Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PALMA 29 April 2015 : JALAN ALLAH, JALAN YESUS DAN JALAN ORANG KRISTIANI ADALAH KERENDAHAN HATI, TIDAK JALAN LAIN

Bacaan Ekaristi : Yes 50:4-7; Flp 2:6-11; Mrk. 14:1-15:47

Jantung perayaan ini, yang tampaknya begitu meriah, adalah kata-kata yang kita dengar dalam himne Surat kepada jemaat di Filipi: "Ia telah merendahkan diri-Nya" (2:8). Perendahan diri Yesus.

Kata-kata ini menunjukkan kepada kita jalan Allah dan jalan orang-orang Kristiani : jalan adalah kerendahan hati. Jalan yang terus-menerus menakjubkan dan mengganggu kita : kita tidak akan pernah terbiasa dengan seorang Allah yang rendah hati!

Kerendahan hati terutama adalah jalan Allah: Allah merendahkan diri-Nya untuk berjalan bersama umat-Nya, untuk menerima dengan sabar ketidaktaatan mereka. Hal ini jelas ketika kita membaca Kitab Keluaran. Betapa memalukan bagi Tuhan mendengar semua sungut-sungut itu, mereka semua mengeluh terhadap Musa, tetapi akhirnya menentang dia, Bapa mereka, yang membawa mereka keluar dari perbudakan dan memimpin mereka dalam perjalanan melalui padang gurun ke tanah kebebasan.

Pekan ini, Pekan Suci, yang membawa kita menuju Paskah, kita akan mengambil jalan perendahan diri Yesus ini. Hanya dengan jalan ini pekan ini akan menjadi "kudus" bagi kita juga!

Kita akan merasakan hinaan para pemimpin umat-Nya dan upaya-upaya mereka untuk menangkap-Nya. Kita akan berada di sana pada pengkhianatan Yudas, salah satu dari Kelompok Dua Belas, yang akan menjual-Nya untuk tiga puluh keping perak. Kita akan melihat Tuhan ditangkap dan dibawa seperti seorang penjahat; yang ditinggalkan oleh murid-murid-Nya, yang diseret di hadapan Mahkamah Agama, yang dihukum mati, yang dipukuli dan dihina. Kita akan mendengar Petrus, sang "batu karang" di antara murid-murid, menyangkal Dia tiga kali. Kita akan mendengar teriakan orang banyak, yang dihasut oleh para pemimpin mereka, yang menuntut agar Barabas dibebaskan dan Yesus disalibkan. Kita akan melihat-Nya diejek oleh para serdadu, dikenakan jubah ungu dan dimahkotai duri. Dan kemudian, saat Ia membuat jalan-Nya yang menyedihkan di bawah salib, kita akan mendengar ejekan orang-orang dan para pemimpin mereka, yang mengejek-Nya sebagai Raja dan Putra Allah.

Ini adalah jalan Allah, jalan kerendahan hati. Ini adalah jalan Yesus; tidak ada jalan lain. Dan tidak ada kerendahan hati tanpa perendahan diri.

Mengikuti jalan ini menuju kepenuhan, Putra Allah mengambil "rupa seorang hamba" (bdk. Flp 2:7). Pada akhirnya, kerendahan hati berarti pelayanan. Ini berarti membuat ruang bagi Allah dengan penelanjangan diri, "pengosongan diri", sebagaimana dikatakan Alkitab (ayat 7). Ini adalah perendahan diri yang teragung dari seluruh perendahan diri.

Tetapi, ada jalan lain yang bertentangan dengan jalan Kristus. Itu adalah keduniawian, jalan dunia. Dunia mengusulkan jalan kesombongan, kebanggaan, keberhasilan ... jalan lain. Si Jahat mengusulkan jalan ini kepada Yesus juga, selama empat puluh hari-Nya di padang gurun. Tetapi Yesus segera menolaknya. Bersama Dia, kita juga dapat mengatasi godaan ini, tidak hanya pada saat-saat penting, tetapi dalam kehidupan sehari-hari juga.

Dalam hal ini, kita dibantu dan dihibur oleh teladan dari begitu banyak pria dan wanita yang, dalam keheningan dan ketersembunyian, mengorbankan diri mereka setiap hari untuk melayani orang lain : seorang kerabat yang sakit, seorang lansia yang tinggal sendirian, seorang cacat ...

Kita memikirkan juga perendahan diri yang dialami oleh semua orang yang, karena hidup kesetiaan mereka kepada Injil, menghadapi diskriminasi dan membayar sebuah harga pribadi. Kita memikirkan juga saudara dan saudari kita yang dianiaya karena mereka adalah orang-orang Kristiani, para martir zaman kita. Mereka menolak untuk menyangkal Yesus dan mereka bertahan dihina dan dilcederai martabatnya. Mereka mengikuti Dia di jalan-Nya. Kita bisa berbicara tentang sebuah "awan para saksi" (Ibr 12:1).

Mari kita memulai dengan tekad di sepanjang jalan yang sama ini, dengan kasih yang besar bagi Dia, Tuhan dan Juruselamat kita. Kasih akan membimbing kita dan memberi kita kekuatan. Sebab di mana Ia berada, kita juga harus berada (Yoh 12:26). Amin.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.