Bacaan Ekaristi : Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21)
Hari ini kita diingatkan kata-kata berkat yang diucapkan Elizabet
kepada Perawan Maria: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan
diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang
mengunjungi aku?" (Luk 1:42-43).
Berkat ini berada dalam
kesinambungan dengan berkat imami yang telah diberikan Allah kepada Musa
yang diteruskan kepada Harun dan kepada semua orang : "TUHAN memberkati
engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya
dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu
dan memberi engkau damai sejahtera" (Bil 6:24-26). Dalam merayakan Hari
Raya Santa Maria Bunda Allah, Gereja mengingatkan kita bahwa Maria,
lebih dari orang lain, menerima berkat ini. Di dalam dirinya berkat
menemukan pemenuhan, karena tidak ada makhluk lain yang pernah melihat
rupa Allah bersinar atasnya seperti yang terjadi pada Maria. Ia
memberikan rupa manusia kepada Sang Sabda kekal, sehingga kita semua
dapat merenungkan-Nya.
Selain merenungkan rupa Allah, kita juga
bisa memuji-Nya dan memuliakan-Nya, seperti para gembala yang datang
jauh-jauh dari Betlehem, dengan sebuah madah syukur setelah melihat Anak
itu dan ibu-Nya yang masih muda (bdk. Luk 2:16). Keduanya bersama-sama,
seperti mereka bersama-sama di Kalvari, karena Kristus dan ibu-Nya
tidak dapat dipisahkan: ada hubungan yang sangat erat di antara mereka,
sebagaimana ada di antara setiap anak dan ibunya. Daging (caro) Kristus -
yang, seperti dikatakan Tertulianus, adalah sendi (cardo) keselamatan
kita - yang terajut bersama-sama dalam rahim Maria (bdk. Mzm 139:13).
Ketidakterpisahan ini juga jelas dari fakta bahwa Maria, yang dipilih
terlebih dahulu untuk menjadi Bunda Penebus, berbagi secara intim dalam
seluruh perutusan-Nya, berada di samping Putranya hingga akhir di
Kalvari.
Maria begitu erat bersatu dengan Yesus karena ia
menerima dari-Nya pengetahuan hati, pengetahuan iman, yang dipelihara
oleh pengalamannya sebagai seorang ibu dan oleh hubungan dekatnya dengan
Putranya. Santa Perawan adalah perempuan iman yang membuat ruang bagi
Allah dalam hatinya dan rencana-rencananya; ia adalah orang percaya yang
mampu mengartikan dalam karunia Putranya kedatangan "kegenapan waktu"
tersebut (Gal 4:4) yang di dalamnya Allah, dengan memilih jalan hina
keberadaan manusia, masuk secara pribadi ke dalam sejarah keselamatan.
Itu sebabnya Yesus tidak dapat dipahami tanpa ibu-Nya.
Demikian
juga tidak dapat dipisahkan adalah Kristus dan Gereja; keselamatan
dikerjakan oleh Yesus tidak dapat dipahami tanpa menghargai keibuan
Gereja. Memisahkan Yesus dari Gereja akan memperkenalkan sebuah
"dikotomi yang tidak masuk akal", sebagaimana ditulis oleh Beato Paulus
VI (Evangelii Nuntiandi, 16). Tidaklah mungkin "mengasihi Kristus tetapi
tanpa Gereja, mendengarkan Kristus tetapi bukan Gereja, menjadi milik
Kristus tetapi di luar Gereja" (Evangelii Nuntiandi, 16). Karena Gereja
dengan sendirinya adalah keluarga besar Allah, yang membawa Kristus
kepada kita. Iman kita bukanlah sebuah doktrin atau filsafat maya,
tetapi hubungan yang vital dan penuh dengan satu pribadi : Yesus
Kristus, Putra tunggal Allah yang menjadi manusia, dihukum mati, bangkit
dari antara orang mati untuk menyelamatkan kita, dan sekarang hidup di
tengah-tengah kita. Di mana kita bisa menemukan-Nya? Kita menemukan-Nya
di dalam Gereja. Gerejalah yang mengatakan hari ini: "Lihatlah Anak
Domba Allah"; Gerejalah, yang memberitakan-Nya; di dalam Gerejalah di
mana Yesus terus mengerjakan perbuatan-perbuatan rahmat-Nya yang
merupakan sakramen-sakramen.
Ini, kegiatan dan perutusan Gereja,
adalah sebuah ungkapan keibuannya. Karena ia seperti seorang ibu yang
dengan lembut memegang Yesus dan memberikan-Nya kepada semua orang
dengan sukacita dan kemurahan hati. Pengejawantahan Kristus, bahkan yang
paling mistis, tidak dapat pernah terlepas dari daging dan darah
Gereja, dari keberwujudan sejarah Tubuh Kristus. Tanpa Gereja, Yesus
Kristus berakhir sebagai sebuah gagasan, sebuah ajaran moral, sebuah
perasaan. Tanpa Gereja, hubungan kita dengan Kristus akan berada pada
belas kasihan daya khayal kita, penafsiran-penafsiran kita,
suasana-suasana hati kita.
Saudara dan saudari terkasih! Yesus
Kristus adalah berkat bagi setiap laki-laki dan perempuan, dan bagi
semua umat manusia. Gereja, dalam memberikan kita Yesus, menawarkan kita
kepenuhan berkat Tuhan. Inilah tepatnya perutusan umat Allah:
menyebarkan kepada semua orang berkat Allah yang menjadi manusia dalam
diri Yesus Kristus. Dan Maria, murid Yesus yang pertama dan paling
sempurna, model ziarah Gereja, adalah orang yang membuka jalan bagi
keibuan Gereja dan terus-menerus menopang perutusan keibuan bagi seluruh
umat manusia. Kesaksian keibuan Maria yang bijak telah menyertai Gereja
sejak permulaan. Ia, Bunda Allah, juga Bunda Gereja, dan melalui
Gereja, ibu dari semua laki-laki dan perempuan, dan ibu dari setiap
orang.
Semoga ibu yang lembut dan penuh kasih ini mendapatkan
bagi kita berkat Tuhan atas seluruh umat manusia. Tentang hal ini, Hari
Perdamaian Sedunia, kita sangat memohon pengantaraannya agar Tuhan sudi
memberikan perdamaian di zaman kita; perdamaian dalam hati,perdamaian
dalam keluarga-keluarga, perdamaian di antara bangsa-bangsa. Pesan untuk
Hari Perdamaian Sedunia tahun ini adalah "Tidak Ada Lagi Budak, tetapi Saudara
dan Saudari". Kita semua dipanggil untuk menjadi bebas, semua dipanggil
untuk menjadi putra dan putri, dan masing-masing, sesuai dengan tanggung
jawabnya, dipanggil untuk memerangi bentuk-bentuk modern dari
perbudakan. Dari setiap orang, budaya dan agama, marilah kita
menggabungkan kekuatan kita. Semoga Ia membimbing dan mendukung kita,
yang, dalam rangka menjadikan kita semua saudara dan saudari, menjadi
pelayan kita.
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.