Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 17 Maret 2016 : BENANG PENGHARAPAN

Bacaan Ekaristi : Kej 17:3-9; Mzm 105:4-5,6-7,8-9; Yoh 8:51-59

Spes kontra Spem, "percaya terhadap segala pengharapan". Ini adalah kartu identitas Kristen yang dikemukakan oleh Santo Paulus yang, mengikuti jejak langkah Abraham, yakin bahwa "benang pengharapan", bahkan dalam masa-masa paling sulit, "menjalankan perjalanan sejarah keselamatan dan, bahkan, merupakan sumber sukacita". Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi, 17 Maret 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan, Lebih lanjut, Paus Fransiskus mengatakan bahwa jangan pernah kehilangan pengharapan, memastikan bahwa pengharapan tidak pernah mengecewakan.

"Liturgi hari ini", beliau memulai, "mempersiapkan kita untuk perayaan-perayaan Paskah dengan sebuah permenungan keutamaaan pengharapan", keutamaan yang rendah hati sehingga sering dikesampingkan. Dalam Bacaan Injil (Yoh 8:51-59), "Yesus berbicara tentang Abraham dan mengatakan kepada para ahli Taurat : 'Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita'". Abraham, Paus Fransiskus mengingatkan, adalah "orang yang meninggalkan negerinya tanpa mengetahui ke mana ia akan pergi. Ia meninggalkan dalam ketaatan, kesetiaan". Abraham juga "orang yang percaya pada Sabda Allah dan dibenarkan dalam iman itu"; tetapi ia juga "orang yang tergoda sepanjang jalan pengharapan ini ketika, ia maupun istrinya, tertawa ketika Allah mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan memiliki seorang putra. Tetapi ia percaya".

Mengacu pada Bacaan Pertama, yang diambil dari Kitab Kejadian (17:3-9), Paus Fransiskus menyoroti "perjanjian ini : Aku akan memberi engkau negeri, engkau akan menjadi bapa sejumlah besar bangsa". Dengan demikian, "Abraham percaya dan benang pengharapan ini menjalankan perjalanan sejarah keselamatan. Bahkan, ia merupakan sumber sukacita".

Hari ini, Paus Fransiskus melanjutkan, "Gereja berbicara kepada kita tentang sukacita pengharapan". Memang, "dalam doa awal Misa", beliau mengingatkan, "kita memohon kepada Allah rahmat untuk melestarikan pengharapan Gereja, agar ia tidak pernah gagal". Santo Paulus juga, "berbicara tentang bapa kita Abraham, memberitahu kita untuk 'percaya terhadap segala pengharapan'". Dengan demikian, Paus Fransiskus menyatakan, "ketika tidak ada pengharapan secara manusiawi, ada keutamaan yang membawa kalian maju". Ia "rendah hati dan sederhana, tetapi ia memberi kalian sukacita, kadang-kadang sukacita yang besar, kadang-kadang hanya kedamaian". Namun, kita dapat selalu yakin bahwa "pengharapan tidak mengecewakan".

"Sukacita Abraham tumbuh dalam sejarah", kata Paus Fransiskus, yang mengulangi kata-kata Tuhan dari Bacaan Injil hari itu : "Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku". Memang benar, Paus Fransiskus mengakui, bahwa pengharapan "kadang-kadang tersembunyi, ia tak terlihat", sedangkan "kadang-kadang ia secara terbuka terejawantah". Demikian juga, saat kedatangan Maria di rumah sepupunya, Elizabet mengatakan kepadanya : "segera setelah aku mendengar suaramu, bayi dalam kandunganku melonjak karena kegirangan!". Dalam pertemuan ini ada "sukacita kehadiran Allah yang berjalan bersama umat-Nya", dan "ketika ada sukacita, di situ ada kedamaian. Inilah keutamaan pengharapan : dari sukacita menjadi kedamaian, yang tidak pernah mengecewakan".

Inilah alasan bahwa Umat Allah, bahkan "pada saat-saat perbudakan, pada saat-saat yang di dalamnya mereka adalah para pendatang, di negeri asing", mereka selalu memiliki "rasa kepastianitu yang dibudidayakan oleh para nabi : 'Tuhan akan menyelamatkan kamu'". "Benang pengharapan" itu, Paus Fransiskus menjelaskan, "dimulai di sini dengan Abraham, Allah berbicara dengan Abraham, dan itu berakhir 'dalam perikop Injil ini di mana Allah yang sama yang berbicara dengan Abraham mengatakan : 'Akulah Dia yang berbicara; di hadapan Abraham, Akulah Dia; Akulah Dia yang memanggil Abraham; Akulah Dia yang memulai perjalanan keselamatan ini'".

Ia adalah Allah, Paus Fransiskus menambahkan, "yang menyertai kita, ia juga Allah yang menderita, yang menderita karena umat-Nya telah menderita, Ia menderita di kayu salib, tetapi Ia benar menurut sabda-Nya".

Justru dalam hal ini Paus Fransiskus menganjurkan sebuah pemeriksaan penting hati nurani sehubungan dengan iman, kasih dan pengharapan, mengajukan beberapa pertanyaan langsung : "Apakah kalian memiliki iman? Ya bapa, aku memiliki iman : aku percaya pada Bapa, Putra, dan Roh Kudus, dan sakramen-sakramen. Sangat baik, apakah kalian memiliki kasih? Ya, tetapi tidak terlalu banyak, aku mencoba untuk tidak bertengkar, membantu orang miskin untuk melakukan sesuatu yang baik dalam kehidupan". Ini adalah jawaban-jawaban yang mudah yang sering kita berikan, Paus Fransiskus mencatat. Tetapi, beliau menambahkan, "ketika kalian bertanya pada diri kalian sendiri apakah kalian memiliki pengharapan, apakah kalian memiliki sukacita pengharapan", jawabannya adalah : "Bapa, saya tidak mengerti, tolong jelaskan".

Pengharapan, Paus Fransiskus mengatakan, adalah "keutamaan yang rendah hati, keutamaan yang berjalan di bawah air kehidupan, tetapi yang mendukung kita agar tidak tenggelam dalam banyak kesulitan, agar tidak kehilangan keinginan untuk menemukan Allah, untuk menemukan wajah mengagumkan itu yang kita semua akan lihat suatu hari". Hari ini, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah hari yang baik untuk merenungkan hal ini : Allah yang sama yang memanggil Abraham dan membuatnya turun dari negerinya tanpa mengetahui ke mana ia harus pergi, adalah Allah yang sama yang pergi ke kayu Salib untuk memenuhi janji yang Ia buat. Ia adalah", Paus Fransiskus melanjutkan, "Allah yang sama yang dalam kepenuhan waktu akan membuat janji itu suatu kenyataan bagi kita semua". Apa "yang menggabungkan ihwal pertama dengan saat terakhir ini adalah benang pengharapan". Oleh karena itu, apa yang "menggabungkan kehidupan Kristen saya dengan kehidupan Kristen kita, dari satu saat ke saat yang lain, agar selalu berjalan maju - orang-orang berdosa, tetapi maju - adalah pengharapan". Namun, "apa yang memberi kita kedamaian pada saat-saat gelap, pada saat-saat tergelap kehidupan", selalu adalah "pengharapan".

Pengharapan "tidak mengecewakan : ia selalu ada, diam, rendah hati, tetapi kuat", Paus Fransiskus mengakhiri. Beliau mengulangi sekali lagi "doa hari ini, pada awal Misa : 'Penghrapan kami adalah di tangan-Mu, ya Tuhan, lestarikanlah pengharapan kami".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.