Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 3 April 2016 : MEMBUAT JALAN KITA

Bacaan Ekaristi : 1Kor 15:1-8; Mzm 19:2-3,4-5; Yoh 14:6-14

Yesus adalah jalan, dan bagi orang-orang Kristen perjalanan hidup adalah sisi salib dan sisi kebangkitan. Tetapi pada jalan tersebut ada orang-orang yang berhenti seperti "mumi-mumi rohani", yang keras kepala dan tersesat, yang menghabiskan hidup mereka berputar-putar, terpesona oleh keindahan duniawi. Dalam homilinya selama Misa harian Selasa pagi, 3 Mei 2016, di Casa Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus memperingatkan terhadap sikap-sikap ini dan dengan tegas mengundang sebuah pemeriksaan batin untuk memeriksa pengalaman pribadi iman kita.

Bacaan Injil hari itu (Yoh 14:6-14), Paus Fransiskus menjelaskan, "adalah bagian dari pengajaran Yesus yang panjang lebar pada Perjamuan Terakhir, pidato perpisahan-Nya : Ia sedang mengucapkan selamat tinggal sebelum pergi menuju sengsara-Nya". Ia mengatakan kepada para Rasul : "Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu; Aku tidak akan meninggalkan kamu sendirian; Aku akan pergi untuk menyediakan tempat bagimu". Selain itu, Paus Fransiskus menunjukkan, dalam "dua ayat sebelum ayat yang kita dengar ini", terbaca : "ke mana Aku pergi, kamu tahu jalan ke situ" dan Tomas menjawab : "Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?". Di sinilah perikop hari itu dimulai, dengan Yesus berkata kepada Tomas : "Akulah jalan". Ini adalah "tanggapan terhadap penderitaan, kesedihan, kesedihan para murid atas perpisahan Yesus : mereka sangat tidak mengerti, dan dengan demikian mereka sedih". Inilah sebabnya Yesus berkata kepada Thomas : "Akulah jalan".

Ungkapan Yesus, Paus Fransiskus menyatakan, "membuat kita berpikir tentang kehidupan Kristen", yang "adalah sebuah perjalanan : dengan Baptisan kita mulai berjalan, serta berjalan dan berjalan". Orang bisa mengatakan bahwa kehidupan Kristen "adalah sebuah perjalanan, dan jalan yang benar adalah Yesus". Jadi Ia persisnya mengatakan, "Akulah jalan". Oleh karena itu, "untuk berjalan dengan benar dalam kehidupan Kristen, Yesus adalah jalan".

Tetapi, Paus Fransiskus memperingatkan, "ada banyak cara untuk melakukan perjalanan". Cara "pertama adalah tidak berjalan. Seorang Kristen yang tidak berjalan, yang tidak membuat jalannya, adalah orang Kristen 'yang tidak kristiani', boleh dikatakan : ia adalah seorang Kristen yang agak kafir, berdiri di sana, berdiri diam, tak bergerak, ia tidak berjalan maju dalam kehidupan Kristen. Ia tidak membawa Sabda Bahagia membuahkan hasil dalam hidupnya. Ia tidak melakukan karya-karya kerahiman. Ia tetap berdiri". Selain itu, Paus Fransiskus menambahkan, "maaf kata, tetapi seolah-olah ia adalah 'mumi', ada 'mumi rohani'". Memang, "ada orang-orang Kristen yang merupakan 'mumi-mumi rohani'", tetap berdiri, "mereka tidak melakukan sesuatu yang buruk, tetapi mereka tidak melakukan sesuatu yang baik". Namun, cara ini menjadi "tidak berbuah: mereka bukan orang-orang Kristen yang berbuah karena mereka tidak berjalan".

Kemudian, Paus Fransiskus melanjutkan, ada beberapa orang yang "berjalan dan tersesat", sebagaimana "kita juga, sering tersesat". "Tuhan sendirilah yang datang dan membantu kita. Tersesat bukanlah sebuah tragedi". Bahkan, "tragedi adalah menjadi keras kepala dan berkata : 'ini adalah jalannya', dan tidak membiarkan suara Tuhan memberitahu kita : 'Ini bukan jalannya, berbaliklah dan jalanilah jalan yang benar'". Pentingnya kembali ke jalan yang benar "ketika kita menyadari kekeliruan-kekeliruan kita, kesalahan-kesalahan yang kita buat" dan "tidak keras kepala dan selalu tersesat, karena ini menjauhkan kita dari Yesus, karena Ia adalah jalan", tetapi "bukan jalan sesat".

