Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI KATEDRAL BANGUI, REPUBLIK AFRIKA TENGAH, 29 November 2015

Bacaan Ekaristi : Yer 33:14-16; Mzm 25:4bc-5ab,8-9,10,14; 1Tes 3:12 - 4:2; Luk 21:25-28,34-36

Pada hari Minggu Adven I, masa liturgis pengharapan yang penuh sukacita akan Sang Juru Selamat dan lambang harapan Kristiani, Allah telah membawa saya di sini di antara kalian, di negeri ini, seraya Gereja universal sedang mempersiapkan pembukaan Tahun Yubileum Kerahiman. Saya sangat senang bahwa kunjungan pastoral saya bertepatan dengan pembukaan Tahun Yubileum ini di negara kalian. Dari katedral ini saya menjangkau, dalam pikiran dan hati, dan dengan penuh kasih sayang, seluruh imam, pelaku hidup bakti, dan pekerja pastoral bangsa, yang bersatu secara rohani dengan kita saat ini. Melalui kalian, saya akan menyapa seluruh rakyat Republik Afrika Tengah : orang-orang sakit, orang-orang yang sudah tua, orang-orang yang telah mengalami luka-luka kehidupan. Beberapa dari mereka mungkin putus asa dan lesu, hanya meminta sedekah, sedekah roti, sedekah keadilan, sedekah perhatian dan kebaikan.

Tetapi seperti Rasul Petrus dan Yohanes dalam perjalanan mereka ke Bait Allah, yang tidak memiliki emas ataupun perak untuk diberikan kepada orang lumpuh yang membutuhkan, saya datang untuk menawarkan kekuatan dan kekuasaan Allah; karena ini membawakan kita penyembuhan, menggerakkan kaki kita dan memungkinkan kita untuk memulai sebuah kehidupan baru, "pergi menyeberang ke sisi lain" (bdk. Luk 8:22).

Yesus tidak membuat kita menyeberang ke sisi lain sendirian; sebaliknya, Ia meminta kita untuk membuat perlintasan dengan Dia, karena kita masing-masing menanggapi panggilan khusus kita sendiri. Kita perlu menyadari bahwa membuat perlintasan ini hanya dapat dilakukan bersama Dia, dengan membebaskan diri kita dari angan-angan keluarga dan darah yang terpecah belah dalam rangka membangun sebuah Gereja yang merupakan keluarga Allah, terbuka bagi semua orang, peduli kepada mereka yang paling membutuhkan. Hal ini mengandaikan kedekatan dengan saudara dan saudari kita; ia menyiratkan sebuah semangat persekutuan. Ia terutama bukanlah soal sarana-sarana finansial; ia cukup hanya berbagi dalam kehidupan umat Allah, dalam pertanggungjawaban untuk pengharapan yang berada di dalam diri kita (bdk. 1 Ptr 3:15), dalam bersaksi tentang belas kasih Allah yang tak terbatas yang, sebagaimana dijelaskan dalam Mazmur Tanggapan liturgi hari Minggu ini,  adalah "baik [dan] menunjukkan jalan kepada orang yang sesat" (Mzm 25:8). Yesus mengajarkan kita bahwa Bapa surgawi kita "menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik" (Mat 5:45). Setelah mengalami pengampunan diri kita sendiri, kita harus mengampuni orang lain pada gilirannya. Ini adalah panggilan dasariah kita : "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna" (Mat 5:48).

Salah satu ciri penting panggilan kepada kesempurnaan ini adalah kasih terhadap musuh-musuh kita, yang melindungi kita dari godaan untuk membalas dendam dan dari spiral pembalasan yang tak berujung. Yesus secara khusus menekankan aspek kesaksian Kristiani ini (bdk. Mat 5:46-47). Mereka yang menginjili karena itu harus menjadi para pelaku pengampunan yang pertama dan terutama, para spesialis dalam pendamaian, para ahli dalam belas kasih. Inilah bagaimana kita dapat membantu saudara dan saudari kita untuk "menyebrang" - dengan menunjukkan kepada mereka rahasia kekuatan kita, harapan kita, dan sukacita kita, yang semuanya memiliki sumber mereka dalam Allah, karena mereka berdasarkan pada kepastian bahwa ia berada dalam perahu bersama kita. Seperti yang Ia lakukan bersama para rasul dalam penggandaan roti, demikian juga Tuhan mempercayakan karunia-karunia-Nya kepada kita, sehingga kita bisa pergi keluar dan menyalurkannya di mana-mana, memberitakan kata-kata-Nya yang meyakinkan : "Sesungguhnya, waktunya akan datang, bahwa Aku akan menepati janji yang telah Kukatakan kepada kaum Israel dan kaum Yehuda" (Yer 33:14).

