Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 Mei 2015 : GEREJA ADALAH TENTANG KESATUAN, BUKAN MEMBENTUK PENDEKATAN-PENDEKATAN UNTUK MENANG

Bacaan Ekaristi : Kis 15:22-31; Yoh 15:12-17

Pada Pesta Bunda Maria dari of Lujan, Santa Pelindung Argentina, Paus Fransiskus mempersembahkan Misa harian Jumat pagi 8 Mei 2015 di Kapel Domus Sanctae Marthae, Vatikan, untuk tanah airnya. Beliau berdoa agar kita tahu bagaimana mengikuti gerakan-gerakan yang dibangkitkan oleh Roh Kudus dalam diri kita masing-masing dan di seluruh Gereja : gerakan-gerakan yang dalam penampilannya tampak menyebabkan kebingungan tetapi selalu menyebabkan kesatuan.

Pada awal homilinya, Paus Fransiskus mengingatkan bagaimana "Yesus menjanjikan kepada para murid-Nya Roh Kudus dan mengatakan bahwa Roh Kudus akan mengajar mereka banyak hal dan akan mengingatkan mereka tentang hal-hal yang Ia ajarkan kepada mereka". Dengan demikian, "sejak saat pertama Roh Kudus datang, hari sesungguhnya kedatangan-Nya, Ia mulai menggerakkan perairan : Ia memulai sebuah gerakan dalam Gereja". Para murid, di pihak mereka sendiri, "tertutup, sedikit takut, tetapi Ia memulai sebuah gerakan : mereka pergi keluar dan Petrus memberi wejangannya kepada orang-orang untuk pertama kalinya".

Kata-kata Petrus, Paus Fransiskus menjelaskan, "terdengar oleh setiap orang dalam bahasa mereka sendiri : setiap orang dalam bahasa mereka sendiri". Setelah mendengarkan kata-kata tersebut, banyak orang "bertobat dan pergi keluar di seluruh negeri dengan berita ini: Yesus hidup, Tuhan telah bangkit". Oleh karena itu, "gerakan menuju dunia ini dimulai". Dan itulah yang Rasul Filipus "juga lakukan dengan menteri ekonomi" dari Etiopia, yang adalah seorang Yahudi, seorang Yahudi proselit : ia memberinya pesan Yesus, ia membaptis dia dan kembali ke negerinya untuk memberitakan Injil".

Paus Fransiskus menelusuri langkah-langkah pertama evangelisasi yang dikisahkan dalam Kisah Para Rasul ini. "Para Rasul - beliau berkata - mulai berkhotbah di Yerusalem dan, setelah penyembuhan orang lumpuh, yang mengemis" di depan pintu Bait Allah yang disebut "Indah", Petrus dan Yohanes "dipanggil untuk dihakimi dan dirajam: penganiayaan dimulai". Dan dengan demikian, "setelah kematian Stefanus, gerakan lain meletus ke tempat kejadian perkara : penganiayaan-penganiayaan".

Pada titik ini, beliau berkata, "masalah lain" muncul. Yaitu, para murid pertama, Paulus dan Petrus, berangkat untuk memberitakan menuju "orang-orang Yahudi, tetapi mereka menemukan orang-orang kafir di sana juga". Dan "Petrus adalah yang pertama, karena ia pergi ke rumah Kornelius". Di sanalah "gerakan lain dimulai dalam Gereja dan Petrus, sang kepala, dikritik karenanya. 'Ini adalah bidaah, ia masuk rumah seorang kafir, itu najis!'". Dan Petrus "merasakan kurangnya kepercayaan dari beberapa orang dalam jemaat". Ini adalah "gerakan-gerakan di dalam Gereja; gerakan-gerakan kelompok-kelompok yang memiliki sudut pandang yang berbeda".

Sementara pada bagiannya, "Paulus mulai memberitakan pertobatan kepada orang-orang kafir juga dan mereka mendengar berita indah ini dan bertobat". Namun, ada sebuah kelompok yang "tertutup, tidak mengerti", diulang : "Bukan, bukan orang-orang kafir!". Tiba ke titik perajaman Paulus dan meninggalkan dia supaya mati. "Mereka mencari pertolongan di antara kekuatan-kekuatan masyarakat ... Di Antiokhia mereka pergi kepada bangsawan perempuan yang saleh dan laki-laki yang mulia dalam upaya untuk menggerakkan mereka melawan para rasul".

