadi seperti Dia, karena kita akan melihat Dia yang sesungguhnya', yaitu : harapan. Dan ini adalah berkat dari
Tuhan yang kita masih miliki : harapan. Harapan Ia akan mengasihani umat-Nya,
berbelas
kasih kepada
mereka yang berada dalam kesusahan besar dan iba kepada para perusak sehingga mereka akan bertobat. Jadi, kekudusan Gereja berlanjut : dengan
orang-orang ini, dengan kita, sehingga kita akan melihat Allah yang sesungguhnya. Dan apa seharusnya
sikap kita jika kita ingin
menjadi bagian dari kumpulan besar orang
banyak yang berjalan kepada Bapa ini, dalam dunia penghancuran ini, dalam dunia peperangan ini, dalam dunia kesusahan ini? Sikap kita, sebagaimana kita dengar dalam Injil (Mat 5:1-12a), adalah
sikap Sabda Bahagia. Jalan satu-satunya
itu akan membawa kita kepada perjumpaan dengan Allah. Jalan
satu-satunya itu akan menyelamatkan
kita dari kehancuran, dari menghancurkan Bumi, ciptaan, moralitas, sejarah,
keluarga, segala sesuatu. Jalan itu satu-satunya. Tetapi ia juga akan membawa kita melalui hal-hal buruk. Ia akan membawakan kita kesulitan. Penganiayaan. Tetapi jalan satu-satunya itu akan membawa kita maju. Maka, orang-orang yang sedang menderita ini begitu banyak hari ini oleh karena keegoisan para perusak, para perusak saudara dan saudari kita, orang-orang ini berjuang selanjutnya dengan Sabda Bahagia, berharap
menemukan Alah,
menemukan diri mereka berhadapan muka dengan Tuhan dalam harapan menjadi orang-orang kudus, pada saat perjumpaan terakhir kita dengan-Nya".
"Semoga Tuhan membantu kita dan memberi kita rahmat harapan ini, tetapi juga rahmat keberanian untuk muncul dari seluruh kerusakan, kehancuran, relativisme kehidupan, pengesampingan
orang lain, pengesampingan nilai-nilai, pengesampingan semua yang telah diberikan
Tuhan kepada kita ini : pengesampingan perdamaian. Lepaskanlah kami dari hal ini, dan berilah kami rahmat untuk berjalan dalam harapan menemukan diri kita suatu hari muka dengan muka dengan Dia. Dan harapan ini, saudara dan saudari, tidak mengecewakan".
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.