Liturgical Calendar

HOMILI PAUS FRANSISKUS DALAM MISA 16 Maret 2017 : TERKUTUKLAH ORANG YANG TIDAK MEMPERDULIKAN ORANG MISKIN DAN GELANDANGAN


Bacaan Ekaristi : Yer 17:5-10; Mzm 1:1-2.3.4.6; Luk 16:19-31

Perumpamaan tentang orang miskin yang bernama Lazarus yang berbaring di pintu rumah orang kaya (Luk 16:19-31) menjadi acuan homili Paus Fransiskus dalam Misa harian Kamis pagi 16 Maret 2017 di Casa Santa Marta, Vatikan. Paus Fransiskus memperingatkan resiko yang kita jalankan jika kita tidak memperdulikan orang-orang miskin dan para gelandangan yang kita lihat di sekitar kita hari ini. Paus Fransiskus memperingatkan orang-orang yang menempatkan kepercayaan mereka dalam hal-hal yang berasal dari daging. Percaya pada kesombongan, kebanggaan dan kekayaan, beliau berkata, akan menjauhkan kita dari Tuhan. Beliau menyoroti kesuburan orang-orang yang percaya kepada Tuhan dan kemandulan orang-orang yang hanya bergantung pada diri mereka sendiri dan hal-hal yang mereka dapat kendalikan.

Ketika orang-orang hidup dalam sebuah lingkungan tertutup, yang dikelilingi oleh kekayaan dan kesombongan serta percaya pada perangkat-perangkat mereka sendiri, Paus Fransiskus mengatakan, orang-orang tersebut kehilangan indera haluan dan tidak memiliki gagasan terhadap keterbatasan-keterbatasan mereka. Persis seperti yang terjadi pada orang kaya dalam Bacaan Injil, yang menghabiskan waktunya di pesta-pesta makan malam dan tidak memperhatikan seorang miskin yang terbaring di pintunya.

Ia tahu siapa orang yang miskin itu, ia bahkan tahu namanya, tetapi ia hanya tidak peduli, kata Paus Fransiskus. Apakah ia orang berdosa? Ya, ia berdosa, dan meskipun Tuhan mengampuni mereka yang bertobat, hati orang ini sedang membawanya pada jalan satu arah menuju kematian. Ada suatu saat, Paus Fransiskus menekankan, suatu garis yang kita lintasi ketika dosa berubah menjadi korupsi.

Orang ini bukan hanya orang berdosa tetapi orang yang korup karena ia menyadari semua orang yang sedang menderita tetapi ia tidak peduli. Terkutuklah orang-orang yang menempatkan harapan mereka dalam diri mereka sendiri, Paus Fransiskus mengatakan, karena tidak ada yang lebih berbahaya dari hati yang mengeras. Sekali kita berada di jalan itu, beliau menambahkan, sangatlah sulit bagi hati kita untuk dipulihkan.

"Apa yang kita rasakan di dalam hati kita ketika kita melihat para gelandang atau anak-anak mengemis di jalan-jalan?", Paus Fransiskus bertanya. "Apakah kita mengatakan, 'Tidak, mereka adalah orang-orang yang mencuri? Apa yang kita rasakan terhadap orang miskin atau gelandangan, bahkan jika mereka berpakaian dengan baik tetapi mereka tidak memiliki pekerjaan dan tidak bisa membayar sewa? Apakah kita mengatakan hal ini biasa saja? Apakah kita melihat gelandangan sebagai bagian pemandangan kota-kota kita, seperti patung atau halte bis atau kantor pos?

Kita harus berhati-hati, Paus Fransiskus memperingatkan, karena jika kita makan, minum dan menenangkan hati nurani kita dengan hanya memberikan sekeping uang dan berjalan melintas, ini bukan cara yang tepat untuk berjalan. Sebaliknya, beliau mengatakan, kita harus menyadari ketika kita berada di lereng yang licin dari dosa menuju korupsi itu. Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri, apa yang aku rasakan ketika aku melihat di berita bahwa sebuah bom telah jatuh di sebuah rumah sakit dan banyak anak-anak miskin telah tewas? Apakah aku hanya melantunkan sebuah doa dan meneruskan perjalananku seperti sebelumnya? Apakah hatiku tersentuh, atau apakah aku seperti orang kaya yang hatinya tidak tersentuh oleh Lazarus yang hanya dikasihani oleh anjing-anjing?". Jika itu terjadi, Paus Fransiskus mengatakan, kita berada di jalan dari dosa menuju korupsi.

Karena alasan ini, beliau mengakhiri bahwa kita harus memohon kepada Tuhan untuk melihat ke dalam hati kita, untuk melihat apakah kita berada di lereng yang licin menuju korupsi itu, yang daripadanya tidak ada kepulangan. Orang-orang berdosa bisa bertobat dan kembali, beliau berkata, tetapi sangatlah sulit bagi orang-orang dengan hati yang tertutup dan korup, jadi marilah kita berdoa agar Tuhan sudi menunjukkan kepada kita jalan mana yang harus kita ikuti.

No comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.