Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 Juni 2016 : DOA BAPA KAMI ADALAH BATU PENJURU KEHIDUPAN DOA KITA

Bacaan Ekaristi : Sir 48:1-14; Mzm 97:1-2,3-4,5-6,7; Mat 6:7-15

"Bapa" adalah kata yang tidak pernah bisa kurang dalam doa, karena ia adalah "batu penjuru" yang memberi kita jatidiri Kristen". Jika kita juga menambahkan kata "kami", ini memungkinkan kita untuk merasakan bahwa kita semua adalah bagian dari "sebuah keluarga". Dengan jalan ini kita juga menghindari "kata-kata yang bertele-tele" atau mencari-cari "kata-kata ajaib", dan kita sepenuhnya menghayati doa yang diajarkan Yesus sendiri kepada kita - Bapa kami - terutama ketika Ia mengajak kita untuk mengampuni orang lain. Selama homilinya pada Misa harian Kamis pagi, 16 Juni 2016, di Kapel Santa Marta, Vatikan, Paus Fransiskus menganjurkan untuk membuat "suatu pemeriksaan batin" yang berdasarkan pada Bapa Kami.

Permenungan Paus Fransiskus diilhami oleh Bacaan Injil liturgi hari itu (Mat 6:7-15). "Para murid bertanya kepada Yesus beberapa kali : 'Guru, ajarkan kami berdoa'". Bahkan, mereka "tidak tahu bagaimana berdoa, dan mereka melihat bahwa murid-murid Yohanes berdoa, sehingga mereka bertanya kepada Yesus". Pada bagian itu, Tuhan "jelas dan sederhana dalam ajaran-Nya : 'Pertama, Ia berkata 'ketika berdoa, dalam doa, janganlah kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan'".

"Mungkin Yesus memikirkan nabi-nabi Baal", Paus Fransiskus mengatakan, "di Gunung Karmel, yang berseru dalam doa kepada berhala-berhala mereka, kepada dewa-dewa mereka". Para imam Baal "berdoa, melompat dari sisi ke sisi, dan membuat ukiran : tidak, ini bertele-tela, ia adalah kata-kata yang bertele-tele; tidak, ini bukan doa". Orang-orang kafir, Yesus berkata, "percaya bahwa mereka didengar karena kata-kata mereka", seolah-olah mereka adalah "kata-kata ajaib". Inilah sebabnya Yesus menyarankan : "Jangan seperti mereka, Allah tidak membutuhkan kata-kata", karena "Bapamu mengetahui apa yang kamu butuhkan bahkan sebelum kamu memohon kepada-Nya".

Paus Fransiskus mencatat bagaimana "Yesus mengesampingkan doa kata-kata ini, doa kata-kata belaka", dan mengatakan : "Oleh karena itu, berdoalah seperti ini". Jadi "ia mengatakan kepada kita justru ruang doa dalam satu kata : 'Bapa'". Memang, Allah "tahu apa yang kita butuhkan sebelum kita memohon; Bapa ini yang mendengarkan kita secara diam-diam, secara diam-diam, seperti Dia, Yesus menganjurkan agar kita berdoa secara diam-diam". Bapa, Paus Fransiskus melanjutkan, "memberi kita justru jatidiri anak-anak". Oleh karena itu, "ketika saya mengatakan 'Bapa' saya sedang pergi ke akar jatidiri saya : jatidiri Kristen saya menjadi seorang anak dan ini adalah anugerah Roh". Bahkan, "tidak ada orang yang bisa mengatakan 'Bapa' tanpa anugerah Roh".

"Bapa", Paus Fransiskus mengatakan, "adalah kata yang digunakan Yesus pada saat-saat yang paling signifikan: ketika Ia penuh sukacita dan kepiluan : 'Bapa, Aku memuji Engkau karena Engkau menyatakan hal-hal ini kepada anak-anak'". Atau ketika "Ia menangis di makam sahabat-Nya Lazarus : 'Bapa, Aku bersyukur karena Engkau telah mendengarkan Aku'". Dan kembali, dalam penderitaan, "dalam saat-saat akhir hidup-Nya : 'Bapa, jika mungkin agar cawan ini berlalu daripada-Ku, biarkanlah itu berlalu'". Kemudian, "ketika semuanya selesai", Ia berkata, "Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku". Singkatnya, Paus Fransiskus mengatakan, "dalam saat-saat yang paling penting, Yesus mengatakan : 'Bapa'; ini adalah kata yang paling Ia gunakan". Dan "Ia berbicara dengan Bapa : inilah cara berdoa dan ini, boleh saya katakan, adalah ruang doa".

