Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 14 April 2016 : PATUHLAH KEPADA ROH KUDUS DAN ANDA AKAN BERSUKACITA!

Bacaan Ekaristi : Kis. 8:26-40; Mzm. 66:8-9,16-17,20; Yoh. 6:44-51

"Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar'. Paus Fransiskus menyarankan menyapa Allah dengan kata-kata sederhana dari Samuel ini "ketika kita memiliki keraguan, ketika kita tidak tahu atau ketika kita hanya ingin berdoa". Kata-kata tersebut juga merupakan sebuah penangkal menyerah pada godaan untuk menolak Roh Kudus. Dalam homilinya selama Misa harian Kamis pagi 14 April 2016 di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menganjurkan agar kita tidak takut ketika Roh Kudus bekerja dan mengganggu rencana-rencana kita. Karena sukacitalah, tentunya tidak berpegang pada surat hukum, yang mencirikan kehidupan orang Kristen yang patuh kepada karya Roh Kudus.

Paus Fransiskus memulai dengan mengacu kepada Bacaan Pertama liturgi hari itu (Kis 8:26-40), yang di dalamnya "Roh Kudus" adalah "tokoh utama". Bukannya Filipus maupun sida-sida Etiopia, seorang pembesar Ratu Kandake. Bagaimanapun juga, Paus Fransiskus menambahkan, "dalam bacaan-bacaan Gereja telah menawarkan kepada kita dalam hari-hari ini, dengan jelas terlihat bahwa Roh Kuduslah, Dialah yang melakukan hal-hal. Roh Kuduslah yang menciptakan Gereja dan membuatnya tumbuh; inilah karya Roh Kudus".

"Dalam beberapa hari terakhir", Paus Fransiskus menyatakan, "Gereja telah menawarkan kita drama menolak Roh Kudus : hati yang tertutup, mengeras, bodoh yang menolak Roh Kudus". Ada orang-orang yang, bahkan melihat hal-hal seperti "penyembuhan orang lumpuh oleh Petrus dan Yohanes di Gerbang Indah Bait Allah; kata-kata dan hal-hal besar yang dilakukan oleh Stefanus - mereka tertutup terhadap tanda-tanda akan Roh Kudus ini, dan mereka menolak Roh Kudus". Selain itu, mereka bahkan "mencoba untuk membenarkan penolakan ini dengan apa yang disebut kepatuhan kepada hukum, yaitu, kepada surat hukum".

Paus Fransiskus mengatakan, sebaliknya, bahwa "hari ini, dan besok juga, Gereja mengusulkan sebaliknya : bukannya penolakan terhadap Roh Kudus tetapi kepatuhan kepada Roh yaitu sikap yang tepat dari seorang Kristen". Persoalannya adalah "patuh kepada Roh, dan kepatuhan ini memungkinkan Roh Kudus bekerja dan pergi keluar untuk membangun Gereja".

Kembali ke Bacaan Pertama, Paus Fransiskus menyoroti bahwa kita sedang berhadapan dengan "seorang uskup, Filipus, salah seorang dari para Rasul, sibuk sebagaimana semua uskup, dan tentunya ia memiliki rencana untuk dikerjakan hari itu". Tetapi "Roh Kudus berkata : 'Bangunlah dan lakukan ini sebagai gantinya, tinggalkanlah keuskupan dan pergilah ke sana'". Filipus "menurut : ia patuh kepada suara Roh Kudus" dan dengan demikian, "ia meninggalkan semua yang ia lakukan hari itu dan pergi ke sana". Jadi Roh Kuduslah yang memanggilnya untuk pergi "ke jalan yang turun dari Yerusalem ke Gaza", tanpa menjelaskan kepadanya : "Kalian pergi!".

Sepanjang jalan yang ia telah diarahkan, Filipus bertemu "pria ini, yang merupakan seorang proselit Etiopia : ia adalah kepala perbendaharaan, seorang pembesar dari Ratu Etiopia". Orang itu, Paus Fransiskus menjelaskan, "telah datang untuk menyembah Allah: Ia sedang menyembah Allah dan membaca Kitab Suci". Sekali lagi Roh Kuduslah yang mengatakan kepada Filipus untuk pergi ke kereta itu. Dan lagi-lagi, "ia taat, patuh kepada sabda Tuhan".

Kisah Para Rasul memberitahu kita bahwa "Filipus segera ke situ dan mendengarnya membaca kitab nabi Yesaya, dan bertanya, 'Apakah kamu mengerti apa yang sedang kamu baca?'. Tetapi lawan bicara-Nya menjawab: 'Tidak, bagaimana aku bisa, kecuali beberapa orang membimbingku?'". Dan dengan demikian, "ia meminta Filipus naik kereta dan Filipus menjelaskan apa yang dinubuatkan nabi Yesaya : yaitu, Yesus Kristus". Dalam sebuah kata, Filipus "menjelaskan keselamatan Injil".

