Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA DI ECATEPEC, MEKSIKO 14 Februari 2016 : TIGA GODAAN YANG MENGANCAM IMPIAN ALLAH BAGI KITA

Bacaan Ekaristi : Ul 26:4-10; Rm 10:8-13; Luk 4:1-13

Rabu lalu, kita mengawali masa liturgi Prapaskah, yang selama masa itu Gereja mengajak kita untuk mempersiapkan diri kita merayakan hari raya agung Paskah. Inilah waktu khusus untuk mengingat karunia baptisan kita, ketika kita menjadi anak-anak Allah. Gereja mengajak kita untuk memperbaharui karunia yang telah ia berikan kepada kita, tidak membiarkan karunia ini tertidur seolah-olah itu adalah sesuatu dari masa lalu atau terkunci di dalam beberapa "peti kenangan". Masa Prapaskah adalah waktu yang baik untuk menemukan kembali sukacita dan harapan yang membuat kita merasakan putra dan putri tercinta dari Bapa. Bapa yang menunggu kita untuk membuang pakaian kepenatan, keacuhan, ketidakpercayaan kita, dan agar supaya menyandangkan kita dengan martabat yang hanya seorang ayah atau seorang ibu sejati yang tahu bagaimana memberikannya kepada anak-anak mereka, dengan pakaian yang lahir dari kelembutan dan kasih.

Bapa kita, Ia adalah Bapa dari sebuah keluarga besar; Ia adalah Bapa kita. Ia tahu bahwa Ia memiliki kasih yang unik, tetapi Ia tidak tahu bagaimana melahirkan atau membesarkan seorang "anak tunggal". Ia adalah Allah rumah, Allah persaudaraan, Allah roti yang dipecahkan dan dibagikan. Ia adalah Allah yang adalah "Bapa kami", bukan "bapaku" atau "bapa tirimu".

Impian Allah menjadikan rumahnya dan hidup di dalam diri kita masing-masing sehingga pada setiap Paskah, dalam setiap Ekaristi yang kita rayakan, kita menjadi anak-anak Allah. Itu adalah sebuah impian yang telah begitu banyak saudara dan saudari kita miliki sepanjang sejarah. Sebuah impian yang diberi kesaksian oleh darah begitu banyak martir, baik dari masa lalu dan dari masa sekarang.

Masa Prapaskah adalah masa pertobatan, masa pengalaman harian dalam kehidupan kita tentang bagaimana impian ini terus menerus terancam oleh bapa kebohongan, oleh orang yang mencoba untuk memisahkan kita, membuat masyarakat terpecah dan mudah tersinggung. Sebuah masyarakat beberapa orang, dan untuk beberapa orang. Betapa sering kita mengalami dalam kehidupan kita sendiri, atau dalam keluarga kita sendiri, di antara teman-teman atau sesama kita, penderitaan yang muncul ketika martabat yang kita bawa di dalamnya tidak diakui. Berapa kali kita harus menangis dan menyesal menyadari bahwa kita belum mengakui martabat ini dalam diri orang lain. Seberapa sering - dan itu menyakitkan saya untuk mengatakannya - kita telah dibutakan dan tak mempan dalam kegagalan untuk mengenali martabat kita sendiri dan orang lain.

Masa Prapaskah adalah masa untuk mempertimbangkan perasaan kita, dengan membiarkan mata kita terbuka terhadap ketidakadilan sering yang berdiri berhadapan langsung dengan impian dan rencana Allah. Inilah waktu untuk membuka kedok tiga godaan besar yang menelanjangi dan mematahkan citra yang ingin Allah bentuk di dalam diri kita :

Ada tiga godaan Kristus ... tiga godaan bagi orang Kristen, yang berusaha untuk menghancurkan untuk menjadi apakah kita telah dipanggil; tiga godaan yang mencoba untuk membuat kita berkarat dan meneteskan air mata kita.

Kekayaan : merebut pegangan barang-barang yang diperuntukkan bagi semua orang, dan menggunakan mereka hanya untuk "orang-orangnya sendiri". Artinya, mengambil "roti" yang berlandaskan pada kerja keras orang lain, atau bahkan dengan mengorbankan hidup mereka yang sesungguhnya. Kekayaan itu yang bercitarasa kesakitan, kepahitan dan penderitaan. Ini adalah roti yang diberikan sebuah keluarga atau masyarakat yang korup kepada anak-anaknya sendiri.

Kesombongan : mengejar harga diri yang berlandaskan pengecualian yang berkelanjutan, tanpa henti dari mereka yang "tidak menyukaiku". Pengejaran yang sia-sia dari lima menit ketenaran itu yang tidak mengampuni "nama baik" orang lain. "Membuat kayu bakar dari sebuah pohon yang ditebang" memberikan jalan untuk godaan ketiga:

Kebanggan : atau lebih tepatnya, menempatkan dirinya pada taraf yang lebih tinggi dari taraf yang sesungguhnya, perasaan bahwa orang yang tidak berbagi kehidupan "makhluk hidup belaka", namun merupakan orang yang berdoa setiap hari : Aku berterima kasih kepada Tuhan karena Engkau tidak menjadikan aku seperti orang-orang lain itu ...".

Tiga godaan Kristus ... Tiga godaan yang dihadapi orang Kristen setiap hari. Tiga godaan yang berusaha menimbulkan karat, menghancurkan dan memadamkan sukacita dan kesegaran Injil. Tiga godaan yang mengunci kita ke dalam sebuah siklus kehancuran dan dosa.

Dan sehingga layaklah kita bertanya kepada diri sendiri:

Hingga taraf apakah kita menyadari godaan-godaan ini dalam hidup kita, di dalam diri kita yang sesungguhnya?

Berapa banyak kita telah menjadi terbiasa dengan gaya hidup di mana kita berpikir bahwa sumber dan kekuatan hidup kita hanya terletak pada kekayaan?

Hingga titik apakah kita merasa bahwa kepedulian terhadap orang lain, perhatian dan karya kita untuk roti, untuk nama baik dan martabat orang lain, adalah sumber-sumber kebahagiaan dan harapan?

Kita telah memilih Yesus, bukan si jahat; kita ingin mengikuti jejak langkah-Nya, meskipun kita tahu bahwa ini tidak mudah. Kita tahu apa artinya tergoda oleh uang, ketenaran dan kekuasaan. Karena alasan ini, Gereja memberi kita karunia masa Prapaskah ini, mengajak kita untuk bertobat, menawarkan hanya satu kepastian : Ia sedang menunggu kita dan ingin menyembuhkan hati kita dari seluruh air mata kita yang menetes. Ia adalah Allah yang memiliki sebuah nama : Kerahiman. Nama-Nya adalah kekayaan kita, nama-Nya adalah apa yang membuat kita terkenal, nama-Nya adalah kekuatan kita dan dalam nama-Nya kita mengatakan sekali lagi bersama Pemazmur : "Engkaulah Allahku dan pada-Mulah aku percaya". Marilah kita mengulangi kata-kata ini bersama-sama: "Engkaulah Allahku dan pada-Mulah aku percaya".

Dalam Ekaristi ini, semoga Roh Kudus memperbaharui di dalam diri kita kepastian bahwa nama-Nya adalah Kerahiman, dan semoga Ia membiarkan kita mengalami setiap hari bahwa "Injil memenuhi hati dan kehidupan semua orang yang berjumpa Yesus ...", mengetahui bahwa "bersama Kristus dan dalam Kristus sukacita terus menerus dilahirkan kembali" (bdk. Evangelii Gaudium, 1).

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.