Dalam bacaan-bacaan liturgi hari Minggu ini, kita dapat melihat berbagai aspek keselamatan diberitakan oleh Allah ini; mereka muncul sebagai rambu-rambu untuk membimbing kita pada perutusan kita. Terutama, kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah disajikan sebagai keadilan. Adven adalah suatu waktu ketika kita berusaha membuka hati kita untuk menerima Sang Juruselamat, yang seorang diri merupakan tepat dan satu-satunya Hakim yang dapat memberikan kepada masing-masing orang haknya. Di sini seperti di tempat lain, para pria dan wanita yang tak terhitung jumlahnya haus akan rasa hormat, keadilan, kesetaraan, belum melihat adanya tanda-tanda positif di cakrawala. Mereka adalah orang-orang yang kepadanya Ia datang untuk membawa karunia keadilan-Nya (bdk. Yer 33:15). Ia datang untuk memperkaya sejarah pribadi dan bersama kita, harapan kita yang memercik dan kerinduan kita yang mandul. Dan Ia mengutus kita untuk memberitakan, terutama kepada mereka yang tertindas oleh para penguasa dunia ini atau terbebani oleh beban dosa-dosa mereka, karena "Yehuda akan dibebaskan, dan Yerusalem akan hidup dengan tenteram. Dan dengan nama inilah mereka akan dipanggil: TUHAN keadilan kita!" (Yer 33:16). Ya, Allah adalah kebenaran; Allah adalah keadilan. Ini, kemudian, adalah mengapa kita orang-orang Kristiani dipanggil dalam dunia untuk bekerja bagi sebuah perdamaian didirikan pada keadilan.

Keselamatan Allah yang kita nantikan juga dibumbui dengan kasih. Dalam mempersiapkan misteri Natal, kita menghidupkan kembali peziarahan yang dipersiapkan umat Allah untuk menerima SAng Putra, yang datang untuk mengungkapkan bahwa Allah bukan hanya keadilan, tetapi juga dan terutama kasih (bdk. 1 Yoh 4:8). Di setiap tempat, bahkan dan terutama di tempat-tempat di mana kekerasan, kebencian, ketidakadilan dan penindasan terus bergoyang, orang-orang Kristiani dipanggil untuk memberikan kesaksian kepada Allah yang adalah kasih ini. Dengan mendorong para imam, para pelaku hidup bakti, dan awam yang berkomitmen yang, di negara ini menghayati, kadang-kadang secara heroik, keutamaan-keutamaan Kristiani, saya menyadari bahwa jarak di antara cita-cita yang menuntut ini dan kesaksian Kristiani kita kadang-kadang besar. Karena alasan ini saya menggemakan doa Santo Paulus : " Dan kiranya Tuhan menjadikan kamu bertambah-tambah dan berkelimpahan dalam kasih seorang terhadap yang lain dan terhadap semua orang" (1 Tes 3:12). Jadi apa yang orang-orang kafir katakan tentang orang-orang Kristiani awal akan selalu tinggal di hadapan kita seperti sebuah mercusuar : "Lihatlah bagaimana mereka saling mengasihi, bagaimana mereka benar-benar saling mengasihi" (Tertulianus, Apologi, 39,7).

Akhirnya, keselamatan yang diberitakan oleh Allah memiliki sebuah kekuatan yang tak terkalahkan yang akan membuatnya akhirnya menang. Setelah mengumumkan kepada murid-murid-Nya tanda-tanda mengerikan yang akan mendahului kedatangan-Nya, Yesus menyimpulkan : "Apabila semuanya itu mulai terjadi, bangkitlah dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat" (Luk 21:28). Jika Santo Paulus bisa berbicara tentang suatu kasih yang "tumbuh dan meluap", itu karena kesaksian Kristiani mencerminkan kekuatan yang tak tertahankan itu yang dibicarakan dalam Injil. Di tengah kehancuran belum pernah terjadi sebelumnyalah Yesus ingin menunjukkan kekuatan-Nya yang besar, kemuliaan-Nya tak tertandingi (bdk. Luk 21:27) dan kekuatan kasih yang tak pernah berhenti, bahkan sebelum jatuhnya langit, kebakaran besar dunia atau kekacauan lautan. Allah lebih kuat dibanding semua yang lain. Keyakinan ini memberi  ketenangan bagi orang percaya, keberanian dan kekuatan untuk bertahan di tengah kesulitan-kesulitan yang paling besar. Bahkan ketika kekuatan-kekuatan neraka terlepas, orang-orang Kristiani harus bangkit kepada panggilan, kepala mereka terangkat tinggi, dan siap untuk berani memukul dalam pertempuran ini yang atasnya Allah akan memiliki kata akhir. Dan kata itu akan menjadi kasih!

Kepada semua orang yang secara tidak adil mempergunakan senjata-senjata dunia ini, saya membuat seruan ini: letakkan alat-alat kematian ini! Mempersenjatai dirimu bukan dengan keadilan, dengan kasih dan belas kasih, para penjamin perdamaian yang otentik. Sebagai para pengikut Kristus, para imam, para pelaku hidup bakti dan para pekerja pastoral awam, di sini di negara ini, dengan namanya yang menimbulkan pikiran, yang terletak di jantung Afrika dan dipanggil untuk menemukan Tuhan sebagai pusat yang sesungguhnya dari seluruh yang baik, panggilan kalian adalah menjelmakan hati Allah yang sesungguhnya di tengah-tengah sesama warga kalian. Kiranya Tuhan berkenan "menguatkan hatimu, supaya tak bercacat dan kudus, di hadapan Allah dan Bapa kita pada waktu kedatangan Yesus, Tuhan kita, dengan semua orang kudus-Nya" (1 Tes 3:13). Amin.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.