"Mungkin penjelasan ini agak panjang", Paus Fransiskus menyatakan, "tetapi mereka berada di perjalanan, pastinya sedang bercakap-cakap. Orang Etiopia mengajukan pertanyaan-pertanyaan, Filipus menjawab, dan Roh Kudus juga bekerja di dalam hati orang Etiopia". Memang, Roh Kudus "menawarkan karunia iman : orang ini merasakan sesuatu yang baru dalam hatinya". Sekali lagi, Paus Fransiskus mengatakan, "melanjutkan perjalanan mereka, dengan diskusi itu, mereka tiba di suatu tempat yang ada air, merupakan orang yang praktis, ia memiliki pengakuan yang sangat praktis, nyata, ia berkata : "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?". Dengan demikian, "ia menerima iman dan meminta Baptisan : ia patuh! Kepatuhan kepada Roh Kudus!".

Ini adalah kisah "dua orang : orang yang memberitakan Injil dan orang yang tidak tahu apa-apa tentang Yesus, tetapi Roh Kudus telah menaburkan benih rasa keingintahuan yang sehat, bukan rasa keingintahuan akan pergunjingan". Dan "Roh Kudus memberinya karunia iman". Paus Fransiskus kemudian menjelaskan bahwa "setelah upacara Baptisan ini, kita berpikir bahwa mungkin mereka berdua terus bercakap-cakap, berbicara. Tidak, ketika mereka keluar dari air", Alkitab berkata, "Roh Tuhan melarikan Filipus : tiba-tiba! Dan sida-sida tersebut tidak melihatnya lagi". Kisah Para Rasul memberitahu kita bahwa "Filipus, patuh, ditemukan di Asdod, memberitakan Injil". Tentu saja, ini "bukan dalam rencana-rencananya, tetapi ia patuh kepada Roh Kudus". Maka, "apakah gerangan yang terjadi pada sida-sida tersebut? Ia tidak melihatnya lagi! Apakah ia menangis? Tidak!". Bahkan, Alkitab mengatakan kepada kita bahwa ia "melanjutkan perjalanannya dengan sukacita. Inilah "sukacita akan Roh Kudus, sukacita kepatuhan kepada Roh Kudus".

Dalam hari-hari terakhir, Paus Fransiskus mengingatkan, "kita mendengar apa penolakan terhadap Roh Kudus". Hari ini, sebaliknya, "kita memiliki sebuah contoh dari dua orang yang patuh kepada suara Roh Kudus". Tanda yang membedakan "adalah sukacita", karena "kepatuhan pada Roh Kudus merupakan sumber sukacita". Inilah sebabnya pentingnya mengatakan kepada diri kita sendiri, "Aku ingin melakukan sesuatu, hal ini, tetapi aku merasa bahwa Tuhan sedang meminta sesuatu yang lain dariku : aku akan menemukan sukacita di sana, di mana ada panggilan Roh Kudus".

Paus Fransiskus juga mengusulkan "sebuah doa yang indah untuk memohon kepatuhan ini". Kita merasakannya, beliau menjelaskan, "dalam Kitab Pertama Samuel : Samuel yang masih muda sedang tidur dan ia mendengar panggilan tersebut dan berpikir itu adalah sang imam, Eli". Maka, "ia segera bangkit dan pergi kepadanya : 'Aku di sini!'". Tetapi Eli mengatakan kepadanya bahwa ia tidak memanggil. Samuel, Paus Fransiskus mengingatkan, kemudian "kembali ke tempat tidur", tetapi ia mendengar panggilan lagi untuk kedua kalinya dan kemudian ketiga kalinya. Eli, kata Paus Fransiskus, "bukanlah seorang imam yang baik, tetapi ia mengerti hal-hal Allah : ia melihat bahwa Tuhanlah yang memanggil!". Oleh karena itu ia berkata kepada Samuel : "Pergilah berbaring; dan jika Ia memanggilmu, kamu harus berkata, 'Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar'". Inilah, Paus Fransiskus mengatakan, "doa yang indah sehingga kita selalu bisa mengatakan : 'Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar'".

Ini adalah doa, beliau mengakhiri, "untuk memohon kepatuhan kepada Roh Kudus, dan dengan kepatuhan ini membawa Gereja ke depan, menjadi alat-alat Roh Kudus sehingga Gereja bisa bergerak maju". Ya, "Berbicaralah, Tuhan, sebab hamba-Mu ini mendengar", Paus Fransiskus mengulangi, mengundang kita kembali berdoa "dengan cara ini, berkali-kali sehari : ketika kita memiliki keraguan, ketika kita tidak mengerti atau ketika kita hanya ingin berdoa". Dan "dengan doa ini kita memohon rahmat kepatuhan kepada Roh Kudus".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.