Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA KANONISASI 16 Oktober 2016

(Santo Salomon Leclercq, Santo José Sánchez Del Río, Santo Manuel González García, Santo Lodovico Pavoni, Santo Alfonso Maria Fusco, Santo José Gabriel Del Rosario Brochero, Santa Elisabeth Catez)

Bacaan Ekaristi : Kel. 17:8-13; Mzm. 121:1-2,3-4,5-6,7-8; 2Tim. 3:14-4:2; Luk. 18:1-8

Pada awal perayaan hari ini, kita memanjatkan doa ini kepada Tuhan : "Ciptakanlah di dalam diri kami hati yang murah hati dan teguh, sehingga kami dapat selalu melayani Engkau dengan kesetiaan dan kemurnian roh" (Doa Singkat).

Dengan upaya-upaya kita sendiri, kita tidak bisa memberikan diri kita hati seperti itu. Hanya Allah yang bisa melakukan hal ini, dan maka dalam doa kita memohon kepada-Nya untuk memberikannya kepada kita sebagai "ciptaan"-Nya. Dengan cara ini, kita sampai pada tema doa, yang merupakan pusat bagi bacaan-bacaan Kitab Suci hari Minggu ini dan menantang kita semua yang berkumpul di sini untuk kanonisasi para kudus baru. Para kudus mencapai tujuan tersebut. Berkat doa, mereka memiliki hati yang murah hati dan teguh. Mereka berdoa sekuat tenaga; mereka bergumul dan mereka menang.

Jadi berdoalah! Seperti Musa, yang terutama merupakan manusia Allah, manusia doa. Kita melihatnya hari ini dalam pertempuran melawan orang-orang Amalek, berdiri di atas bukit dengan tangan terangkat. Tetapi, kadang kala tangannya akan menjadi lemah dan terkulai, serta kemudian turun naiknya akan berbalik melawan orang-orang tersebut. Maka Harun dan Hur membuat Musa duduk di sebuah batu dan mereka mengangkat tangannya, sampai kemenangan akhir didapatkan.

Inilah semacam kehidupan rohani yang diminta Gereja dari kita : bukan menang dengan berperang, tetapi menang dengan damai!

Ada pesan penting dalam kisah Musa ini : komitmen untuk berdoa menuntut agar kita saling mendukung. Kelelahan tidak bisa dihindari. Tetapi, kadang-kadang kita tidak bisa berjalan terus, dengan dukungan dari saudara dan saudari kita, doa kita bisa bertahan sampai Tuhan menyelesaikan karya-Nya.

Santo Paulus menulis kepada Timotius, murid dan rekan kerjanya, dan mendesaknya untuk memegang teguh apa yang telah ia pelajari dan percayai (bdk. 2 Tim 3:14). Tetapi Timotius tidak bisa melakukan hal ini dengan upaya-upayanya sendiri : "pertempuran" ketekunan tidak dapat dimenangkan tanpa doa. Bukan doa sporadis atau ragu-ragu, tetapi doa yang dipanjatkan sebagaimana dikatakan Yesus kepada kita dalam Injil : "Selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu" (Luk 18:1). Inilah cara hidup Kristen : tetap teguh dalam doa, agar tetap teguh dalam iman dan kesaksian. Di sini sekali lagi kita bisa mendengar suara di dalam diri kita, mengatakan : "Tetapi Tuhan, bagaimana mungkin kami tidak menjadi lelah? Kami manusia ... bahkan Musa berangsur lelah ...!". Benar, kita masing-masing berangsur lelah. Namun kita tidak sendirian; kita adalah bagian dari Tubuh! Kita adalah anggota-anggota Tubuh Kristus, Gereja, yang tangannya diangkat siang dan malam ke surga, berkat kehadiran Kristus yang bangkit dan Roh Kudus-Nya. Hanya di dalam Gereja, dan berterima kasih atas doa Gereja, kita dapat tetap teguh dalam iman dan kesaksian.

Kita telah mendengar janji yang dibuat Yesus dalam Injil : "Tuhan akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya, yang siang malam berseru kepada-Nya" (bdk. Luk 18:7). Inilah misteri doa : terus berseru-seru, tidak jemu-jemu, dan jika kita harus berangsur lelah, meminta bantuan untuk menjaga tangan kita terangkat. Inilah doa yang telah diungkapkan Yesus kepada kita dan diberikan kepada kita dalam Roh Kudus. Berdoa bukanlah berlindung di dalam sebuah dunia yang ideal, atau melarikan diri ke dalam rasa tenang yang palsu, yang egois. Sebaliknya, berdoa adalah bergumul, tetapi juga membiarkan Roh Kudus berdoa di dalam diri kita. Karena Roh Kudus mengajarkan kita berdoa. Ia menuntun kita dalam doa dan Ia memungkinkan kita berdoa sebagai putra dan putri.

Orang-orang kudus adalah pria dan wanita yang masuk sepenuhnya ke dalam misteri doa. Pria dan wanita yang bergumul dengan doa, membiarkan Roh Kudus berdoa dan bergumul di dalam diri mereka. Mereka bergumul sampai akhir, dengan seluruh kekuatan mereka, dan mereka menang, tetapi bukan oleh upaya-upaya mereka sendiri : Tuhan menang di dalam diri mereka dan bersama mereka. Ketujuh saksi yang dikanonisasi hari ini juga mengakhiri pertandingan iman dan kasih yang baik dengan doa-doa mereka. Itulah sebabnya mereka tetap teguh dalam iman, dengan hati yang murah hati dan teguh. Melalui keteladanan mereka dan pengantaraan mereka, semoga Allah juga memungkinkan kita untuk menjadi pria dan wanita doa. Semoga kita berseru siang dan malam kepada Allah, tanpa jemu-jemu. Semoga kita membiarkan Roh Kudus berdoa di dalam diri kita, dan semoga kita saling mendukung dalam doa, untuk menjaga tangan kita terangkat, sampai Kerahiman Ilahi mendapatkan kemenangan.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.