Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA HARI MINGGU PASKAH II (HARI MINGGU KERAHIMAN ILAHI) 12 April 2015

Bacaan Ekaristi : Kis 4:32-35; 1Yoh 5:1-6; Yoh 20:19-31

Paus Fransiskus merayakan Misa Hari Minggu Paskah II di Basilika Santo Petrus, Vatikan pada hari Minggu pagi 12 April 2015. Hari Minggu Paskah II bertepatan dengan Oktaf Paskah dan merupakan Hari Minggu Kerahiman Ilahi, serta kadang-kadang disebut juga Hari Minggu Quasimodo. Dalam Misa tersebut Paus Fransiskus mengumumkan Santo Gregorius dari Narek, seorang biarawan dan mistikus Armenia abad 10, sebagai Pujangga Gereja. Misa juga menandai peringatan 100 tahun awal rezim Medz Yeghern, yang di dalamnya sebanyak 1,5 juta orang Armenia tewas di bawah Kekaisaran Ottoman. Berikut adalah homili Bapa Suci dalam Misa tersebut.
***************

Santo Yohanes, yang berada di Ruang Atas bersama murid-murid lain pada malam hari pertama setelah hari Sabat, mengatakan kepada kita bahwa Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka, dan berkata, "Damai sejahtera bagi kamu!" dan Ia menunjukkan mereka tangan-Nya dan lambung-Nya (Yoh 20:19-20); Ia menunjukkan luka-luka-Nya. Dan dengan cara ini mereka menyadari bahwa itu bukan sebuah penglihatan : itu benar-benar Dia, Tuhan, dan mereka dipenuhi dengan sukacita.

Pada hari kedelapan Yesus datang kembali ke ruang atas dan menunjukkan luka-luka-Nya kepada Tomas, sehingga ia bisa menyentuh luka-luka tersebut seperti yang ia inginkan, agar percaya dan dengan demikian menjadikan dirinya seorang saksi kebangkitan.

Kepada kita juga, pada hari Minggu ini yang ingin didedikasikan oleh Santo Yohanes Paulus II untuk Kerahiman Ilahi, Tuhan menunjukkan kita, melalui Injil, luka-luka-Nya. Luka-luka tersebut adalah luka-luka kerahiman. Memang benar: luka-luka Yesus adalah luka-luka kerahiman.

Yesus mengajak kita untuk memperhatikan luka-luka ini, untuk menyentuh mereka seperti yang dilakukan Tomas, untuk menyembuhkan kurangnya kepercayaan kita. Terutama, Ia mengajak kita untuk masuk ke dalam misteri luka-luka tersebut, yang merupakan misteri kasih-Nya yang penuh kerahiman.

Melalui luka-luka tersebut, seperti dalam sebuah pembukaan penuh cahaya, kita bisa melihat seluruh misteri Kristus dan misteri Allah: sengsara-Nya, kehidupan duniawi-Nya - penuh dengan kasih sayang bagi yang lemah dan sakit - penjelmaan-Nya dalam rahim Maria. Dan kita bisa menelusuri seluruh sejarah keselamatan : nubuat-nubuat - terutama tentang Hamba Tuhan, Mazmur, Hukum dan Perjanjian; pembebasan dari Mesir, Paskah pertama dan darah anak domba yang disembelih; dan sekali lagi dari para leluhur hingga Abraham, dan kemudian sepanjang jalan balik kepada Habel, yang darahnya berteriak dari bumi. Semua ini bisa kita lihat dalam luka-luka Yesus, yang disalibkan dan bangkit; bersama Maria, dalam Magnificat-nya, kita dapat mengetahui bahwa, "kerahiman-Nya terentang dari generasi ke generasi" (bdk. Luk 1:50).

Menghadapi peristiwa-peristiwa tragis sejarah manusia kadang-kadang kita bisa merasa hancur, bertanya kepada diri kita sendiri, "Mengapa?". Kejahatan umat manusia dapat muncul di dunia sepertisebuah jurang, sebuah kekosongan besar: kehampaan kasih, kehampaan kebaikan, kehampaan hidup. Dan maka kita bertanya: bagaimana kita bisa mengisi jurang ini? Bagi kita itu tidak mungkin; hanya Allah yang dapat mengisi kekosongan ini yang dibawa kejahatan kepada hati kita dan kepada sejarah manusia. Yesuslah, Allah yang menjadi manusia, yang wafat di kayu salib dan yang mengisi jurang dosa dengan kedalaman kerahiman-Nya.

Santo Bernardus, dalam salah satu komentar-komentarnya tentang Kidung dari Kidung-kidung (Khotbah 61,3-5: Opera Omnia, 2, 150-151), merenungkan dengan tepat misteri luka-luka Tuhan, dengan menggunakan dengan kuat dan bahkan dengan berani ungkapan-umgkapan yang ada baiknya kita ulang hari ini. Ia mengatakan bahwa "melalui luka-luka suci ini kita bisa melihat rahasia hati [Kristus], misteri agung kasih, ketulusan kerahiman-Nya yang dengannya Ia mengunjungi kita dari atas".

Saudara dan saudari, perhatikanlah jalan yang telah Allah buka bagi kita untuk akhirnya keluar dari perbudakan dosa dan kematian, dan dengan demikian masuk ke dalam tanah kehidupan dan damai sejahtera. Yesus, yang disalibkan dan bangkit, adalah jalan dan luka-luka-Nya teristimewa penuh kerahiman.

Para kudus mengajarkan kita bahwa dunia berubah dimulai dengan pertobatan hati kita, dan bahwa hal ini terjadi melalui kerahiman Allah. Dan maka, jika dihadapkan dengan dosa-dosa saya sendiri atau tragedi-tragedi besar dunia, "hati nuraniku akan tertekan, tetapi ia tidak akan berada dalam kekacauan, karena aku akan mengingat luka-luka Tuhan : 'ia tertikam oleh karena kejahatan-kejahatan kita' (Yes 53:5). Apakah dosa yang ada begitu mematikan sehingga ia tidak bisa diampuni oleh kematian Kristus?" (idem).

Menjaga pandangan kita pada luka-luka Yesus yang bangkit, kita bisa menyanyi bersama Gereja: "kasih-Nya untuk selama-lamanya" (Mzm 117:2); kekal adalah kerahiman-Nya. Dan dengan kata-kata ini yang berkesan pada hati kita, mari kita berangkat di sepanjang jalan sejarah, yang dipimpin oleh tangan Tuhan dan Juruselamat kita, kehidupan kita dan harapan kita.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.