Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 8 Oktober 2015 : MENGAPA HAL-HAL BAIK TERJADI PADA ORANG-ORANG JAHAT?

Bacaan Ekaristi : Mal 3:13-4:2a; Luk 11:5-13

"Mengapa" yang menyedihkan yang dengan bertubi-tubi diarahkan kepada Allah oleh manusia juga terlihat di banyak surat yang diterima Paus Fransiskus setiap hari. Beliau sendiri berbagi hal ini, menceritakan kisah seorang ibu muda dengan keluarga yang sedang menghadapi kesulitan kanker, dan seorang wanita tua yang berduka karena anaknya dibunuh oleh mafia. Mereka menulis kepada Paus Fransiskus dan bertanya mengapa orang jahat tampak bahagia sementara orang benar selalu dihadapkan dengan kesulitan-kesulitan. Paus Fransiskus menanggapi secara tepat atas pertanyaan serius ini dalam homilinya selama Misa harian 8 Oktober 2015 di Kapel Casa Santa Marta, meyakinkan semua orang bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka yang percaya kepada-Nya.
Permenungan Paus Fransiskus diilhami oleh kata-kata dari Mazmur 1 - "Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN" - yang adalah, tepatnya, "sebuah tanggapan terhadap ratapan dari banyak orang, banyak 'mengapa' yang kita ungkapkan kepada Allah'. "Banyak mengapa" ini sebenarnya dinyatakan dalam ayat Alkitab dari kitab Maleaki (3:13-20) dalam Liturgi hari itu.

"Tuhan", Paus Fransiskus menegaskan, "meratap terhadap orang-orang ini, Ia juga meratap, mengatakan: 'Bicaramu kurang ajar tentang Aku', firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: 'Apakah kami bicarakan di antara kami tentang Engkau?' Kamu berkata: 'Adalah sia-sia beribadah kepada Allah. Apakah untungnya kita memelihara apa yang harus dilakukan terhadap-Nya dan berjalan dengan pakaian berkabung di hadapan TUHAN semesta alam?  Oleh sebab itu kita ini menyebut berbahagia orang-orang yang gegabah: bukan saja mujur orang-orang yang berbuat fasik itu, tetapi dengan mencobai Allah pun, mereka luput juga'".

"Seberapa sering", kata Paus Fransiskus, "kita melihat kenyataan ini pada orang-orang jahat; orang-orang yang berbuat jahat dan kehidupan tampaknya baik bagi mereka: mereka bahagia, mereka memiliki segala sesuatu yang mereka inginkan, mereka tidak kekurangan apapun". Dan maka pertanyaan yang diajukan : "Mengapa Tuhan?". Ya, Paus Fransiskus mengatakan, "ini adalah salah satu dari banyak mengapa: mengapa orang yang kurang ajar ini, yang tidak peduli tentang Tuhan atau orang lain, orang yang tidak adil dan jahat ini, mengapa segalanya baik-baik saja dalam hidup mereka? Mengapa mereka memiliki semua yang mereka inginkan sementara mereka yang ingin berbuat baik memiliki begitu banyak masalah?".

Dalam hal ini, Paus Fransiskus berbagi bahwa sehari sebelumnya beliau telah menerima "sebuah surat dari seorang ibu yang berani" yang, pada usia 40 tahun, bersama suami dan tiga anak, sedang menghadapi kesulitan "sejenis tumor yang sangat buruk". Wanita itu menulis kepada Paus Fransiskus, dan bertanya : "Mengapa hal ini terjadi padaku?". Juga, Paus Fransiskus menambahkan bahwa "beberapa minggu yang lalu" beliau telah menerima surat lain yang di dalamnya "seorang wanita tua, yang ditinggalkan sendirian karena anaknya telah dibunuh oleh Mafia", juga bertanya "mengapa?", dan menambahkan : "aku berdoa". Dan lagi, dalam surat lainnya : "Aku sedang membesarkan anak-anak, aku sedang bergerak maju dengan keluarga yang mengasihi Allah, jadi, mengapa?".

