Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH 1 Januari 2015


Bacaan Ekaristi : Bil 6:22-27; Gal 4:4-7; Luk 2:16-21)

Hari ini kita diingatkan kata-kata berkat yang diucapkan Elizabet kepada Perawan Maria: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?" (Luk 1:42-43).

Berkat ini berada dalam kesinambungan dengan berkat imami yang telah diberikan Allah kepada Musa yang diteruskan kepada Harun dan kepada semua orang : "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera" (Bil 6:24-26). Dalam merayakan Hari Raya Santa Maria Bunda Allah, Gereja mengingatkan kita bahwa Maria, lebih dari orang lain, menerima berkat ini. Di dalam dirinya berkat menemukan pemenuhan, karena tidak ada makhluk lain yang pernah melihat rupa Allah bersinar atasnya seperti yang terjadi pada Maria. Ia memberikan rupa manusia kepada Sang Sabda kekal, sehingga kita semua dapat merenungkan-Nya.


Selain merenungkan rupa Allah, kita juga bisa memuji-Nya dan memuliakan-Nya, seperti para gembala yang datang jauh-jauh dari Betlehem, dengan sebuah madah syukur setelah melihat Anak itu dan ibu-Nya yang masih muda (bdk. Luk 2:16). Keduanya bersama-sama, seperti mereka bersama-sama di Kalvari, karena Kristus dan ibu-Nya tidak dapat dipisahkan: ada hubungan yang sangat erat di antara mereka, sebagaimana ada di antara setiap anak dan ibunya. Daging (caro) Kristus - yang, seperti dikatakan Tertulianus, adalah sendi (cardo) keselamatan kita - yang terajut bersama-sama dalam rahim Maria (bdk. Mzm 139:13). Ketidakterpisahan ini juga jelas dari fakta bahwa Maria, yang dipilih terlebih dahulu untuk menjadi Bunda Penebus, berbagi secara intim dalam seluruh perutusan-Nya, berada di samping Putranya hingga akhir di Kalvari.

Maria begitu erat bersatu dengan Yesus karena ia menerima dari-Nya pengetahuan hati, pengetahuan iman, yang dipelihara oleh pengalamannya sebagai seorang ibu dan oleh hubungan dekatnya dengan Putranya. Santa Perawan adalah perempuan iman yang membuat ruang bagi Allah dalam hatinya dan rencana-rencananya; ia adalah orang percaya yang mampu mengartikan dalam karunia Putranya kedatangan "kegenapan waktu" tersebut (Gal 4:4) yang di dalamnya Allah, dengan memilih jalan hina keberadaan manusia, masuk secara pribadi ke dalam sejarah keselamatan. Itu sebabnya Yesus tidak dapat dipahami tanpa ibu-Nya.

Demikian juga tidak dapat dipisahkan adalah Kristus dan Gereja; keselamatan dikerjakan oleh Yesus tidak dapat dipahami tanpa menghargai keibuan Gereja. Memisahkan Yesus dari Gereja akan memperkenalkan sebuah "dikotomi yang tidak masuk akal", sebagaimana ditulis oleh Beato Paulus VI (Evangelii Nuntiandi, 16). Tidaklah mungkin "mengasihi Kristus tetapi tanpa Gereja, mendengarkan Kristus tetapi bukan Gereja, menjadi milik Kristus tetapi di luar Gereja" (Evangelii Nuntiandi, 16). Karena Gereja dengan sendirinya adalah keluarga besar Allah, yang membawa Kristus kepada kita. Iman kita bukanlah sebuah doktrin atau filsafat maya, tetapi hubungan yang vital dan penuh dengan satu pribadi : Yesus Kristus, Putra tunggal Allah yang menjadi manusia, dihukum mati, bangkit dari antara orang mati untuk menyelamatkan kita, dan sekarang hidup di tengah-tengah kita. Di mana kita bisa menemukan-Nya? Kita menemukan-Nya di dalam Gereja. Gerejalah yang mengatakan hari ini: "Lihatlah Anak Domba Allah"; Gerejalah, yang memberitakan-Nya; di dalam Gerejalah di mana Yesus terus mengerjakan perbuatan-perbuatan rahmat-Nya yang merupakan sakramen-sakramen.

Ini, kegiatan dan perutusan Gereja, adalah sebuah ungkapan keibuannya. Karena ia seperti seorang ibu yang dengan lembut memegang Yesus dan memberikan-Nya kepada semua orang dengan sukacita dan kemurahan hati. Pengejawantahan Kristus, bahkan yang paling mistis, tidak dapat pernah terlepas dari daging dan darah Gereja, dari keberwujudan sejarah Tubuh Kristus. Tanpa Gereja, Yesus Kristus berakhir sebagai sebuah gagasan, sebuah ajaran moral, sebuah perasaan. Tanpa Gereja, hubungan kita dengan Kristus akan berada pada belas kasihan daya khayal kita, penafsiran-penafsiran kita, suasana-suasana hati kita.

Saudara dan saudari terkasih! Yesus Kristus adalah berkat bagi setiap laki-laki dan perempuan, dan bagi semua umat manusia. Gereja, dalam memberikan kita Yesus, menawarkan kita kepenuhan berkat Tuhan. Inilah tepatnya perutusan umat Allah: menyebarkan kepada semua orang berkat Allah yang menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Dan Maria, murid Yesus yang pertama dan paling sempurna, model ziarah Gereja, adalah orang yang membuka jalan bagi keibuan Gereja dan terus-menerus menopang perutusan keibuan bagi seluruh umat manusia. Kesaksian keibuan Maria yang bijak telah menyertai Gereja sejak permulaan. Ia, Bunda Allah, juga Bunda Gereja, dan melalui Gereja, ibu dari semua laki-laki dan perempuan, dan ibu dari setiap orang.

Semoga ibu yang lembut dan penuh kasih ini mendapatkan bagi kita berkat Tuhan atas seluruh umat manusia. Tentang hal ini, Hari Perdamaian Sedunia, kita sangat memohon pengantaraannya agar Tuhan sudi memberikan perdamaian di zaman kita; perdamaian dalam hati,perdamaian dalam keluarga-keluarga, perdamaian di antara bangsa-bangsa. Pesan untuk Hari Perdamaian Sedunia tahun ini adalah "Tidak Ada Lagi Budak, tetapi Saudara dan Saudari". Kita semua dipanggil untuk menjadi bebas, semua dipanggil untuk menjadi putra dan putri, dan masing-masing, sesuai dengan tanggung jawabnya, dipanggil untuk memerangi bentuk-bentuk modern dari perbudakan. Dari setiap orang, budaya dan agama, marilah kita menggabungkan kekuatan kita. Semoga Ia membimbing dan mendukung kita, yang, dalam rangka menjadikan kita semua saudara dan saudari, menjadi pelayan kita.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.