Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 15 Maret 2016 : ULAR YANG MEMBUNUH DAN ULAR YANG MENYELAMATKAN

Bacaan Ekaristi : Bil 21:4-9; Mzm 102:2-3,16-18,19-21; Yoh 8:21-30

Jika kita ingin memahami "sejarah penebusan kita" kita harus memandang Salib. Homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Selasa pagi 15 Maret 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan, berkisar misteri penderitaan dan kematian Yesus, yang menjadi berdosa bagi keselamatan manusia.

Permenungan Paus Fransiskus berfokus pada pesan dikandung dalam sosok ular. Ular, Paus Fransiskus mengatakan, "adalah hewan pertama yang disebutkan dalam Kitab Kejadian", dan digambarkan sebagai "yang paling cerdik". Ular kembali dalam perikop Bacaan Pertama, yang diambil dari Kitab Bilangan (21:4-9), ketika di padang gurun orang-orang Israel berbicara melawan Allah dan Musa. "Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati". Kemudian orang-orang bertobat dan meminta pengampunan, serta Allah memerintahkan Musa : "Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup". Paus Fransiskus menjelaskannya sebagai "misterius : Tuhan tidak membunuh ular, Ia membiarkan mereka di sana. Tetapi jika salah satu dari mereka memagut seseorang", orang tersebut memandang ular tembaga itu dan akan sembuh". Dengan demikian, ular tersebut ditinggikan untuk mendapatkan keselamatan.

Pada titik ini, mengikuti jalannya liturgi harian, Paus Fransiskus kembali ke perikop dari Injil menurut Yohanes (8:21-30). Yesus, dalam sebuah diskusi dengan para ahli Taurat, "mengatakan kepada mereka secara langsung : 'kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia'. Dan 'apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia'".

Paus Fransiskus menyatakan bahwa "Akulah Dia!" adalah "nama Allah. Ketika Musa bertanya kepada Tuhan : 'Apabila orang Israel bertanya kepadaku, siapa yang mengutus aku? Siapa yang mengutusmu untuk membebaskan kami? Siapakah nama-Nya?' - 'Akulah Dia'". Oleh karena itu : "Tinggikanlah Anak Manusia! Seperti ular ...".

Yesus mengulangi konsep yang sama dalam sebuah perikop beberapa bab sebelumnya, ketika Ia "mengatakan hal yang sama kepada para ahli Taurat : 'dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal'".

Ular, Paus Fransiskus menjelaskan, adalah "lambang dari dosa, ular yang membunuh. Tetapi ular yang menyelamatkan : ini adalah misteri Kristus". Santo Paulus, Paus Fransiskus mengingatkan, juga berbicara tentang misteri ini. "Ia mengatakan bahwa Yesus mengosongkan diri-Nya, merendahkan diri-Nya, membinasakan diri-Nya untuk menyelamatkan kita". Selain itu, Rasul Paulus menawarkan ungkapan yang bahkan lebih kuat : "Ia menjadi dosa". Jadi, dengan menggunakan lambang Alkitab, kita bisa mengatakan : "Ia menjadi ular". Ini, Paus Fransiskus mengatakan, adalah "pesan kenabian bacaan-bacaan hari ini. Anak Manusia, yang seperti ular 'menjadi dosa', ditinggikan untuk menyelamatkan kita".

Oleh karena itu, kita harus "memandang Salib dan melihat misteri yang sesungguhnya ini : seorang Allah 'yang dikosongkan dari keilahian-Nya'? - Sehabis-habisnya! - Dalam rangka untuk menyelamatkan kita!". Namun, Paus Fransiskus menambahkan, "siapakah ular ini yang diambil Yesus atas diri-Nya sendiri untuk mengalahkannya?". Jawabannya bisa dibaca dalam Kitab Wahyu, di mana ular disebutkan lagi. Di antara hewan-hewan lain, Paus Fransiskus menunjukkan, ular di dalam Alkitab "adalah hewan pertama yang disebutkan dan saya pikir mungkin itu adalah yang terakhir", dan kita membaca bahwa "si ular tua - Setan - dikalahkan". Oleh karena itu, dosa, Paus Fransiskus menyatakan, "adalah pekerjaan Setan, dan Yesus mengalahkan Setan 'dengan menjadi dosa'". Dengan demikian dari Salib Ia "meninggikan kita semua". Karena alasan ini "Salib bukanlah sebuah hiasan, ia bukanlah karya seni, dengan banyak batu mulia, seperti yang terlihat. Salib adalah misteri 'pembinasaan' Allah, demi kasih".

Paus Fransiskus menjelaskan bahwa di padang gurun, ular "menubuatkan keselamatan". Memang ia "ditinggikan dan barangsiapa yang melihatnya akan sembuh". Tetapi keselamatan ini, Paus Fransiskus menekankan, tidak dibuat "dengan tongkat sihir oleh seorang ilah yang membuatnya". Ia dibuat malahan "dengan penderitaan Anak Manusia, dengan penderitaan Yesus Kristus". Penderitaan yang menyebabkan Yesus bertanya kepada Bapa: "Bapa, tolonglah, jika mungkin Aku tidak akan minum cawan ini". Di sini derita-Nya terlihat, tetapi disertai dengan kata-kata : "tetapi kehendak-Mulah yang terjadi".

Ini, Paus Fransiskus mengakhiri, adalah "sejarah penebusan kita", ini adalah "sejarah kasih Allah". Inilah sebabnya, "jika kita ingin mengetahui kasih Allah, kita memandang Salib". Di sanalah kita bertemu "seorang manusia yang disiksa, wafat, yang adalah Allah, 'yang dikosongkan dari keilahian', ternoda, yang 'menjadi dosa'". Kemudian tibalah doa penutup : "Semoga Tuhan mengaruniakan kita rahmat untuk memahami misteri ini sedikit lebih baik".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.