Paus Fransiskus menjelaskan bahwa "tanpa merasa bahwa kita adalah anak-anak, tanpa merasakan bahwa kamu adalah anak-Nya, tanpa mengatakan 'Bapa', doa kita adalah kafir, doa kata-kata". Tentunya baik "berdoa kepada Bunda Maria", Paus Fransiskus mengatakan, "karena ia adalah seorang putri Bapa yang sangat dikasihi". Hal yang sama berlaku untuk orang-orang kudus yang "semuanya dikasihi oleh Bapa" dan mengantarai kita. Tepatlah juga berdoa melalui pengantaraan para malaikat. "Tetapi 'Bapa' adalah batu penjuru doa", Paus Fransiskus mengatakan, menasihati agar kita pertama-tama mengatakan "Bapa" dan kemudian berdoa. "Jika kamu tidak dapat memulai doa dengan mengatakan kata 'Bapa' dengan hati dan suaramu, doa tidak akan dilakukan".

Ini berarti "merasakan tatapan Bapa atas saya", Paus Fransiskus menjelaskan, "merasakan kata 'Bapa' itu tidaklah bertele-tele seperti kata-kata doa orang-orang kafir, tetapi itu adalah sebutan untuk Dia yang memberi saya jatidiri anak". Inilah persisnya "ruang doa Kristen - 'Bapa' - dan dengan cara ini kita semua berdoa, bersama semua orang kudus dan para malaikat, juga melakukan prosesi dan peziarahan". "Semuanya baik", Paus Fransiskus menambahkan, "tetapi selalu dimulai dengan 'Bapa' dan dengan kesadaran bahwa kita adalah anak-anak dan bahwa kita memiliki seorang Bapa yang mengasihi kita dan tahu semua kebutuhan kita : inilah ruang tersebut".

Tetapi, Paus Fransiskus memperingatkan, "ada aspek yangsukar dipahami; Yesus mendaraskan 'Bapa Kami', doa yang kita semua kenal, dan mengajarkan kita untuk berdoa dengan cara ini : 'Janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat'". Ia "segera" menambahkan : "Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu". Hampir-hampir tampaknya, Paus Fransiskus menjelaskan, "bahwa Yesus sudah lupa untuk menekankan apa yang ada dalam doa yang dikatakan-Nya - dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami' - dan melanjutkan dengan 'jangan masukkan kami', dan kemudian, 'tetapi tidak, Aku harus menekankan ini!'".

Oleh karena itu, Paus Fransiskus mengatakan, "jika ruang doa adalah mengatakan 'Bapa', suasana doa adalah mengatakan 'Kami': kita adalah saudara, kita adalah keluarga". Namun, jika kita "marah satu sama lain, jika kita berperang, jika kita saling membenci, maka kita sedang menghalangi kasih Bapa". Dan "ini adalah suasananya, ia adalah keluarga; kita semua anak-anak dari Bapa yang sama: Bagaimana saya bisa membenci seorang anak Bapa saya? Kain melakukan itu! Saya akan menjadi Kain!".

Mengatakan "Bapa Kami", singkatnya, adalah mengatakan: "Engkau yang memberi saya jatidiri saya dan Engkau yang memberi saya sebuah keluarga". Inilah sebabnya "sangatlah penting dapat mengampuni", Paus Fransiskus mengatakan, "melupakan pelanggaran-pelanggaran, ini adalah sebuah kebiasaan yang sehat : 'kita membiarkannya pergi ... sehingga Tuhan menanganinya, dan kita tidak menyembunyikan kepahitan, dendam, atau keinginan untuk balas dendam". Oleh karena itu, "jika kamu pergi berdoa dan mengatakan 'Bapa' saja, memikirkan Dia yang memberi kamu hidup, yang memberi kamu jatidirimu Anda dan mengasihimu, dan kamu mengatakan 'Kami', mengampuni semua orang, melupakan pelanggaran-pelanggaran : inilah doa yang terbaik doa yang dapat kamu buat". Dalam konteks ini, beliau menegaskan, "Ya, semua orang kudus berdoa dan Bunda Maria berdoa, tetapi batu penjuru doa adalah 'Bapa kami'".

Sebagai penutup, Paus Fransiskus menyarankan agar kita juga membuat "pemeriksaan batin tentang ini" beberapa kali, dan mengajukan pertanyaan yang kita harus tanyakan kepada diri kita sendiri : "Apakah aku melihat Allah sebagai seorang Bapa, apakah aku merasakan bahwa Dia adalah Bapaku? Dan jika aku tidak merasakan Dia adalah Bapa, apakah aku memohon Roh Kudus untuk mengajarku untuk memahami ini? Apakah aku mampu melupakan pelanggaran-pelanggaran, mengampuni, membiarkan hal-hal itu pergi dan memohon kepada Bapa : 'mereka juga anak-anak-Mu, dan mereka memperlakukanku dengan buruk, tolong bantu aku untuk mengampuni?". Inilah "pemeriksaan batin" yang harus kita buat : "ia akan melakukan pada kita kebaikan, kebaikan, kebaikan". Marilah kita selalu mengingat kata-kata "Bapa" dan "Kami" tersebut yang memberi kita "jatidiri anak-anak" dan memberi kita "sebuah keluarga, sehingga berjalan bersama-sama dalam hidup".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.