Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA UNTUK PARA KORBAN BENCANA TOPAN YOLANDA 17 Januari 2015 : DALAM SELURUH PENCOBAAN KITA, TUHAN BERJALAN MENDAHULUI KITA

Bacaan Ekaristi : Ibr 4:12-16; Mrk 2:13-17

Paus Fransiskus merayakan Misa di landasan bandara Kota Tacloban, Pulau Leyte, Filipina, pada Sabtu pagi, 17 Januari 2015. Sekitar 500 ribu orang yang menerjang angin kencang dan kerap kali hujan lebat ambil bagian dalam Misa. Menyisipkan kata-kata pada teks yang sudah dipersiapkannya untuk homili, Bapa Suci berbicara dalam bahasa Spanyol kepada umat yang berkumpul. Berikut adalah terjemahan homili Bapa Suci dalam Misa tersebut.
********************

[Dalam bahasa Inggris] Jika Anda mengizinkan saya, saya lebih memilih hari ini berbicara dalam bahasa Spanyol. Saya mempunyai seorang penerjemah, seorang penerjemah yang baik. Bolehkah saya melakukan hal ini? Bolehkah Saya? [tepuk tangan] Terima kasih banyak.

[Terjemahan serentak]
Bacaan pertama yang kita dengar mengatakan bahwa kita memiliki seorang Imam Agung yang mampu bersimpati dengan kelemahan-kelemahan kita, orang yang sama seperti kita telah dicobai dalam segala hal tetapi tanpa dosa. Yesus seperti kita. Yesus hidup seperti kita. Ia sama seperti kita dalam segala hal, kecuali dosa.

Karena Ia tidak berdosa, tetapi menjadi lebih seperti kita, Ia mengambil keadaan kita dan dosa kita. Ia menjadikan diri-Nya kepada dosa. Inilah apa yang diberitahukan Paulus kepada kita. Dan Yesus selalu mendahului kita. Dan ketika kita melalui dan mengalami sebuah salib, Ia melalui di sana mendahului kita. Dan jika hari ini kita menemukan diri kita 14 bulan sesudahnya di sini, 14 bulan tepatnya setelah topan Yolanda melanda, itu karena kita memiliki keamanan mengetahui bahwa kita tidak sedang akan melemahkan iman kita karena Yesus telah di sana mendahului kita. [tepuk tangan] Dalam sengsara-Nya, Ia mengambil semua penderitaan kita.

Saya ingin memberitahu Anda sesuatu yang dekat dengan hati saya. Ketika saya melihat, dari Roma, bencana alam itu, saya merasa bahwa saya harus berada di sini. [tepuk tangan]

Dan pada hari-hari ini juga, saya memutuskan untuk datang ke sini [tepuk tangan].

Saya berada di sini bersama Anda. Sedikit terlambat, saya harus mengatakan, tetapi saya berada di sini [tepuk tangan].

Saya datang untuk memberitahu Anda bahwa Yesus adalah Tuhan, bahwa Ia tidak pernah membiarkan kita kecewa. "Bapa", Anda mungkin berkata kepada saya, "Saya kecewa karena saya sudah kehilangan begitu banyak hal, saya kehilangan rumah saya, mata pencaharian saya, keluarga saya. Saya telah sakit". Memang benar jika Anda akan mengatakan hal itu. Dan saya menghormati perasaan-perasaan itu. Tetapi Yesus di sana dipaku pada salib [menunjukkan salib]. Dan dari sana, Ia tidak mengecewakan kita. [tepuk tangan]

Ia dinobatkan sebagai Tuhan di atas singgasana itu dan di sana Ia mengalami semua malapetaka yang kita alami. Yesus adalah Tuhan. Dan Ia adalah Tuhan dari salib. Ia berada di sana untuk Anda. Oleh karena itu Ia mampu memahami kita, seperti yang kita dengar dalam bacaan pertama. Dalam segala hal, sama seperti kita. Itulah sebabnya kita memiliki Tuhan yang mampu menangis bersama kita, yang mampu berjalan bersama kita di saat-saat paling sulit kehidupan.

Begitu banyak dari Anda telah kehilangan segalanya. Saya tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada Anda. Tetapi Tuhan sungguh mengetahui apa yang harus dikatakan kepada Anda. Beberapa dari Anda kehilangan bagian keluarga-keluarga Anda. Yang bisa saya lakukan adalah hening. Dan saya berjalan bersama Anda semua dengan hati saya yang hening.