"'Mengapa' ini", Paus Fransiskus menegaskan, diajukan oleh semua orang. Secara khusus kita bertanya "mengapa orang-orang fasik tampaknya begitu bahagia?". Sabda Allah memberikan sebuah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Paus Fransiskus mengingat kata-kata dari perikop Maleaki : "TUHAN memperhatikan dan mendengarnya". Memang, "Tuhan mendengarkan kita ketika kita bertanya 'mengapa', selalu". Sekali lagi kita baca dalam perikop dari Maleaki hari ini : "Sebuah kitab peringatan ditulis di hadapan-Nya bagi orang-orang yang takut akan TUHAN dan bagi orang-orang yang menghormati nama-Nya". "Mereka akan menjadi milik kesayangan-Ku sendiri, firman TUHAN semesta alam, pada hari yang Kusiapkan". Oleh karena itu, Paus Fransiskus melanjutkan, "Tuhan mengingat orang-orang benar, melalui orang-orang yang sedang menderita sekarang, yang tidak mampu menjelaskan situasi mereka". Memang, "Allah mengingat orang-orang yang, bahkan ketika bertanya 'Mengapa? Mengapa? Mengapa?', percaya kepada-Nya".

Inilah tepatnya sikap yang diuraikan Mazmur 1 : "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya".

Paus Fransiskus mengatakan bahwa "pada saat ini kita tidak melihat buah-buah dari orang-orang yang menderita ini, orang-orang yang membawa salib", sama seperti "pada hari Jumat Agung dan Sabtu Suci buah-buah dari Purra Allah yang tersalib, buah-buah penderitaan-Nya, yang belum terlihat". Mazmur 1 mengatakan bahwa "apa saja yang diperbuatnya berhasil".

Apa yang dikatakan Mazmur yang sama tentang "orang fasik, yang kita pikir semuanya baik-baik saja?". Paus Fransiskus membaca kembali ayat : "Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.... sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan". Singkatnya, "Kalian mungkin baik-baik saja saat ini, kalian mungkin memiliki segalanya, kalian tidak peduli tentang Allah, kalian tidak peduli tentang orang lain, kalian mengeksploitasi orang lain: kalian tidak adil, hanya memikirkan diri sendiri, bukan orang lain".

Namun, Paus Fransiskus menyarankan, "ada satu hal yang Yesus katakan dan itu selalu datang ke pikiran saya : 'Katakan pada-Ku, siapakah namamu'". Ya, orang-orang ini tidak tahu nama mereka, "mereka tidak memiliki nama". Paus Fransiskus mengingat perumpamaan Lazarus, "yang tidak memiliki apapun untuk dimakan dan anjing-anjing menjilat luka-lukanya". Sementara itu, "orang kaya mengadakan perjamuan dan menikmati dirinya sendiri tanpa melihat kebutuhan orang lain". Paus Fransiskus mencatat bahwa "bagaimana anehnya nama orang ini tidak disebutkan", melainkan "ia hanya diidentifikasikan dengan kata sifat : seorang kaya". Memang, "dalam buku kenangan Allah, orang fasik tidak memiliki nama: ia orang fasik, ia seorang pelaku eksploitasi". Inilah orang-orang yang "tidak memiliki nama tetapi hanya kata sifat".

Sebaliknya, Paus Fransiskus menunjukkan, "semua orang yang mencoba untuk berjalan di jalan Tuhan akan bersama Putra-Nya, yang memiliki sebuah nama: Yesus Sang Juru Selamat, sebuah nama yang sulit dimengerti, meskipun bukti Salib yang tak terpahamkan dan semua yang Ia derita demi kita".

Paus Fransiskus mengakhiri dengan mengundang mereka yang hadir untuk memikirkan Mazmur 1: "Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik.... tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN". Dengan cara ini, "bahkan ketika kalian sedang menderita, berharaplah di dalam Tuhan". Sama seperti "kita telah berdoa di dalam Doa Pembukaan, mintalah kepada Tuhan untuk memberikan kalian apa yang 'tidak berani diharapkan' hati nurani kalian". Ya, "mintalah juga untuk hal itu: agar Tuhan memberi kalian lebih banyak harapan".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.