Namun, Paus Fransiskus menjelaskan, "ada orang lain yang berjalan tetapi tidak tahu ke mana mereka akan pergi : mereka yang salah jalan dalam kehidupan Kristen, para pengembara". Kehidupan mereka sama dengan "berkeliaran, sana-sini, sehingga kehilangan keindahan mendekat kepada Yesus dalam hidup". Singkatnya, "mereka kehilangan jalan mereka karena mereka berkeliaran dan begitu sering keliaran ini", "pengembaraan salah jalan ini, menuntun mereka kepada suatu kehidupan tanpa jalan keluar : terlalu banyak mengembara mengubahnya menjadi sebuah labirin dan kemudian mereka tidak tahu bagaimana meloloskan diri". Dengan demikian, pada akhirnya, "mereka telah melewatkan panggilan Yesus, mereka tidak memiliki kompas untuk menemukan jalan keluar dan mereka mengembara, mereka berkeliaran, mereka mencari-cari".

Kemudian, Paus Fransiskus melanjutkan, "ada orang lain di perjalanan yang tergoda oleh kecantikan, oleh sesuatu, dan mereka berhenti di tengah jalan, terpesona oleh apa yang mereka lihat, oleh gagasan itu, oleh usulan itu, oleh pemandangan itu, dan mereka berhenti". Tetapi "kehidupan Kristen bukanlah pesona, ia adalah kebenaran. Ia adalah Yesus Kristus". Dan "Santa Teresa dari Avila mengatakan, berbicara tentang perjalanan ini : 'Kita sedang berjalan untuk sampai pada perjumpaan dengan Yesus'. Dengan kata lain, "seperti orang yang berjalan ke suatu tempat tidak berhenti karena ia menyukai hotel, karena ia menyukai pemandangan, tetapi ia berjalan ke depan, ke depan, dan ke depan". Namun, "dalam kehidupan Kristen" tidak apa-apa "berhenti sejenak, melihat hal-hal yang aku sukai, hal-hal keindahan - ada hal-hal yang indah dan kita harus melihat mereka, karena Allah menciptakan mereka - tetapi tanpa berhenti". Memang, "kehidupan Kristen harus berlanjut". Pentingnya memastikan "bahwa sesuatu yang indah, sesuatu yang penuh kedamaian, sebuah kehidupan yang penuh kedamaian tidak mempesonaku sehingga menghentikanku". Dengan demikian, Paus Fransiskus menegaskan, ada "banyak cara untuk tidak melakukan perjalanan yang benar", karena "perjalanan yang pada tempatnya, jalan yang benar adalah Yesus".

Dalam hal ini, Paus Fransiskus menganjurkan sebuah pemeriksaan batin melalui serangkaian pertanyaan langsung : "Kita bisa bertanya kepada diri kita saat ini, kita masing-masing : bagaimana perjalanan Kristenku, yang aku mulai dalam Baptisan? Apakah aku tetap masih berdiri? Apakah aku telah tersesat? Apakah aku terus menerus mengembara dan aku tidak tahu ke mana harus pergi secara rohani? Apakah aku berhenti pada hal-hal yang aku sukai : keduniawian, kesombongan - begitu banyak hal, bukankah? - atau apakah aku selalu berjalan maju, membuat Sabda Bahagia dan karya-karya kerahiman terwujud?". Dan, beliau menambahkan, "ada baiknya untuk menanyakan hal ini pada diri kita : itu adalah pemeriksaan hati nurani yang benar!". Pada dasarnya, "Bagaimana aku sedang berjalan? Apakah aku sedang mengikuti Yesus?".

Paulus mengatakan kepada kita, Paus Fransiskus menjelaskan, "bagaimana mengikuti Yesus" dalam Bacaan Pertama : "Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya". Tetapi "ini adalah kehidupan" dan "ketika Yesus mengatakan kepada Tomas : 'Aku adalah jalan', Ia sedang mengatakan kepadanya hal ini". Oleh karena itu, Paus Fransiskus melanjutkan, "ini adalah perjalanan, dan ia adalah jalan Kristen : jalan Yesus begitu penuh kenyamanan, jalan kemuliaan, juga jalan salib, tetapi selalu dengan kedamaian dalam hati".

Menutup permenungannya, Paus Fransiskus menegaskan kembali bahwa "dengan tidak benar-benar mengikuti Yesus, maka orang Kristen tetap masih berdiri. Orang yang telah tersesat; orang yang terpesona dan tergoda oleh keindahan atau oleh hal-hal yang menarik baginya, berhenti di sana untuk melihat dan menunda perjalanan".

Sebelum kembali ke perayaan Ekaristi, Paus Fransiskus kembali menyerukan sebuah pemeriksaan batin - setidaknya "lima menit yang singkat" bertanya pada diri kita sendiri : "Bagaimana aku sedang melakukan perjalanan Kristen ini? Tetap masih berdiri, tersesat, mengembara, berhenti pada hal-hal yang saya sukai?". Atau apakah aku sesuai dengan apa yang dikatakan Yesus : "Aku adalah jalan"? Dan, Paus Fransiskus mengatakan, "marilah kita memohon Roh Kudus untuk mengajarkan kita berjalan dengan benar, selalu, dan ketika kita lelah" marilah kita beristirahat sejenak dan berjalan terus. "Marilah kita mohon kepada Tuhan rahmat ini".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.