Banyak dari Anda telah bertanya kepada Tuhan, "Mengapa Tuhan?" Dan kepada Anda masing-masing, kepada hati Anda, Kristus menjawab dari hati-Nya di atas kayu salib.

Saya tidak punya kata-kata lagi untuk memberitahu Anda. Mari kita lihat kepada Kristus. Dia adalah Tuhan. Dan dia mengerti kita karena ia menjalani semua cobaan yang kita, bahwa Anda telah mengalami.

Saya tidak punya kata-kata lagi untuk memberitahu Anda. Mari kita memandang Kristus. Ia adalah Tuhan. Dan Ia memahami kita karena Ia menjalani semua cobaan yang kita, yang Anda telah alami.

Dan di samping salib ada ibu-Nya. Kita seperti anak kecil ini persis ada di sana, yang pada saat-saat ketika kita memiliki begitu banyak penderitaan, ketika kita tidak lagi mengerti apa-apa, yang bisa kita lakukan adalah menggenggam erat tangannya, dan mengatakan, Mama, seperti yang dilakukan seorang anak kepada ibunya ketika ia merasa takut. Hal ini mungkin satu-satunya kata yang bisa kita katakan di masa-masa sulit tersebut : Ibu, Mama.

Mari kita bersama-sama mengheningkan cipta. Mari kita memandang Kristus di kayu salib. Ia memahami kita karena Ia mengalami segalanya. Dan mari kita memandang ibu kita, dan seperti anak kecil itu, mari kita menggenggam erat mantelnya, dan dengan hati yang tulus, mengatakan Ibu. Dalam keheningan, mari kita mengucapkan doa ini. Mengucapkan kepada ibu apa yang Anda rasakan di dalam hati Anda.

[hening]
Kita tidak sendirian. Marilah kita memahami bahwa kita memiliki seorang ibu Maria, saudara besar kita, Yesus. Kita tidak sendirian. Dan kita juga memiliki banyak saudara yang pada saat bencana alam ini datang untuk membantu Anda. Dan kita juga, oleh karena hal ini, kita semakin merasa saudara dan saudari karena kita saling membantu.

Ini adalah apa yang datang dari hati saya dan maafkan saya jika saya tidak memiliki kata-kata lain untuk mengungkapkan hal ini.

Tetapi tolong dipahami bahwa Yesus tidak pernah mengecewakan Anda. Tolong dipahami bahwa kasih dan kelembutan Bunda Maria tidak pernah mengecewakan Anda. Dan berpegang pada mantelnya dan dengan kekuatan yang datang dari kasih Yesus di kayu salib, mari kita bergerak ke depan, selalu ke depan. Dan berjalan bersama sebagai saudara dan saudari dalam Tuhan, ke depan.

[Dalam bahasa Inggris] Terima kasih banyak.

[Setelah Komuni, Paus Fransiskus menambahkan sebuah doa dalam bahasa Spanyol. Berikut adalah terjemahan serentak yang diberikan oleh penerjemahnya]

Kami baru saja merayakan sengsara, wafat, dan kebangkitan Kristus. Yesus mendahului kami. Ia pergi ke sana mendahului kami di perjalanan. Dan Ia menyertai kami setiap kali kami datang bersama-sama untuk berdoa dan merayakan. Syukur kepada Tuhan karena hari ini berada bersama kami. Syukur kepada Tuhan karena berbagi dalam penderitaan kami. Syukur kepada Tuhan karena memberi kami harapan. Syukur kepada Tuhan karena belas kasih-Mu yang besar. Syukur kepada Tuhan karena Engkau ingin menjadi seperti salah seorang dari kami. Syukur kepada Tuhan karena Engkau selalu dekat dengan kami bahkan di saat-saat salib. Syukur kepada Tuhan karena memberi kami harapan. Tuhan, semoga harapan tidak pernah dirampok dari kami, diambil dari kami. Syukur kepada Tuhan karena di saat-saat kegelapan terbesar dalam hidup-Mu, di kayu salib, Engkau ingat kami dan Engkau meninggalkan kami seorang ibu, ibu-Mu. Syukur kepada Tuhan karena tidak meninggalkan kami sebagai anak yatim piatu.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.