Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 5 Februari 2015 : HAMBA-HAMBA KERAJAAN

Bacaan Ekaristi : Ibr 12:18-19,21-24; Mrk 6:7-13

Gereja harus mewartakan Injil "dalam kemiskinan" dan umat yang mewartakannya harus memiliki satu-satunya tujuan meringankan penderitaan orang miskin, tidak pernah melupakan bahwa pelayanan ini adalah karya Roh Kudus, bukan karya tangan manusia. Itulah pernyataan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 5 Februari 2015 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus kembali ke salah satu gambaran favoritnya tentang Gereja - yaitu tentang sebuah rumah sakit darurat - yang diilhami oleh Injil hari itu, yang di dalamnya Yesus mengutus murid-murid-Nya keluar, berdua-dua, ke desa-desa untuk memberitakan, menyembuhkan orang sakit dan mengusir "roh-roh jahat".

Paus Fransiskus mengatakan bahwa ada banyak yang "terluka" menunggu di lorong-lorong Gereja seorang pelayan Kristus untuk menyembuhkan, mengangkat dan membebaskan mereka dari setan-setan yang mengganggu mereka. Beliau menambahkan bahwa para pelayan Kristus harus selalu ingat, bagaimanapun juga, bahwa mereka adalah "hamba-hamba Kerajaan" yang sederhana.

Paus Fransiskus merenungkan penjelasan Yesus tentang sikap yang harus dimiliki murid-murid-Nya ketika Ia mengutus mereka di antara orang-orang. Mereka harus menjadi orang-orang dengan tanpa jumbai-jumbai terpasang - "tanpa makanan, tanpa karung, tanpa uang dalam ikat pinggang mereka", Ia mengatakan kepada mereka - karena Injil, "harus diwartakan dalam kemiskinan" karena "keselamatan bukanlah teologi kemakmuran". Ia semata-mata dan hanya "kabar baik" pembebasan yang dibawa kepada semua orang yang tertindas:

"Ini adalah perutusan Gereja: Gereja yang menyembuhkan, yang peduli [pada orang-orang]. Saya kadang-kadang menggambarkan Gereja sebagai sebuah rumah sakit darurat. Benar, ada banyak yang terluka, berapa banyak yang terluka! Berapa banyak orang yang membutuhkan luka-luka mereka disembuhkan! Ini adalah perutusan Gereja: menyembuhkan hati yang terluka, membuka pintu, membebaskan [orang-orang], mengatakan bahwa Allah baik, Allah mengampuni semua orang, bahwa Allah adalah Bapa kita, Allah lembut, bahwa Allah selalu sedang menunggu kita ...".

Paus Fransiskus memperingatkan bahwa mengalihkan perhatian dari sifat penting pewartaan ini menciptakan resiko kekeliruan penggambaran perutusan Gereja dan kehilangan pandangan satu-satunya hal penting itu : membawa Kristus kepada orang miskin, orang buta, para tahanan:

"Memang benar, kita harus membantu dan menciptakan organisasi-organisasi yang membantu dalam hal ini: ya, karena Tuhan memberi kita karunia-karunia untuk ini. Tetapi ketika kita melupakan perutusan ini, melupakan kemiskinan, melupakan semangat kerasulan dan sebagai gantinya, menaruh harapan kita dalam upaya-upaya [manusiawi] ini, Gereja perlahan-lahan tergelincir ke menjadi sebuah lembaga swadaya masyarakat, ia menjadi sebuah organisasi yang indah: penuh kuasa, tetapi tidak bersifat injili, karena ia kekurangan semangat, kemiskinan itu, kekuatan untuk menyembuhkan itu".

Paus Fransiskus menyimpulkan bahwa para murid pulang "bahagia" dari perutusan mereka dan Yesus membawa mereka bersama-Nya "untuk beristirahat sementara waktu". Namun, Paus Fransiskus menekankan ...

"... Ia tidak mengatakan kepada mereka: 'Betapa luar biasanya kamu, sekarang tentang perutusan kamu berikutnya kamu harus lebih terorganisir ...'. Hanya: Ketika kamu telah melakukan semua yang harus kamu lakukan, katakankanlah kepada dirimu: 'Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna'. Ini adalah rasul. Dan apa yang akan menjadi pujian yang paling indah bagi seorang rasul?. 'Ia seorang pekerja Kerajaan, seorang pekerja Kerajaan'. Ini adalah pujian teragung, karena itu berarti ia telah memilih jalan pewartaan Yesus: Ia pergi untuk menyembuhkan, untuk menjaga, untuk memberitakan kabar baik ini dan tahun rahmat ini. Maka orang-orang menemukan kembali Sang Bapa, untuk mendorong perdamaian di hati orang-orang".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.