Paus Fransiskus melanjutkan: "Dengan demikian kita sampai ke titik dalam Bab 15 dari Kisah Para Rasul (22-31) di mana perairan Antiokhia digerakkan, karena sekelompok orang-orang Kristen, yang sangat terikat dengan hukum Yahudi, ingin memaksakan cara-cara Ibrani pada orang-orang Kristen baru sebelum membaptis mereka: misalnya, sunat". Tetapi "Paulus mengatakan tidak". Ini "memicu sebuah pertengkaran di antara mereka, perairan sedang bergerak". Kita membaca, pada kenyataannya, bahwa ada perdebatan hidup yang terjadi. "Mereka berdebat dengan penuh semangat, karena ada sebuah kesepakatan gerakan yang besar", Paus Fransiskus menjelaskan. "Bagaimana mereka mengatasi masalah tersebut? Mereka berkumpul dan saling memberi penilaiannya masing-masing, menawarkan pendapatnya masing-masing; mereka membahas, tetapi seperti saudara bukan musuh: mereka tidak membuat kesepakatan luar apapun untuk menang; mereka tidak pergi ke para penguasa sipil untuk memaksakan diri mereka; mereka tidak membunuh untuk keuntungan: mereka mencari sebuah jalan doa dan dialog". Dan mereka berdialog dengan orang-orang yang berlawanan sisi dan menemukan sebuah kesepakatan : ini adalah karya Roh Kudus".

Bab 15 dari Kisah Para Rasul, Paus Fransiskus mengatakan, menceritakan bagaimana "proses berakhir", dalam liturgi hari itu, "dengan Konsili Ekumenis pertama, Konsili Yerusalem". Mereka mengirim "sebuah surat kepada orang-orang yang tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada orang-orang yang tertutup tersebut : 'Salam dari rasul-rasul dan penatua-penatua, dari saudara-saudaramu kepada saudara-saudara di Antiokhia, Siria dan Kilikia yang berasal dari bangsa-bangsa lain. Kami telah mendengar, bahwa ada beberapa orang di antara kami, yang tiada mendapat pesan dari kami, telah menggelisahkan dan menggoyangkan hatimu dengan ajaran mereka". Akibatnya, "mereka menabur perselisihan", Paus Fransiskus menambahkan, melanjutkan membaca teks : "'dengan bulat hati kami telah memutuskan untuk memilih dan mengutus beberapa orang kepada kamu bersama-sama dengan Barnabas dan Paulus yang kami kasihi' - yang dianggap bidah - 'yaitu dua orang yang telah mempertaruhkan nyawanya karena nama Tuhan kita Yesus Kristus. Maka kami telah mengutus Yudas dan Silas, yang dengan lisan akan menyampaikan pesan yang tertulis ini juga kepada kamu'". Dalam membaca kata-kata ini Paus Fransiskus menyisipkan bahwa pada akhirnya mereka tiba pada sebuah kesepakatan dan bahkan meskipun Barnabas dan Paulus ini "dianggap bidah".

Paus Fransiskus kemudian membaca, juga dari Kisah Para Rasul, "rumusan ini, yang merupakan salah satu rumusan, satu ungkapan resmi : 'Sebab adalah keputusan Roh Kudus dan keputusan kami, supaya kepada kamu jangan ditanggungkan lebih banyak beban dari pada yang perlu ini: kamu harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dari daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan'".

Ini, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah cara Roh Kudus, ini adalah karya Roh Kudus". Karena Dialah "yang menggerakkan perairan, yang membangkitkan sebuah gangguan kecil, yang tampaknya melemparkan kita ke dalam sebuah badai, kepada siksaan - memikirkan Pentakosta - dan Ia membawa keselarasan, kesatuan: Ia memiliki dua karakteristik ini". Dan dalam "sebuah Gereja di mana selalu ada perselisihan semacam itu", beliau menambahkan, "membuat saya berpikir bahwa Roh Kudus tidak sungguh hadir". Tentu saja, "dalam sebuah Gereja di mana selalu ada perselisihan dan di mana ada kubu yang mengkhianati saudara-saudara mereka mereka, satu terhadap yang lain, juga tidak ada Roh Kudus". Memang, "Roh merupakan apa yang membawa kebaruan, menggerakkan situasi-situasi ke depan, menciptakan ruang-ruang baru, membawa kebijaksanaan yang dijanjikan Yesus : 'Ia akan mengajarkan kamu'". Roh, oleh karena itu, "menggerakkan tetapi pada akhirnya menciptakan keselarasan di antara semua orang". Dan dalam melanjutkan perayaan, Paus Fransiskus memohon kepada "Tuhan Yesus, yang selalu hadir di antara kita, yang mengutus Roh Kudus di antara kita, kepada kita masing-masing; yang mengutus-Nya kepada Gereja dan yang memungkinkan Gereja untuk setia kepada gerakan Roh Kudus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.