Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 21 Oktober 2016 : ORANG KRISTEN HARUS MENGHINDARI IRI HATI DAN PERSETERUAN SERTA BERKARYA UNTUK KESATUAN

Bacaan Ekaristi : Ef. 4:1-6; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6; Luk. 12:54-59

Paus Fransiskus mengatakan kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran adalah tiga sikap utama untuk membangun kesatuan dalam Gereja serta mendesak umat Kristen untuk menghindari iri hati, kedengkian dan perseteruan. Itulah yang dikatakan Bapa Suci dalam homilinya selama Misa harian Jumat pagi, 21 Oktober 2016, di kapel Casa Santa Marta, Vatikan.

Mengambil inspirasinya dari salam pada Misa "Damai besertamu", Paus Fransiskus memusatkan homilinya pada apa yang diperlukan untuk memelihara perdamaian dan kesatuan serta menghindari peperangan dan perseteruan. Beliau mengatakan salam Tuhan kita "menciptakan sebuah ikatan" perdamaian dan mempersatukan kita sehingga tercipta suatu kesatuan roh. Bapa Suci juga memperingatkan bahwa jika tidak ada perdamaian dan jika kita tidak dapat saling menyapa dalam arti kata yang paling luas, tidak akan pernah ada kesatuan. Beliau menjelaskan bahwa konsep ini berlaku untuk kesatuan di dunia, kesatuan di kota, di kabupaten dan di dalam keluarga.

"Roh jahat selalu menabur peperangan. Kecemburuan, iri hati, perseteruan, pergunjingan .... adalah hal-hal yang merusak perdamaian dan karena itu tidak mungkin ada kesatuan. Dan bagaimana seharusnya seorang Kristen berperilaku untuk mempromosikan kesatuan, untuk menemukan kesatuan ini? Paulus mengatakan kepada kita dengan jelas : 'Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar'. Ketiga sikap ini : kerendahan hati - kita tidak bisa menabur perdamaian tanpa kerendahan hati. Di mana ada keangkuhan, selalu ada peperangan dan keinginan untuk mengalahkan orang lain serta meyakini ia lebih unggul. Tanpa kerendahan hati tidak ada perdamaian dan tanpa perdamaian tidak ada kesatuan".

Paus Fransiskus menyesalkan bagaimana saat ini kita telah kehilangan kemampuan untuk berbicara dengan lembut dan malah cenderung saling berteriak atau berbicara buruk tentang orang lain. Beliau mendesak umat Kristen untuk menemukan kembali kelembutan, mengatakan dengan berbuat demikian, kita dapat saling membangun, saling memberi dukungan, "bersabar dan mentolerir kesalahan orang lain atau hal-hal yang tidak kita sukai".

"Pertama : kerendahan hati, kedua: kelembutan dengan saling dukung ini, dan ketiga : kesabaran : hati yang besar, hati yang terbuka lebar yang dapat menampung semua orang dan yang tidak mengutuk, yang tidak menjadi semakin kecil oleh karena hal-hal sepele : 'yang mengatakan itu', 'saya mendengar itu', 'yang ...' bukanlah, hati yang besar, ada ruang untuk semua orang. Dan ini menciptakan ikatan perdamaian; inilah cara yang layak yang di dalamnya berperilaku menciptakan ikatan perdamaian yang merupakan pencipta kesatuan. Roh Kudus adalah pencipta kesatuan tetapi hal ini mendorong dan mempersiapkan terciptanya kesatuan".

Ketiga sikap ini, kata Paus Fransiskus, adalah cara yang tepat untuk menanggapi panggilan kepada misteri Gereja dan misteri Kristus itu.

"Misteri Gereja adalah misteri Tubuh Kristus : 'satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua orang, yang di atas segalanya dan yang berkarya 'melalui semua dan dalam semua' : 'inilah kesatuan yang dimohonkan Yesus kepada Bapa untuk dianugerahkan kepada kita dan kita harus membantu menciptakan kesatuan ini dengan ikatan damai sejahtera. Dan ikatan perdamaian tumbuh dengan kerendahan hati, dengan kelemahlembutan dan saling mendukung dan dengan kebesaran hati".

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.